26.8 C
Jakarta
Array

Menimbang Objektivitas Statemen UAS dan TGB Tentang Bendera Tauhid

Artikel Trending

Menimbang Objektivitas Statemen UAS dan TGB Tentang Bendera Tauhid
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Gambar meme di bawah ini sedang digencarkan oleh para pemuja khilafah (ataukah pembenci Jokowi?!! Wallahu A’lam). Mereka merasa mendapatkan legitimasi dari seorang da’i fenomenal abad ini, Ust Abdusshomad atau UAS.

Setidaknya, ada dua point besar yang mereka ambil dari wawancara eksklusif UAS dengan TVONE beberapa waktu lalu;

  1. Ar Rayah & Al Liwa tidak hanya dinarasikan disaat perang saja, tapi juga disaat damai.
  2. Ar Rayah & Al Liwa adalah bendera Umat Islam, pemersatu Umat Islam.

Point pertama merupakan senjata counter attack para pengasong khilafah kepada TGB. Sebelumnya beliau memberikan pernyataan tidak ada satupun dalam Khazanah keislaman bahwa Ar Rayah dan Al Liwa dinarasikan dalam situasi damai.

ARGUMENTASI UAS

Bukti bahwa Ar Rayah & Al Liwa juga dibawa oleh Rasulullah saat damai, menurut UAS adalah fakta sejarah penaklukan Kota Mekkah. Dalam hadits disebutkan; ” Nabi Muhammad SAW memasuki kota Mekkah dengan Liwa berwarna Putih.” Ini adalah peristiwa penaklukan Kota Mekah, pada saat itu Rasulullah membawa 10 Ribu pasukan. Beliau berada di Mekkah selama 19 hari dalam rangka rekonsiliasi.

Inkonsistensi Pernyataan UAS

Analisa ini tidak akan merujuk kepada fakta sejarah tentang penaklukkan kota Mekkah, hanya didasarkan pada pernyataan UAS dalam wawancara tersebut, Jika merujuk kesana, sangat jelas bahwa penaklukkan kota Mekkah disebabkan oleh tindakan pongah kaum Quraisy yang melanggar perjanjian Hudaibiyah, yang salah satu diantaranya adalah gencatan senjata selama 10 tahun, sehingga Rasulullah SAW berniat untuk menggempur kaum Quraisy dan sekutunya dengan membawa 10ribu pasukan yang dibagi menjadi 4 bagian. Oleh karenanya, peristiwa ini oleh para sejarawan merupakan salah satu diantara peperangan Rasulullah SAW.

Inkonsistensi Pertama

UAS mengatakan bahwa Ar Rayah dan Al Liwa juga terjadi di saat situasi damai. Tapi argumentasinya adalah peristiwa penaklukkan kota Mekkah.

Jika memang itu situasi aman, damai, dan kondusif, kenapa Rasulullah membawa pasukan sebanyak 10ribu?? sebagaimana yang dijelaskan UAS sendiri.

Jika memang situasi damai, terus maksud pernyataan UAS bahwa Rasulullah ke Mekkah dalam rangka rekonsiliasi itu apa? Rekonsiliasi dari apa?

Jika yang dimaksud UAS bahwa dalam Penaklukkan kota Mekkah tidak terjadi peperangan, itu benar, tapi faktornya bukan karena situasi saat itu aman dan damai, melainkan karena kaum Quraisy menyerah.

Disinilah keteladanan Rasulullah SAW yang patut dicontoh. Betapa beliau seorang pemaaf meskipun kepada non Muslim, apalagi kepada sesama muslim.

Inkonsistensi UAS Kedua

Sebelum menjelaskan bahwa Ar Rayah dan Al Liwa juga dipakai disaat damai, UAS menjelaskan tentang definisi dari keduanya. Beliau mengatakan; ”  dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarah Muslim bahwa Al Liwa adalah:  Al Alam Al Kabir,  sedangkan Ar Rayah adalah: Al Alam as shaghir. Jadi kalau Al Liwa dibawa oleh pemimpin pasukan, kalau Ar Rayah dibawa oleh pasukan- pasukan kecil ”

Ini dia redaksi asli dalam kitab Syarah Muslim;

ﻗﺎﻝ ﺃﻫﻞ اﻟﻠﻐﺔ اللواء: اﻟﺮاﻳﺔ اﻟﻌﻈﻴﻤﺔ ﻻ ﻳﻤﺴﻜﻬﺎ ﺇﻻ ﺻﺎﺣﺐ ﺟﻴﺶ اﻟﺤﺮﺏ ﺃﻭ ﺻﺎﺣﺐ ﺩﻋﻮﺓ اﻟﺠﻴﺶ ﻭﻳﻜﻮﻥ اﻟﻨﺎﺱ ﺗﺒﻌﺎ ﻟﻪ

“Ahli bahasa mengatakan: Al Liwa adalah bendera besar yang hanya dipegang oleh pemimpin pasukan perang dan para pasukan akan tunduk kepadanya”

Perhatikan kata-katanya:

ولا يمسكها إلا صاحب جيش الحرب…. إلخ

Dalam disiplin ilmu Mantiq (logika), ini dinamakan fashl, yakni: lafadz kully yang berfungsi membedakan satu hakikat dari hakikat- hakikat lainnya yang berserikat dengannya dalam jinis.

Artinya, yang membedakan Al Liwa dengan bendera yang lainnya adalah : Al Liwa hanya dipegang oleh pemimpin pasukan perang, bukan oleh sembarang orang, berbeda dengan bendera negara, ormas, Jam’iyyah dll.

Menariknya lagi, Dalam fashl ini menggunakan bahasa hashr, sehingga pengertiannya adalah : hanya boleh dipegang / dibawa oleh pemimpin pasukan perang.

Pertanyaannya adalah, seberapa pentingkah peran sebuah bendera / panji dalam kancah peperangan?! Dalam konteks peperangan, Al Liwa ataupun Ar Rayah memiliki peran penting sebagai tanda atau kode bagi sebuah pasukan perang. Prajurit yang terpencar dari pasukan, terkepung pasukan musuh, tersesat, bisa mengetahui kemana ia harus kembali.

Sebab dalam kancah peperangan, kedua kubu yang awalnya berhadap-hadapan dan dalam lokasi yang berbeda , akan saling serang dan menyatu dalam satu tempat untuk saling mengalahkan. Disinilah pentingnya arti sebuah panji peperangan.

Perhatikan surat Al Hujurat ayat 09 berikut;

ﻭَﺇِﻥْ ﻃَﺎﺋِﻔَﺘَﺎﻥِ ﻣِﻦَ اﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ اﻗْﺘَﺘَﻠُﻮا…الآية

Kenapa Allah SWT menggunakan redaksi jama’: اﻗْﺘَﺘَﻠُﻮا, padahal kata gantinya (dlomir) kembali kepada lafadz  ﻃَﺎﺋِﻔَﺘَﺎﻥِ  yang tatsniyyah??!! Karena dalam kondisi saling serang, kedua kubu akan menyatu dan sulit dibedakan, sehingga laksana satu kelompok atau kubu.

Dus, dari dua inkonsistensi UAS ini, dapat disimpulkan bahwa pernyataan TGB lebih obyektif dan jujur daripada UAS dalam memberikan statemen terkait narasi bendera Rasulullah, apakah dalam konteks peperangan ataukah juga dalam kondisi damai.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru