32.4 C
Jakarta

Menggugat Doktrin Perempuan sebagai Pembangkit Nafsu Seksual

Artikel Trending

KhazanahPerempuanMenggugat Doktrin Perempuan sebagai Pembangkit Nafsu Seksual
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Perempuan merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang diberi tugas untuk mendampingi lelaki dalam kehidupan duniawinya. Keduanya, laki-laki dan perempuan adalah dua insan yang saling melengkapi dan merupakan wujud kesatuan jiwa dan raga. Berawal dari kesatuan jiwa dan raga akan berbuah menjadi secarik cinta kasih dan kemudian menghasilkan wujud yang disebut seks sebagai buah dari cinta. Perlu adanya sorotan, bahwa keharmonisan seksual laki-laki dan perempuan telah dirampas oleh kehadiran zaman dan ketidakpahaman manusia.

Dahulu seks selalu dibicarakan melalui penyampaian yang santun, sesuai dengan kaidah Islam dan tidak menyimpang dari ajaran agama Islam. Akan tetapi, bagaimana seks dibicarakan oleh kalangan umat manusia pada zaman kontemporer seperti sekarang ini? Kini lelaki secara perlahan dengan daya nafsu melakukan eksploitasi seks terhadap perempuan. Tanpa kesadaran dari perempuan, hal tersebut menjadikan perempuan seperti objek pembangkit rangsangan nafsu seksual bagi kaum lelaki.

Mengutip dari M. Quraish Shihab, mengatakan bahwa pada masa kini moral telah dilepaskan dari segalanya, bermula dari politik, kemudian ekonomi, dan terakhir seks. Kesalahan terbesar dalam sejarah kemanusiaan adalah ketika akhlak dipisahkan dari politik dan ekonomi, dan kesalahan yang terbesar adalah ketika akhlak dipisahkan dari seks. Seks bukanlah barang yang kotor jika ditafsirkan dan dilakukan sesuai dengan kaidah yang sesuai. Kemudian untuk menikmatinya, tidak harus melakukan penyimpangan dan tidak harus dengan eksploitasi seks.

Perkembangan yang sangat pesat membuat jalan mulus bagi teknologi dan sains menguasai akal budi manusia. Televisi, media sosial, telepon genggam dan media internet memamerkan beragam eksploitasi seks bagi perempuan. Akal budi manusia mengharuskan perempuan untuk mempercantik diri, memperindah bulu mata, bahkan memutihkan kulit. Tanpa disadari oleh perempuan, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk membangkitkan rangsangan nafsu seksual para lelaki jika tidak diperlakukan dengan benar.

Pada konteks tersebut perempuan tidak salah, dan bahkan lelaki pun tidak juga salah. Bukan perihal kesalahan perorangan, akan tetapi lebih menekankan bagaimana sikap dan cara keduanya menyikapi sebuah godaan yang berwujud fisik. Secara visual penampilan fisik perempuan yang mengenakan pakaian serba ketat, memperlihatkan belahan dadanya, memamerkan mulus pahanya dan menampakkan perutnya menjadikan jati diri perempuan dirampas oleh kaum lelaki. Hal tersebut menjadikan perempuan kehilangan akan jati dirinya yang sesungguhnya.

BACA JUGA  Rekonstruksi Peran Perempuan Menuju Indonesia Emas 2045

Dewasa ini pemahaman akan pentingnya moralitas berpakaian dalam diri perempuan mulai tergerus oleh berbagai suguhan di media sosial. Dari perkembangan teknologi, suguhan akan rangsangan seksual tidak hanya disuguhkan melalui wujud visual, tetapi juga dapat dieksploitasi melalui suara audio yang membangkitkan hasrat nafsu lawan jenis. Lihat berbagai film yang ditayangkan di layar lebar atau bahkan di televisi, tak jarang selalu disuguhkan berbagai bentuk eksploitasi terhadap perempuan dalam wujud fisik maupun non fisik.

Di antara para lelaki yang terang-terangan membela hak-hak atas ketertindasan perempuan, justru mereka mengalami kontradiksi. Kaum lelaki justru secara sembunyi-sembunyi di dalam wajah heroismenya, mengeskploitasi kehormatan perempuan. Misalnya mereka kaum lelaki berjabat tangan dengan perempuan dan kemudian mencium tangannya. Hal tersebut merupakan sebuah wujud awal sebelum tercapainya tujuan, yaitu memiliki sepenuhnya yang ada pada diri perempuan dengan cara melangkahi norma agama yang seharusnya dipenuhi.

Nampaknya lelaki dengan buas mengeksploitasi dan menghancurkan jati diri perempuan dan menarik keuntungan sebesar-besarnya dalam hal tersebut. Dengan begitu perlu adanya pemahaman dan kesadaran oleh perempuan untuk melindungi jati diri dan kehormatannya dari kebuasan nafsu lelaki. Begitu lelaki, harus sebisa mungkin mengontrol daya nafsunya dari beragam suguhan yang diperagakan perempuan. Jika dibiarkan dengan eksistensi, eksploitasi tersebut akan merusak dan menggerus peradaban perempuan untuk masa yang akan datang.

Perempuan adalah selimut bagi lelaki, dan begitu sebaliknya lelaki juga selimut bagi perempuan. Seharusnya keduanya saling menjaga dan melindungi dari segala ancaman yang datang dari dunia Barat. Krisis moralitas seksual saat ini telah mencemari berbagai segi bidang kehidupan manusia. Hampir tidak ada sedikit pun ruang kosong untuk mencegah dan menangkal kehadirannya dalam kehidupan manusia. Saatnya menyehatkan kembali pemahaman masyarakat dengan nilai Islam yang sesuai dengan anjuran dan ajaran dari Rasulullah SAW.

Didi Junaedi mengatakan, menikmati seks tidak harus menyimpang dan tidak harus melakukan eksploitasi terhadap perempuan. Seks, sebagaimana kebutuhan biologis lainnya, seperti makan dan minum, menuntut untuk selalu dipenuhi setiap saat. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan psikologis dan biologis manusia. Penyaluran akan rangsangan nafsu seksual dapat disalurkan melalui pernikahan sesuai dengan nilai yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru