32.9 C
Jakarta

Menolak Khilafah Berarti Fobia Terhadap Perjuangan Islam?

Artikel Trending

KhazanahTelaahMenolak Khilafah Berarti Fobia Terhadap Perjuangan Islam?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Sederet pembenaran yang selalu menimbulkan polemik pembahasan ketika para pejuang khilafah menarasikan perjuangannya. Baru-baru ini, tulisan As Syifa Ummu Sidiq yang berujudul “Fobia Perjuangan Islam, Waktunya Bumbata”.

Tulisan tersebut tidak lain ejawantah dari fenomena Taliban yang sudah berkuasa terhadap negara Afghanistan. Alih-alih sikap yang ditampakkan oleh Taliban jauh dari nilai-nilai kemanusiaan, khususnya kepada perempuan serta eksklusifitas Islam serta hubungan yang sangat erat antara Taliban dengan kelompok teroris Indonesia.

Tulisan As Syifa dengan narasi prematurnya menyebut bahwa apa yang apa yang ditampakkan oleh pemerintah serta berbagai tokoh yang menyebut bahwa, kemenangan Taliban akan memberikan efek domino bagi para kelompok yang menjunjung tinggi pendirian negara Islam, menunjukkan adanya ketakutan pendirian negara Islam atau khilafah di Indonesia. Apakah benar demikian?

Berkuasanya Taliban memberikan dampak takut yang luar biasa?

Pada tulisan tersebut, ada beberapa yang tidak disorot oleh penulis, diantaranya: pertama,. kita sepakat bahwa Islam yang direpresentasikan oleh Taliban, sangat jauh dari apa yang diidealkan Islam melalui wajah sangar kebijakan Taliban yang tidak manusiawi tersebut justru dikatakan tindakan premanisme, pembunuhan. Sikap tersebut justru bisa kita katakan bahwa Taliban sangat dekat dengan terorisme, aksi yang dilakukan tidak lebih dari aksi teroris yang berkembang di Indonesia. Bukankah demikian? Wallahu a’lam

Kedua, merampas kebebasan perempuan dalam melakukan berbagai aktifitas, seperti kebebasan berpendapat, serta pemaksaan. Pada term ini tidak sedang membicarakan persoalan feminisme, dan gerakan perempuan. Akan tetapi, bagaimana Taliban merepresentasikan perilaku perempuan dalam Islam? Tidak diberikan peran dalam ranah politik khususnya pemerintahan, sedangkan pada waktu yang lain menghalalkan dirinya untuk memukul dan menyiksa perempuan. Apakah hal itu adalah bagian dari Islam? Tentu tidak. Wallahu a’lam

Ini sebenarnya yang ditakutkan oleh para penentang khilafah di Indonesia. Sebab kemenangan Taliban tampaknya sangat ciamik untuk dijadikan bahan dakwah bahwa kemenangan Islam sudah amat nyata dengan keberhasilan Taliban yang dimenangkan oleh Allah. Sementara itu, sikap Taliban yang keji tidak ditampilkan secara kasat mata.

BACA JUGA  Pendidikan Demokrasi di Lembaga Pendidikan Islam: Upaya Preventif Penyebaran Khilafahisme untuk Anak Muda

Para khilafahers kemudian semakin ramai dengan narasi tersebut dan berdalih bahwa penegakan khilafah akan mendapat perlindungan dari Allah, kemenangan yang amat nyata di masa depan, dengan contoh kasus Taliban yang berhasil memimpin Afghanistan.  Semakin ramai para antek-antek HTI atau para khilafahers sejanisnya di Indonesia, yang merespon kemenangan Taliban.

Pejuang Islam tidak mengatasnamakan khilafah dalam perjuangannya

As Syifa dalam tulisannya tersebut, mencatut sederet nama pahlawan nasional yang berjuang untuk mencapai cita-cita NKRI yakni merdeka. Beberapa nama yang tercantum yakni Pangeran Diponegoro, Bung Tomo, Teuku Imam Bonjdol dan Kapitan Pattimura adalah para pejuang yang berjihad di Jalan Allah.

Tidak hanya itu, perjuangan yang dilakukan oleh para tokoh tersebut tidak lain adalah bentuk ketaatan kepada Allah dalam menegakkan kebanearan, keadilan untuk rakyat di Indonesia. Konsep ini sudah jelas-jelas ditegaskan oleh Allah dalam QS Al-Baqarah:208, artinya:

 “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. Janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian.” (QS Al-Baqarah: 208)

Konsep perjuangan yang semacam ini kemudian dijadikan dalil untuk membenarkan bahwa nilai-nilai jihad yang diperjuangkan oleh para pahlawan nasional, tidak lain sebagai jawaban dari perjuangan para khilafah di Indonesia untuk melawan ketidakadilan, kedzaliman yang dibawa oleh para kapitalis, pemerintah yang tidak adil terhadap Indonesia.

Bukankah sudah ciri khas para khilafahers berlindung dalam jubah agama untuk menggencarkan tujuannya yang tidak lain adalah menegakkan khilafah di Indonesia. kita tidak fobia terhadap perjuangan Islam. Akan tetapi justru fobia terhadap sikap keberagamaan dengan representasi yang keislaman yang prematur, menggunakan Islam sebagai senjata manipulasi kepada masyarakat untuk meluruskan tujuannya. Apakah perjuangan fana tersebut akan menang? Wallahu a’lam

 

 

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru