29.1 C
Jakarta

Menulis Sebagai Kampanye Kebaikan

Artikel Trending

KhazanahLiterasiMenulis Sebagai Kampanye Kebaikan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Menulis itu, semua sudah mengetahuinya sebagai penyampaian pesan dari penulisnya tentang suatu hal. Karenanya penyampaian pesan yang ada tentunya harus bertumpu pada nilai kebaikan agar bisa meminimalisir keburukan yang muncul di kalangan masyarakat. Jika tak ada yang menuliskan semua ini sama artinya keburukan dalam beragam hal akan berkembang dan butuh media untuk menghadangnya yang dinamai tulisan.

Banyak bermunculannya informasi atau tulisan dalam berbagai bentuk tentu saja tidak semuanya sejalan dengan kondisi masyarakat pada umumnya. Jika demikian adanya maka penulis mesti mampu menangkap peluang tersebut dan dengan referensi yang dimiliki mesti meramu serta kemudian menuliskannya agar masyarakat bisa mendapat informasi yang sebenarnya.

Semakin nyata bahwasanya menulis adalah sebuah aktivitas intelektual di dalam menyampaikan nilai-nilai yang ada. Karenanya memilih profesi menjadi penulis adalah memilih profesi intelektual yang akan membawa sang penulis untuk berkomunikasi dengan khalayak melalui tulisannya. Tentu saja ketika menuliskan apa yang ada di benaknya sama artinya sedang menyampaikan pemikirannya. Penulis yang baik maka akan menyampaikan pemikirannya yang sehat dan bernilai positif.

Penulis seperti Ahmad Fuadi mengatakan kata-kata sesungguhnya lebih ampuh dari peluru. Sebutir peluru bisa menembus satu kepala dan bersarang di dalamnya tetapi kata-kata bisa menembus banyak kepala sekaligus. Bedanya, peluru dapat mematikan, sedangkan kata-kata, jika dirangkai dan dimuati nilai yang baik, justru menghidupkan dan menguatkan. Nilai keagamaan yang baik bisa menyentuh sampai ke hati tanpa membuat orang resah dan khawatir akan kepercayaan yang dianutnya. Nilai-nilai kebaikan agama itu tidak mengancam.

Dengan memahami hal tersdebut maka penulis yang mampu menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi pembaca terlebih di dalamnya mampu menyebarkan kebaikan tentu pengaruhnya cukup besar karena akan mampu membentuk orang-orang yang baik. Dengan banyaknya orang-orang baik tentu saja segala hal keburukan yang ada maka bisa diminimalisir sedemikian rupa. Artinya, tulisan memiliki fungsi strategis mengajak orang selalu ada dalam kebaikan.

Sehingga ketika memutuskan untuk menjadi penulis maka harus mempunyai visi dan misi yang jelas. Memilih profesi apapun tentu ada konsekuensinya. Oleh sebab itu sebagai seorang penulis yang memahami tugas dan fungsinya apalagi dia seorang Muslim maka senantiasa apa yang dilakukannya harus berdasar kepada nilai-nilai kebaikan sehingga tulisan-tulisan yang dihasilkannya selain banyak manfaatnya juga akan berbuah pahala yang telah dijanjikan dalam agama.

Karenanya seorang penulis seperti dua mata pisau. Dia akan berada di tempat tersendiri, apakah ia akan menyampaikan kebenaran sebagai bagian dari kebaikan atau justeru menuliskan tulisan propaganda yang dapat menyesatkan umat. Begitulah keadaanya dan pilihannya ada pada diri setiap penulis itu sendiri. Namun jika merujuk pada kebenaran maka seorang penulis mutlak mesti menjadi bagian dari penyampai kebaikan.

BACA JUGA  Menulis, Menyembuhkan Dunia Melalui Kata-Kata

Menyampaikan kebaikan atau kampanye kebaikan bagi seorang penulis merupakan bagian amal untuk penulis bersangkutan. Bahwa yang dituliskannya tidak melulu untuk mengcounter suatu nilai keburukan tetapi juga bisa menjadi media kepedulian dengan menulis siapa saja yang membutuhkan bantuan atau menyampaikan ilmu yang dibutuhkan masyarakat. Kondisi ini bila diciptakan secara baik maka memunculkan nuansa kebaikan dalam berbagai hal yang dikondisikan oleh penulis bersangkutan.

Jadi ternyata menjadi penulis tak sekedar menjadi orang yang mumpuni untuk mendapatkan materi atau ketenaran semata, namun lebih dari itu penulis tak bisa disangkal pula menjadi bagian dari penyeru agama atau pendakwah. Jika para dai banyak menyampaikan dakwah di atas mimbar maka seorang penulis bekerja dengan penanya untuk menyampaikan kebenaran tersebut. Jadi jika yang dilakukannya bernilai ibadah maka akan mendapat pahala pula.

Dengan memahami ini semua maka termunculkan satu ketentuan di mana menjadi penulis memiliki tujuan mulia asalkan mau menjadi penyampai kebaikan. Boleh jadi kepandaian menulis tidak diragukan atau penyampaian argumen di setiap tulisannya begitu tajam, namun tatkala di dalam tulisannya malah menyimpan nilai yang tak sejalan dengan nilai-nilai agama maka dipastikan hasil tulisan yang ada tak memiliki nilai kebaikan dan tentu banyak mudharat ketimbang banyak manfaatnya.

Tentu saja untuk menjadi penulis yang senantiasa menyampaikan segala kebaikan khususnya kebenaran yang berpedoman kepada agama tentu saja bukan pekerjaan yang terbilang mudah karena banyak tantangan dan hambatannya. Namun bagi penulis yang berpijak kepada kebaikan maka ia akan senantiasa memprioritaskan hal yang brrnilai postif dan mengesampingkan nilai negatif dalam hidupnya dan saat menulis dapat dipastikan akan selalu menuliskan hal-hal berbau kebenaran dan kebaikan karena baginya semua itu akan dimintai pertanggung jawabannya.

Bagi seorang penulis yang memahami tentang fungsi tulisan yang dihasilkannya maka ia akan senantiasa tidak sekedar menghasilkan tulisan berkualitas semata, namun kuga akan menjadikan tulisannya sebagai media untuk berkampanye kebaikan..Intinya, penulis yang berorientasi jauh, maka setiap tulisan yang dihasilkannya bukan bertumpu pada unsur duniawi semata tetapi ia pun berorientasi kepada nilai-nilai ukhrawi pula.

Deffy Ruspiyandy
Deffy Ruspiyandyhttps://www.www.harakatuna.com/
Penulis artikel di berbagai media massa cetak dan online, Penulis ide cerita di beberapa TV Swasta, bermukim di Bandung.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru