25.7 C
Jakarta
Array

Menghantam Laju Radikalisme dan Terorisme di Jagat Maya

Artikel Trending

Menghantam Laju Radikalisme dan Terorisme di Jagat Maya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Di era digital semacam ini, kebutuhan masyarakat terhadap teknologi adalah keniscayaan yang tak bisa dilepaskan. Dalam beragam bentuk, teknologi menjadi komoditas yang berfungsi sebagai jembatan guna memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat. Mulai tereksplornya pencarian informasi, kebutuhan komunikasi, bahkan komponen agenda jual beli, semua telah tergerak lewat dunia digital. Pemanfaatan dunia digital yang sejalan dengan kebutuhan masyarakat seperti demikian, perlu diimbangi secara konvergen dan antisipatif dengan beragam ilmu yang mengarah pada pemahaman kebangsaan dan Keindonesiaan. Sebab dunia digital ibarat pisau bermata dua. Ia memiliki beragam kemanfaatan, namun tak terhitung pula jumlah kerugian. Karena itulah, upaya pewaspadaan terhadap dunia digital harus selalu digulirkan agar tak menjadi bara dalam sekam.

Terlepas dari kebutuhan demikian, dunia digital pada beberapa dasawarsa ini mengalami penjajahan yang cukup mengkhawatirkan. Dunia digital yang idealnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan masyarakat, kini justru disusupi oleh beragam paham bengkok yang tak sepadan dengan naluri kemanusiaan. Beragam berita hoaks, pesan-pesan radikal yang bahkan sampai mengajak ke agenda terorisme, kini justru menjajah dunia digital. Meski penjajahan lewat dunia maya tak secara langsung timbul dampaknya, namun perlu disadari penjajahan demikian memiliki makna yang sepadan dengan penjajahan yang dilakukan Belanda dan Jepang beberapa abad silam. Sebab penjajahan dalam dunia digital lebih identik pada penjajahan pola pikir kebangsaan yang menjurus pada agenda anti pancasila dan bergam hal yang menapaki jalan pemecah belah.

Josua Partogi (2013) dalam artikelnya berjudul “5 Mindset Kuno Penjajah Ekosistem Software Development Indonesia” mengatakan bahwa penjajahan di abad ke 20 cenderung lebih mengkhawatirkan dibanding penjajahan di masa lalu. Sebab penjajahan yang digulirkan pada konteks ini lebih mengacu para mindset (pola pikir) yang tidak memiliki cara pandang revolusioner lewat teknologi digital. Perlu kita ambil benang merah dari apa yang diungkapkan Josua Patogi tadi. “Penjajahan Pola Pikir.” Penjajahan yang semakna dalam mengancam kedaulatan bangsa Indonesia. Beranjak dari kenyataan itulah, langkah antisipasi perlu kita bangun untuk mengusir penjajahan pola pikir demikian. Sebab dunia digital hanyalah dunia digital. Yang tak bisa berdiri tegak tanpa disandarkan pada para pemakainya.

Bersatu

Salah satu pilar penting yang digunakan untuk membangun amunisi kekuatan adalah wujud persatuan dan kesatuan. Prinsip bhineka tunggal ika yang digelorakan melalui spirit keberanian (merah) dan kesucian (putih) menjadi landasan kemenangan pada tahun 1945. Melalui kiblat itu pula, mari kita gaungkan kembali kekuatan demikian untuk mengusir penjajahan radikalisme di dunia maya. Sebab penjajahan yang digelorakan lewat dunia maya akan menjadi lawan yang setara, atau bahkan lebih kuat untuk mercuni pola pikir anak bangsa. Sebab kita tentu sepakat, bahwa regenerasi radikalisme dan terorisme harus dihentikan sedini mungkin, agar kaderasisi kelompok radikal tak berlanjut dan mengancam ideologi negara.

Terlepas dari hal demikian, sangat perlu kita mengajak seluruh elemen dari kaula muda, tua, dan dewasa untuk bersinergi memberangus penjajahan yang membibit di dunia maya. Sebab, jika mengamati banyaknya konten-konten negatif yang menyusup di dunia maya, maka kita juga membutuhkan amunisi yang sama. Yakni sebanyak mungkin, minimal setara dengan jumlah dan kualitas musuh yang dihadapi. Karena itulah, mari kita bersama mengampanyekan semangat persatuan dan kesatuan untuk memerah putihkan dunia maya. Dari hal-hal kecil saja, tergantung hobi yang digeluti. Sebab pangsa penikmat dunia maya juga berbeda-beda. Dari mulai anak-anak, muda, tua dan dewasa. Pun, selera mereka juga tak bisa dipersepsikan sama. Karena setiap manusia memiliki rasa yang berbeda-beda pula.

Kongkritnya, katakanlah dalam pangsa masyarakat kita ada yang memiliki kapasitas memadai dalam bazzer di dunia medsos. Di lain sisi, banyak masyarakat dari beragam golongan yang senantiasa setia pada hiburan-hiburan medsos seperti Facebook, Twiter, Instagram, Whats App, dan lain sebagainya. Pada konteks yang sama, ada kaula muda kita yang juga memiliki potensi menjadi penulis-penulis idealis dengan ulasan kritis, ilmiah dan mendalam.

Ada pula yang memiliki kecerdasan menulis dengan renyah, ringan dan mudah dipahami oleh seluruh kalangan. Bahkan ada pula yang memiliki keahlian dibidang IT dan pembuatan meme yang menarik untuk dieksplorasin dengan menyimpan banyak makna.

Dari beberapa kemampuan-kemampuan itu tadi, sudah selayaknya jika ada gerakan pemersatu untuk menyinergikan keahlian-keahlian demikian. Singkatnya, persatuan dan kesatuan dari beragam keahlian demikian dieksplorasikan untuk menjemput kemerdekaan dunia maya. Melalui para penulis-penulis handal, begitupun para pembuat meme yang menarik dengan mengulas tentang hakikat kebangsaan dan keindonesiaan yang kita miliki, maka sedikit banyak bisa menghantam laju radikalisme untuk menepi dari jagad media maya. Apalagi, jika para bazzer demikian menggelorakan di area media sosial. Maka semangat keatuan dan keindonesiaan akan melindungi masyarakat dari penjajahan pola pikir radikalisme dan terorisme yang menggurita.

Lebih jauh dari itu, masyarakat juga tentu akan selalu berpikir dan melakukan tabayyun (banding membandingkan) terhadap beragam berita yang tersebar di dunia digital. Singkatnya, upaya demikian tanpa disadari juga akan membangun pola pikir masyarakat untuk selalu berpegang teguh pada ideologi kebangsaan yang dimiliki Indonesia. Akhirnya, setali tiga uang, upaya ini juga menjadi hakikat yang memadai untuk mewujudkan cita-cita negara berupa mencerdaskan kehidupan bangsa dalam memerangi radikalisme dan terorisme yang menggurita. Wallahu a’lam bi al-shawaab.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru