34 C
Jakarta
Array

Mengurai Makna Surah Al-Mulk (Bagian-VII Habis)

Artikel Trending

Mengurai Makna Surah Al-Mulk (Bagian-VII Habis)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dikisahkan dahulu para kaum Quraisy Mekah mendoakan buruk bagi Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya agar cepat mati. Lalu turunlah tiga ayat berikut:

Qul a ra’aytum in ahlakaniy Allâh wa man maʻiya aw rahimanâ faman yujîru al-kâfirîna min ʻadzâb alîm

Katakanlah Muhammad, apakah kalian tahu jika Allah mencabut nyawaku dan orang-orang beriman yang bersamaku ataupun Allah merahmati kami dengan menunda ajal kami, maka beritahu kepadaku siapa yang mampu menyelamatkan orang-orang kafir dari siksa yang pedih. Tentu tidak ada siapapun dan satu makhluk pun yang dapat menyelamatkan kalian dari siksa-Nya

Ayat ini juga menegaskan bahwa tidak ada gunanya bagi kaum Musyrikin mendoakan buruk bagi Nabi dan para sahabat. Jika memang dikabulkan apakah kaum Musyrikin bias tenang-tenang dan bersantai. Tentu tidak, siksa Allah swt sudah menunggu mereka. Ini juga bias diambil pelajaran bahwa mendoakan buruk atau mengharap keburukan menimpa orang lain tidak berarti kita akan menjadi lebih mulia dan mendapat ketenangan. Justru sebaliknya, keburukan itu pun juga akan menimpa kita dan bias jadi kita lebih hina dari mereka.

Mengenai penyebutan ayat tentang siapa yang bisa menyelamatkan mereka, ini berarti suatu peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman untuk minta keselematan hanya kepada Allah swt dengan cara bertaubat dan mengikrarkan kalimat tauhid serta mengimani Rasulullah saw. Sehingga mereka nantinya juga beriman terhadap hari akhir.

Qul Huwa al-Rahmân âmannâ bihî wa ʻalaihi tawakkalnâ fasataʻlamûna man huwa fî dhalâl mubîn

Katakanlah Muhammad, yang dapat menyelamatkan kita adalah keimanan terhadap Allah al-Rahmân, Sang Maha Kasih Tuhan yang kami yakini dan kami imani. Hanya kepada-Nya-lah kami memasrahkan seluruh urusan kami. Bukan kepada siapapun dan apapun. Nantinya kalian akan tahu siapa yang sebenarnya berada pada kesesatan yang nyata dan kesalahan yang jelas. Apakah kami atau kalian. Siapa yang nantinya akan mendapatkan hukuman baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Qul a ra’aytum in ashbaha mâ’ukum ghawran faman ya’tîkum bimâ’ maʻîn

Katakanlah Muhammad, apakah kalian tahu jika air -yang kalian manfaatkan baik itu dari sumur atau sumber mata air- itu surut dan tidak bisa ditimba atau dibor lagi. Lalu beritahukan kepada ku siapa yang mampu mendatangkan air melimpah dan mengalir yang tidak ada putusnya. Tentu hanya Allah swt yang mempu mendatangkan air baik lewat hujan, salju, aliran sungai, sumber mata air ataupun yang lain.

Salah satu kemurahan Allah swt memberikan kita sumber cadangan air di bumi hingga mengalirkannya di seluruh pelosok dunia. Tidak lain ini untuk mencukup kebutuhan makhluk-Nya baik itu sedikit maupun banyak.

Ayat terakhir ini juga memberikan pesan bahwa hendaknya manusia mengakui nikmat-nikmat yang diberikan Allah swt. Salah satunya adalah air. Di samping itu juga ada pesan agar kita hanya pasrah dan bergantung kepada Allah swt dalam setiap kebutuhan kita. Tidak ada siapapun yang dapat menghalangi apapun yang Allah berikan. Dan tidak ada siapapun yang dapat memberi sesuatu yang Allah tidak berkenan untuk diberikan.

Pada penghujung surah al-Mulk ini para ulama menganjurkan untuk menutup bacaan surah al-Mulk dengan ungkapan Allâhu Rabbunâ Rabbul ʻÂlamîn (Allah Tuhan kami Tuhan yang mengatur alam semesta) sebagai jawaban dari pertanyaan, siapa yang mampu mendatangkan limpahan air di muka bumi. Wallâhu Aʻlam  

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru