29.7 C
Jakarta

Menjelajahi Dinamika Politik Timur Tengah dari Sudut Pandang Indonesia

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuMenjelajahi Dinamika Politik Timur Tengah dari Sudut Pandang Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Judul Buku: Timur Tengah dalam Sorotan: Dinamika Timur Tengah dalam Perspektif Indonesia, Penulis: Yon Machmudi, Penerbit: PT. Bumi Aksara, Tahun: Januari 2021, Ukuran Buku: 23 cm, Jumlah Halaman: 250 halaman, ISBN: 978-602-444-897-4.

Harakatuna.com – Mengulas dinamika politik Timur Tengah merupakan suatu perjalanan yang tak pernah usai, ibarat berjalan di labirin yang luas. Seperti halnya membaca buku karya Yon Machmudi berjudul Timur Tengah dalam Sorotan: Dinamika Timur Tengah dalam Perspektif Indonesia membuat saya masuk ke dalam ruangan yang luas tak terbatas. Di sana ada berbagai kamar dan hal yang diulas. Kompleksitas yang begitu tinggi dan berbagai persoalan politik, ideologi, ekonomi, dan persoalan identitas menjadi pembahasan yang terus bergulir.

Dalam buku ini, Machmudi mengulas bagaimana keterkaitan hubungan dan kerjasama yang dibangun antara Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah. Apalagi hubungan Indonesia dengan Arab Saudi, terutama terkait ibadah haji dan umrah menjadi prioritas Indonesia untuk terus mengirimkan para jamaah ke Dua Tanah Suci, Mekkah dan Madinah. Selain itu, hubungan perdagangan dan keagamaan yang selama ini telah terajut membuat kedua negara terus bekerjasama dengan berbagai kepentingan dan visi misi kedua negara.

Tidak hanya itu, buku ini juga membahas terkait konflik dan kerjasama di berbagai negara Timur Tengah. Persoalan suku Kurdi, konflik politik Israel-Palestina, serta peran Indonesia juga menjadi pembahasan menarik. Berbagai hal yang diulas juga tidak luput mengenai bagaimana proses kegagalan Islamisme di Timur Tengah. Seperti halnya apa yang terjadi di Aljazair, meski Front Islamic du Salut (FIS) memenangi pemilu pada tahun 1991, tetapi mereka akhirnya dibubarkan dan menjadi organisasi terlarang.

Gerakan Islamisme juga merangsek ke Mesir, jatuhnya Husni Mubarak dari kekuasaannya pada 11 Februari 2011 juga dilakukan oleh gerakan Islamis, yakni Ikhwanul Muslimin. Namun, Muhammad Mursi yang diajukan oleh Ikhwanul Muslimin untuk memimpin Mesir, akhirnya ia pun harus digulingkan dan diganti oleh Abdul Fatah al-Sisi.

Dari berbagai kegagalan rezim di Timur Tengah yang pro kepada Barat juga membuat rakyat berupaya melakukan upaya untuk menggulingkan mereka dari kursi kepemimpinannya. Arab Spring menjadi momentum politik yang dinilai merupakan usaha rakyat untuk mendapatkan keadilan dan kesejahteraan para pemimpin negaranya masing-masing.

Meski tidak semua negara yang terdampak Arab Spring mampu keluar dari jeratan permasalahan yang menghinggapi mereka. Apa yang terjadi di Libya, Yaman, dan Sudan juga masih menyisakan berbagai persoalan yang mesti diselesaikan. Namun, Tunisia sebagai negara pertama kali yang menginisiasi meledaknya gelombang revolusi Arab Spring mulai berbenah dalam struktur pemerintahan dan politik mereka.

Tunisia satu-satunya potret suksesnya gelombang aksi massa yang akhirnya membuat Tunisia mulai stabil dan menjadi salah satu negara yang menerapkan demokrasi di Timur Tengah.

Selain itu, masa depan Timur Tengah juga menjadi pertanyaan besar yang meski dijawab oleh para pemimpin di negara-negara Timur Tengah untuk melaukan reformasi dan perubahan yang lebih baik agar tidak meletus kembali revolusi yang hingar binger tersebut. Dalam hal ini, fenomena pos-Islamisme di Turki mewarnai dinamika konstelasi politik dan agama dalam percaturan geopolitik di Timur Tengah.

BACA JUGA  Melihat Radikalisme dari Perspektif Gerakan Sosial

Partai AKP sebagai salah satu partai politik Islam yang mampu mengurai persoalan pelik yang melanda di Turki, terutama mengenai permasalahan Islam dan negara. Tidak hanya itu, dominasi sekuler yang kuat membuat situasi dan kondisi politik Turki selalu berkaitan dengan konsep sekulerisme yang telah diwariskan oleh Mustafa Kemal Attatürk.

Partai AKP dan pengaruh Recep Tayyib Erdogan sebagai salah satu tokoh partai tersebut sekaligus presiden Turki juga mendongkrak popularitas partai dan dianggap sebuah keberhasilan besar bagi kelompok “Islamis”. Interkasi antara Islamisme dan sekularisme yang terjadi sejak dulu, membuat kedua entitas ini saling berbenturan satu sama lain.

Topik menarik yang diulas dalam buku ini juga mengenai persoalan Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman atau akrap dipanggil dengan sebutan MBS. Ia adalah salah satu tokoh di balik kebijakan-kebijakan kontroversial kerajaan Arab Saudi. Misalnya saja terkait penangkapan 11 pangeran, termasuk didalamnya Waleed bin Talal dan beberapa menteri, serta mantan menteri kerajaan Arab Saudi yang dinilai telah melakukan tindak korupsi.

Selain itu, MBS juga melakukan berbagai kebijakan mengenai penerapan moderasi Islam. Apalagi selama ini Arab Saudi dianggap sebagai negara yang menerapkan paham Wahabi yang cenderung rigid dan kaku dalam persoalan keaagamaan.

Selanjutnya, permasalahan yang melanda Timur Tengah yakni terkait dengan kohesitas politik. Persoalan yang muncul karena adanya ketidakpercayaan di antara para elit politik, terutama kelompok elit minoritas yang menguasai mayoritas. Dampaknya rezim cenderung bersikap represif terhadap kelompok oposisi dan Arab Spring merupakan harapan di tengah berbagai persoalan yang tengah dihadapi rakyat di beberapa negara Timur Tengah.

Persoalan mengenai konflik Amerika Serikat dengan Iran juga menjadi topik yang dibahas dalam buku ini. Bahkan, mayoritas dari berbagai konflik dan ketegangan yang melanda negara-negara Timur Tengah tidak lepas dari dominasi dan intervensi Amerika Serikat atas negara-negara Timur Tengah. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya invasi AS ke Irak pada tahun 2003 yang akhirnya membuat Saddam Husein turun dan digantikan oleh pemerintahan “boneka” yang dibentuk oleh AS. Maka dari itu, perdamaian Timur Tengah akan sangat sulit selama AS masih terus mendominasi kepentingan di Timur Tengah.

Terakhir, pandemi Covid-19 juga menjadi persoalan pelik bagi negara-negara Timur Tengah. Awal mula merebaknya Covid-19 di Timur Tengah dimulai di Iran hingga menyebar ke beberapa negara Timur Tengah lainnya, termasuk Bahrain, Arab Saudi, dan beberapa negara lainnya yang terdampak Covid-19.

Arab Saudi juga menutup Masjidil Hara dan melarang kegiatan ibadah selama Covid-19 belum reda di negara tersebut. Dari berbagai topik dan pembahasan yang diulas dalam buku ini.

Saya merekomendasikan buku yang ditulis oleh Yon Machmudi selaku Ketua Prodi Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia yang sangat kompeten membahas kajian ini dan buku ini layak untuk dibaca bagi para pembaca yang fokus pada isu-isu Timur Tengah, terutama politik, ekonomi, hubungan internasional dan permasalahan lainnya yang dibahas secara detail dalam buku ini.

Firmanda Taufiq
Firmanda Taufiq
Mahasiswa S3 Kajian Timur Tengah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Penulis, dan Pengamat Politik Timur Tengah.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru