29.7 C
Jakarta

Menghargai Perbedaan dan Keberagaman

Artikel Trending

KhazanahPerspektifMenghargai Perbedaan dan Keberagaman
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setiap manusia lahir di dunia selalu mempunya perbedaan diantara lain. Tidak ada dua orang yang sama persis di dunia ini. Mesikupun mereka kembar identik sekalipun. Perbedaaan ini meliputi beberapa aspek, ada yang secara fisik, perbedaan agama, suku, golongan sosial ekonomi, ataupun perbedaan lain yang menyangkut gagasann, selera, keinginan dan sebagainya. Maka dalam bahasan ini kami merasa penting untuk mengulas bagaimana menghargai perbedaan dan keberagaman.

Negara Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau dan lautan yang sangat luas. Terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, bahasa daerah, adat istiadat, agama dan kepercayan, ras, warna kulit, dan peradaban yang berbeda. Hal tersebut menunjukan bahawa negara kita banyak perbedaan dan keberagaman.

Perbedaan dan keberagaman merupakan aset dan sumber daya yang perlu dikembangkan. Semua itu merupakan kekayaan bangsa Indonesia. Adanya perbedaan dan keberagaman bangsa Indonesia akan menjadi modal dasar pembangunan bangsa kita sendiri, asalkan kita saling menghormati dan menghargai adanya perbedaan dan keberagaman tersebut. Sebaliknya jika masyarakat Indonesia tidak mau saling menghargai dan menghomati adanya perbedaan dan keberagaman tersebut, maka akan menimbulkan berbagai macam masalah. Misalnya; perkelahian antar suku, kekerasan, pelecehan, penghinaan dan sebagainya.

Perbedaan dan Sebab Radikalisme

Perlu dipahami bahwa perbedaan pendapat, perbedaan peradaban akan tampak dalam perbedaan bersikap dan berperilaku. Apabila remaja banyak belajar tentang karakter lintas budaya, agama, suku, keadaan sosial ekonomi dalam masyarakat, tentu akan menjumpai keberagaman, masing-masing akan memiliki keunikan sendiri-sendiri. Bila kita dapat menikmati, mempelajari, menghormati dan menghargainya pasti akan menemukan sesuatu, yang merupakan kelebihan yang bisa kita banggakan.

Oleh karena itu, remaja harus belajar mengendalikan diri untuk tidak mudah terpengaruh atau bersikap emosional bila menjumpai bentuk sikap prilaku yang berbeda atau menyinggung perasaan. Jadi akan lebih baik bersikap rasional serta mempelajari faktor latar belakang permasalahan terlebih dahulu.

Suatu fenomena yang sering kita jumpai saat ini, kenakalan dan kekerasan yang terjadi pada remaja, khususnya terjadi pada pelajar akhir-akhir ini, menunjukkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Berbagai kekerasan dan tawuran pelajar diberbagai kota di Indonesia, mengejutkan semua pihak dan merupakan permasalahan yang serius yang harus segera dicarikan penanganannya secara tepat. Kenakalan dan kekerasan pelajar menunjukan adanya permasalahan pada diri siswa, dimana dalam memandang perbedaan dan keberagaman tersebut hanya secara dangkal dan emosional semata. Oleh karena itu remaja harus belajar membangun interaksi yang sehat dengan lingkungannya.

BACA JUGA  Mengubur Egoisme Politik, Mewujudkan Indonesia Harmoni

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa cenderung untuk lebih menggunakan bahasa kekerasan dari pada bahasa santun dan beradab. Hal tersebut merupakan masalah yang sangat besar dilingkungan masyarakan dan harus segera diatasi. Jika pembiaran dilakukan terus menerus tanpa ada upaya untuk menangani, sama artinya dengan memberi peluang untuk timbulnya masalah yang lebih komplek.

Menyikapi Perbedaan

Begitu juga bentuk kekerasan yang sudah meluas di dunia maya melalui internet. Pelecehan, penghinaan, ancaman, pencemaran nama baik maupun bentuk pelecehan lainnya merupakan kekerasan psikologis. Media masa memiliki andil besar dalam menumbuhkan iklim kekerasan di masyarakat melalui tayangan berita kekerasan secara terus menerus. Informasi tentang kekerasan yang ditayangkan terus menerus, tanpa ada tindakan nyata untuk mengatasinya. Timbulnya  kesan “pembiaran” sehingga menyebabkan akumulasi tentang kekerasan menjadi hal biasa. Hal tersebut meembentuk sudut pandang yang keliru pada masyarakat, masyarakat akan memandang kekerasan merupakan hal yang biasa serta melemahkan kepekaan masyarakat itu sendiri.

Tingkat kekerasan dikalangan remaja hingga tingkat tertentu akan menjadi indikator awal kehancuran sebuah bangsa. Mengejalanya prilaku agresif dan kekerasan dikalangan remaja/pelajar, salah satu faktor penyebabnya adalah kelalaian yang terjadi sejak dini, tidak adanya pembiasaan bersikap toleransi, pembiaran oleh orang tua ataupun orang-orang yang lebih dewasa lainnya. Oleh karena itu peran komunitas karakter (orang tua, sekolah, institusi keagamaan, media, pemerintah dan masyarakat) menjadi sangat penting, dan hendaknya dapat memberikan keteladanan, pembiasaan dan intervensi yang positif secara konsiten, terus menerus.

Kemampuan menerima perbedaan sesungguhnya sangat mendukung perkembangan diri. Orang yang tak mampu menerima perbedaan cenderung menutup jalan kearah perkembangan diri yang lebih baik. Hal ini tentu merugikan orang tersebut.

Pembiasaan menerima perbedaan harus diawali diri sendiri. Kita harus bisa mengatur paradigma bahwa segala sesuatu secara alamiah memang harus berbeda. Sebab perbedaan merupakan varian yang akan memperindah kehidupan. Bisa juga melati menerima perbedaan gagasan melalui diskusi. Cobalah menerima dan memahami semua pendapat. Kalaulah pendapat-pendapat tersebut tidak dapat digabungkan, setidaknya dapat menambah wawasan kita. Dengan cara-cara inilah akan membentuk sebuah pribadi, budaya dan karakter yang kuat bagi remaja/pelajar. Wa Allahu ‘Alamu bi al-Shawab.

*Kodrat AlamsyahPeneliti Muda di Lembaga Sosial Budaya (LSB) Cabang Semarang, Mahasiswa UIN Walisongo.

Kunjungi laman kami untuk berbagi kegiatan melawan radikalisme dan penguatan pilar kebangsaan

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru