Harakatuna.com – Bukan sekadar waktu persiapan menuju Ramadhan, bulan Sya’ban merupakan bulan istimewa dan memiliki keutamaan sebagaimana dijelaskan dalam dalil-dalil mu’tabarah. Posisinya yang berada di antara dua bulan mulia membuat bulan Sya’ban sering terlupakan sisi keutamaan dan keistimewaannya.
Bulan Sya’ban dalam sistem penanggalan Hijriyah merupakan bulan kedelapan yang datang sebelum bulan Ramadhan, waktu umat Islam melaksanakan puasa selama sebulan penuh dan merupakan bulan penuh keutamaan.
Di saat yang bersamaan bulan Sya’ban hadir tepat setelah bulan Rajab, salah satu dari empat bulan haram atau bulan mulia yang keutamaannya disebutkan dalam Al-Quran. Keberadaan bulan Sya’ban yang diapit dua bulan istimewa, menjadikannya sering terlupakan fadilahnya.
Dalam sabdanya, Nabi Muhammad SAW mengungkap hal demikian, perihal posisi bulan Sya’ban yang cenderung terabaikan sekaligus menegaskan perihal sisi istimewa bulan kedelapan dalam penanggalan Hijriyah tersebut.
ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم — حديث صحيح رواه أبو داود النسائي
Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa (HR Abu Dawud dan Nasa’i).
Sebagai waktu diangkatnya amal-amal, sebagai umat Muslim mari memperbanyak amalan ibadah sepanjang bulan Sya’ban. Penuhi waktu dengan aktivitas spiritual dan hati yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam hadis lain melansir dari kitab Kanzun Najah was Surur menjelaskan bahwa Bulan Sya’ban adalah bulan Nabi.
عن ابن عباس رضى الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: رجب شهر الله وشعبان شهرى ورمضان شهرامتى
Dari Ibnu Abbas RA dari Nabi SAW bersabda: Rajab bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku.
Keistimewaan bulan Sya’ban berikutnya terletak pada malam pertengahannya yang dikenal dengan malam Nisfu Sya’ban. Malam kelima belas bulan tersebut memiliki sejumlah nama mulia.
Nama-nama mulia tersebut di antaranya lailatul mubarokah (malam keberkahan), lailaul mubaro’ah (malam pembebasan), lailatul qismatul taqdir (malam penetapan takdir), lailatul ijabah (malam diterimanya doa-doa).
Berkaitan dengan nama mulia yang terakhir, hadis riwayat al-Baihaqi menjelaskan mengenai keistimewaan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam mustajabah. Rasulullah SAW bersabda:
خَمْسُ لَيَالٍ لَا يُرَدُّ فِيْهِنَّ الدُّعَاءُ لَيْلَةُ الْجُمْعَةِ وَأَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَتَا الْعِيْدِ
(Terdapat) lima malam, di mana doa tidak ditolak di dalamnya, yaitu: malam Jumat, malam pertama dari bulan Rajab, malam pertengahan bulan Sya’ban, dan dua malam hari raya.
Nisfu Sya’ban yang menjadi bagian dari bulan Sya’ban masih memiliki keistimewaan lainnya, yang menyandang predikat malam penuh ampunan. Hal ini dijelaskan dalam hadis berikut sebagaimana melansir dari Maa Dzaa fi Sya’ban, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki:
عن معاذ بن جبل رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه و سلم قال يطلع الله الى جميع خلقه ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه الا لمشرك او مشاحن
Artinya: Allah menghadirkan malam Nisfu Sya’ban kepada semua makhluk-Nya dalam rangka untuk mengampuni segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat makhluk-makluk-Nya tersebut, kecuali orang yang musyrik dan musyahin. (HR Imam Thabrani dan Ibnu Hibban)
Bulan Sya’ban menjadi momentum istimewa yang menjadi waktu terjadinya deretan peristiwa penting dalam sejarah umat Islam. Pertama, peristiwa perpindahan arah kiblat dari Masjid Al-Aqsa ke Masjidil Haram yang termaktub dalam QS. Al Baqarah: 144.
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab) benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (Al-Qur’an Kemenag)
Peristiwa penting lainnya yang terjadi di bulan Sya’ban adalah turunnya ayat Al Qur’an, Surah Al Azhab ayat 56 mengenai anjuran shalawat kepada Nabi SAW.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.
Sebagai momentum penuh keutamaan, sebagai umat Islam mari penuhi bulan Sya’ban dengan aktivitas spiritual, yang bisa dilakukan dengan melaksanakan ibadah dan amalan.
Niatkan segala aktivitas sebagai ibadah yang bermuara menuju ridho Allah SWT yang dilaksanakan dengan cara yang maslahah mencerminkan Islam rahmatallil’alamin.
Bangun tali persaudaraan dan rasa kemanusiaan yang murni serta cinta alam sebagai bentuk ibadah dalam garis hablu minannas wa hablu minal alam.