Harakatuna.com. Johannesburg – Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menegaskan pentingnya pembentukan negara Palestina yang merdeka sebagai solusi untuk mengatasi krisis di Gaza. Pernyataan ini disampaikan oleh Lavrov dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan, pada Jumat (21/2/2025).
Menurut Lavrov, masalah Palestina yang belum terselesaikan telah memperburuk kekerasan tidak hanya di Gaza, tetapi juga di negara-negara lain seperti Lebanon, Suriah, dan Yaman. “Masalah Palestina yang belum terselesaikan telah meningkatkan kekerasan tidak hanya di Gaza tetapi juga di Lebanon, Suriah, dan Yaman,” ujarnya dalam pertemuan tersebut, seperti dilansir oleh Anadolu Agency.
Lavrov juga mengkritik upaya Barat yang menurutnya berusaha mempertahankan dominasinya atas dunia, yang bertentangan dengan realitas multipolaritas yang berkembang dan merusak situasi geopolitik global. Ia menambahkan, meskipun telah ada resolusi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kolonialisme masih belum dapat dihapuskan. “Masih ada 17 kawasan di dunia yang belum memiliki pemerintahan sendiri. Praktik kolonial menguat di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya,” jelas Lavrov.
Lebih lanjut, Lavrov menyoroti semakin meningkatnya ketegangan di berbagai belahan dunia. “Dalam 1,5 tahun terakhir, 47.000 warga sipil Palestina telah kehilangan nyawa akibat konflik Palestina-Israel. Ini adalah jumlah tertinggi sejak Perang Dunia II,” ungkapnya. Menurutnya, solusi akhir untuk konflik ini hanya dapat dicapai melalui penerapan formula dua negara dan pembentukan negara Palestina merdeka yang dapat hidup dalam damai dan aman bersama Israel.
Dalam kesempatan tersebut, Lavrov juga mengomentari situasi di kawasan Asia-Pasifik. Ia mengkritik aktivitas NATO yang terus berlanjut di kawasan tersebut dan berusaha menghalangi pembangunan negara-negara di Asia-Pasifik. “Perluasan NATO di Eropa malah menyebabkan krisis Ukraina,” katanya.
Pernyataan Lavrov tersebut semakin menegaskan komitmen Rusia dalam mendukung perjuangan Palestina dan menentang dominasi negara-negara Barat dalam urusan internasional.