30.1 C
Jakarta

Menulis dengan Konsep “Ciamik”, Mengapa Tidak?

Artikel Trending

KhazanahLiterasiMenulis dengan Konsep "Ciamik", Mengapa Tidak?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sebelum Anda melanjutkan membaca tulisan ini ke paragraf berikutnya, saya persilakan Anda duduk dengan santai atau berselonjor. Boleh juga sambil menyeruput kopi, makan kudapan atau menikmati kepul rokok. Karena tulisan ringan ini saya tulis dengan seringan-ringannya, maka perlu berjumpa dengan pembaca yang berpikiran ringan. Kenapa harus ringan? Ya-iyalah, tiap hari beban hidup kita sudah berat, masa baca tulisan juga yang berat-berat? Bisa cepat mengundang keriput lho. Hehehe….

Kali ini saya akan berbagi trik menulis dengan konsep ciamik, ya tentu ala saya. Selain, bermakna keren, sangat luar biasa, bagus, dan apik, ciamik bagi saya merupakan akronim. CIAMIK adalah kepanjangan dari Catat, Ikat, Analisis, Maju, Ibadah dan Konsisten. Bagaimana maksudnya? Bagaimana menulis dengan teknik ciamik ini? Baik. Saya akan ulas satu demi satu. Silakan disimak dengan seksama!

C: Catat

Cara pertama memulai tulisan adalah catat apa saja yang terlintas dalam benak. Apa yang barusan Anda lihat dan Anda terbengong karenanya, catat! Intinya, catat dulu, baru nanti direnungkan, lalu dikembangkan. Semisal, baru saja Anda menjumpai guru killer yang sudah sakit-sakitan, bertemu mantan gendong anak dan bergandeng dengan pasangan yang buruk rupa, jalan macet gara-gara mobil pejabat melintas, pasien ibu hamil memarahi perawat karena tidak lekas dilayani, kepala rumah tangga bunuh diri dengan menenggak racun tikus di sawah, kekalahan timnas jagoan pada Piala Dunia 2022, dan lain sebagainya.

Untuk melancarkan proses pencatatan ini, Anda perlu bersanding buku saku atau catatan kecil dan pulpen yang bisa dibawa ke mana-mana dengan mudah. Atau sebab kini sudah zaman serba canggih, Anda bisa mencatat sesuatu yang terbersit tadi di smartphone kesayangan Anda. Catat yang penting-penting saja, yang mudah diingat, seperti kata kunci.

I: Ikat

Agar tidak hilang, catatan singkat atau kata kunci tadi harus diikat. Cara mengikatnya adalah dengan mengetik dan mengembangkan sehingga menjelma kalimat yang berlanjut menjadi paragraf. Saat mengetik dan mengembangkan ide, usahakan pakai diksi dan gaya bahasa yang menarik. Tidak ada salahnya belajar dari karya orang lain, atau menilik kembali karya sendiri yang sebelumnya.

Atau bisa juga mengikuti forum kajian kepenulisan, ngobrol dengan teman sehobi atau pun minta pendapat dari senior ahli. Itu semua agar dalam mengembangkan ide, Anda menemukan kosakata baru, mendapat inspirasi untuk menciptakan frase-frase serta gaya menulis baru.

Jangan sampai catatan ide yang telah Anda tuangkan menjadi tulisan tersebut terkesan garing, miskin istilah, monoton, banyak kata yang diulang dan membosankan. Istilah digunakan untuk memperkuat karakter tulisan. Jangan sungkan memakai istilah, sebab ia akan menambah wawasan baru bagi para pembaca.

A: Analisis

Langkah berikutnya adalah analisis. Dalam KBBI analisis ini diartikan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan seterusnya). Ia juga dimaknai sebagai penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Cukup panjang, ya? Hehehe…

Bagi saya, analisis dalam konteks fase dari proses menulis ini adalah meneliti kembali tulisan atau karangan yang telah digarap. Mengoreksi bagian-bagian yang tidak pantas diungkap, membuang kalimat yang tidak penting, mengurangi kata yang terlalu lebay dan dramatis, merevisi kalimat usang yang tidak sesuai kekinian, serta menambahkan bagian penting yang masih kosong.

BACA JUGA  Membangkitkan Api Kreativitas Literasi, Ini Tipsya

Analisis ini bagian penting setelah menganggap tulisan rampung. Sehingga tulisan yang masih setengah matang tadi menjadi tulisan unik siap ‘konsumsi’ yang memancing perhatian pembaca. Sanggup membuat pembaca berdecak kagum sambil mengatakan, “Sungguh, luar biasa ciamik!” “Keren parah nih tulisan!” “Saya sama sekali tidak mengira akan sebagus ini,” dan beragam kalimat pujian lainnya.

M: Maju

Ketika yakin tulisan yang telah Anda teliti sambil dikoreksi berkali-kali tersebut (termasuk typo dan tanda baca) sudah sempurna, maka tahap selanjutnya maju. Maju untuk mengirimkan ke media massa atau pun ke penerbit. Namun, sebelum mengirim tulisan ke media massa atau penerbit, lebih baik cari informasi dulu (baik dari kawan penulis atau mesin pencarian di internet) terkait selera media atau penerbit yang dituju.

Sebelum maju mengirim ke media yang Anda maksud, coba baca dan pelajari dulu karakter tulisan yang biasa nampang di media itu. Jangan sampai tulisan Anda salah kamar. Karena, masing-masing media memiliki visi dan misi tersendiri. Percuma tulisan Anda yang super ciamik akhirnya bernasib buruk sebab ditolak oleh media yang tidak cocok dengan karakter tulisan yang Anda kirimkan.

I: Ibadah

Menulis dengan niat ibadah akan menuai berkah. Berkah ini menjadi impian hidup seseorang, sebab berkah artinya baik, bertambah baik dan terus semakin baik. Maka, niatkan saat Anda menulis untuk berbagi pengetahuan, share pengalaman, dan lain sebagainya yang tergolong ibadah. Seperti, menulis tentang tip salat khusyuk, rahasia penulis sukses, cara hidup raih kebahagiaan dunia akhirat, trik menjadi juara lomba karya ilmiah, atau jurus jitu meluluhkan hati calon mertua, dan lain-lain. Hal tersebut akan menjadi tambahan pahala jika diniatkan ibadah, yaitu niat berbagi ilmu dan pengalaman.

Demikian juga saat menulis kisah humor, niatkan untuk menghibur pembaca yang sedang digelayuti kekalutan. Ketika Anda menulis bagian yang belum dilirik dan ditulis oleh penulis lain, niatkan untuk menyebarkan pengetahuan baru. Dan jika tulisan Anda berjodoh di media yang memberi apresiasi kepada setiap penulis, nah, ibadah yang Anda peroleh menjadi berlipat. Dapat ibadah berbagi ilmu, plus ibadah tambahan nafkah keluarga.

K: Konsisten

Setiap pekerjaan butuh konsisten, keistikamahan. Begitu pula dalam menjalani profesi sebagai penulis. Mayoritas penulis akan semakin ‘menggila’ saat tulisannya ramai dimuat di media massa. Mereka kian kegirangan ketika tahu manisnya sebagai penulis. Namanya dikenal publik, dapat fee berlimpah, diundang ke acara-acara kepenulisan, banyak penggemar, dan suka-cita lain yang semacam. Anda barangkali juga demikian.

Tetapi, jangan sampai, tatkala beberapa tulisan Anda ditolak, atau di saat banyak media yang gulung tikar dan mengurangi rubrik yang senapas dengan tulisan Anda, mendadak Anda down, dan tak ada lagi girah untuk mengungkapkan isi pikiran dalam sebentuk tulisan. Membaca enggan, menulis pun tak mau. Jangan sampai terjadi. Bagaimana pun kenyataannya, penulis haruslah tetap semangat menulis! Yakinlah, tulisan Anda suatu saat akan bertemu dengan tuannya.

Inilah ‘celoteh’ saya dalam berbagi trik menulis dengan konsep “ciamik”. Semoga bermanfaat meski sebenarnya tulisan ini tidak seciamik yang diharapkan. Yang penting bisa berbagi.

Fathorrozi, M.Pd
Fathorrozi, M.Pd
Pegiat literasi dan pengasuh Qarnul Islam Ledokombo Jember

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru