29.7 C
Jakarta
Array

Menjegal Gerakan Kelompok Radikalis di Perguruan Tinggi

Artikel Trending

Menjegal Gerakan Kelompok Radikalis di Perguruan Tinggi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Indonesia adalah negara dengan ideologi pluralis nan terbuka. Semua ini tercantum dan menjadi ruh di dalam butir-butir Pancasila. Oleh para pendiri bangsa, ideologi semacam ini sudah disepakati sebagai ideologi final, tidak bisa dan tidak boleh diotak-atik, dan memang ini sudah cocok dengan kondisi dan karakteristik Indonesia.

Namun, untuk mempertahankan ideologi yang sudah final itu sangatlah berat dan tantangannya serta ancamannya sangatlah besar. Iya. Salah satu ancaman terhadap ideologi Pancasila adalah merebaknya radikalisme yang mengarah pada aksi terorisme dalam beberapa tahun belakangan ini. Sebagaimana yang diketahui bahwa radikalisme dan terorisme dapat menjadi ancaman besar nan nyata karena dapat memecah belah mengganggu keselamatan dan kedamaian bangsa-negara Indonesia.

Radikalisme, dalam kontinum ideologis, sebagaimana diungkapkan oleh Halili Direktur Riset SETARA Institute, merupakan simpul kritis yang mengantarkan pihak atau aktor yang terpapar radikalisme ini pada tindakan teror dan tindakan fisik-sistematik atas negara. Dengan demikian, lembagaa-lembaga, terutama di setiap struktural, menjadi sasaran utama kelompok radikalis-teroris untuk merekrut anggota maupun menjalankan misinya.

Dalam hal ini, perguruan tinggi, yang di dalamnya terdapat lembaga struktural seperti lembaga dakwak kampus (LDK) dan lain sebagainya, patut menjadi perhatian memadai dan menjadi bagian integral-komprehensif dalam mencegah radikalisme dan gerakan-gerakan lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila serta mengancam persatuan dan keutuhan bangsa.

Harus diakui dan disadari, dan ini juga sudah terkonfirmasi dalam beberapa penelitian, seperti penelitian yang dilakukan LPPM UNUSIA Jakarta, SETARA Institute dan BIN, bahwa perguruan tinggi merupakan target strategis penyebaran narasi dan gerakan radikal.

Perkembangan radikalisme bukanlah sesuatu yang alami, tumbuh dengan sendirinya. Artinya, lahir dan berkembangnya radikalisme by design. Artinya, ada pihak atau kelompok yang sengaja hendak menanamkan ideologi tersebut dengan berbagai cara dan motif. Ada kalanya radikalisme ditumbuh kembangkan di Indonesia karena motif, ekonomi, politik, dan lainnya. Namun demikian, yang jelas adalah, bahwa hingga saat ini, kelompok-kelompok radikalis masih aktif menjalankan kegiatannya di kampus-kampus.

Kampus menjadi objek strategis kelompok radikalis sebagai media inkubasi sekaligus penyebaran atau penyemaian radikalisme. Dan di tempat ini pula (kampus), merupakan, sekali lagi, tempat yang luar biasa strategisnya karena dari kampus-lah, pranata sosial di masyarakat ditentukan. Artinya, kondisi masyarakat di masa kini dan mendatang akan diisi dan dikelola generasi muda yang saat ini sedang menempa dirinya di kampus. Kondisi ini ditangkap betul oleh kelompk radikalis. Dan mereka mengetahui betul kondisi psikologis pelajar, diantaranya, masih dalam tahap masa pencarian dan rasa ingin tahu tinggi ditambah idealisme yang tinggi. Kondisi-kondisi psikologis ini dimanfaatkan oleh kelompok radikalis dengan cara indoktrinasi.

Maka, kekhawatiran dan kewaspadaan radikalisasi di kalangan kampus bukanlah persoalan yang remeh-temeh dan memang patut diwaspadai. Hal ini bukan sikap yang berlebihan. Gejala serius nan masif radikalisasi kampus, sekali lagi, sudah dikonfirmasi melalui beberapa riset yang dilakukan tak hanya dua atau tiga lembaga riset saja, melainkan lebih dari itu. Maka, sikap kita sekarang adalah, bagaimana cara menjegal atau mematikan gerakan kelompok radikalis di kampus-kampus.

Harus jujur diakui bahwa, persoalan serius yang mendera kampus-kampus di Indonesia saat ini adalah ketidakmampuan untuk mencegah dan menjegal kelompok radikal di tubuh atau lingkungannya sendiri. Padahal secara ideologi sangat jelas, bahwa kampus-kampus, terutama kampus negeri, semuanya memegang teguh ideologi Pancasila, bahkan itu juga tertuang dalam butir visi-misi yang dimiliki kampus. Namun sayang seribu kali sayang, kampus seolah tak berdaya menghadapi kelompok intoleran dan radikalis.

Meskipun demikian, ada beberapa cara untuk menangani kelompok radikalis di kampus. Pertama, perkuat kurikulum. Peserta didik, dalam hal ini mahasiswa, sangat bergantung pada apa (materi) yang mereka terima. Lazimnya, materi itu dibungkus dalam sebuah kurikulum. Nah dalam hal ini, kampus harus memperkuat atau membentengi mahasiswanya dari paham radikal dengan cara menyusun kurikulum.

Kedua, selektif dalam memilih dosen dan pegawai. Barangkali masih ada yang ingat beberapa waktu lalu bahwa ada kampus yang “kecolongan”. Artinya, dosen dan pegawainya memiliki ideologi atau berafilisasi dengan kelompok radikal. Tentu kondisi ini turut menjadi faktor merebaknya kelompok radikal di kampus. Oleh sebab itu, rekrutmen tenaga pendidik dan tenaga pendidikan di lingkup kampus harus benar-benar selektif.

Ketiga, merebut LDK. Lembaga Dakwah Kampus (LDK) saat ini, terutama di PT negeri, sudah banyak dikuasai oleh kelompok Islam eksklusif yang memiliki gerakan ke arah radikal. Banyak faktor mengapa LDK lebih dikuasi kelompok ini. Salah satunya adalah perhatian organisasi yang dipandang moderat seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII, dan IMM tidak maksimal dan optimal. Entah kedua organisasi tersebut sibuk dengan urusan politik di luar atau tenaga dan dayanya sudah habis karena konflik internal yang berkepanjangan. Yang jelas. Saat ini, organisasi besar seperti HMI, IMM dan PMII harus mengerahkan segala perhatian dan gerakannya ke LDK. Rebut LDK dari “penguasaan” kelompok radikal.

Keempat, pembinaan dan dialog. Pihak kampus tak bisa membiarkan kelompok radikal bersemanyam di kampus begitu saja. Artinya, harus ada intervensi dengan tanpa mengurangi niali demokratis sebuah kampus. Salah satunya dengan cara melakukan pembinaan dan dialog. Ini sudah menjadi tugas kampus, yakni mengembangkan nilai-nilai toleransi, keberagaman dan menguatkan ideologi Pancasila.

Setidaknya cara-cara ini bisa menjegal wacana dan gerakan kelompok radikal di kampus-kampus. Semoga Indonesia menjadi negara yang aman, maju dan selalu diberkahi oleh Allah SWT. Radikalisme dan terorisme segera lenyap di bumi Indonesia. Aamiin.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru