29.7 C
Jakarta
Array

Mengenang Uwais Al-Qorni, Pemuda Penghuni Langit yang Diremehkan

Artikel Trending

Mengenang Uwais Al-Qorni, Pemuda Penghuni Langit yang Diremehkan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Namanya Uwais Al-Qorni, pemuda fakir miskin yang tinggal di Yaman dan hidup semasa dengan Nabi Muhammad SAW serta para sahabat. Uwais dikenal penduduk setempat sebagai pemuda yang berpenyakitan. Keseharianya bekerja sebagai pengembala Domba dan Unta. Bahkan menurut Abu Al-Qasim An-Naisuri dalam kitab Uqola Al-Majaniin,ia dianggap orang gila. Uwais mengidap penyakit Sopak (Vitiligo), karena penyakitnya itulah tubuhnya menjadi belang-belang. Meskipun begitu, Uwais tetap sabar merawat dan memenuhi kebutuhan Ibunya yang sudah tua dan lumpuh.

Suatu ketika Ibu Uwas Al Qorni berkata : “ Anakku, mungkin umur Ibumu ini sudah tak lama lagi, namun Ibu masih punya keinginan untuk berangkat haji di Mekkah sebelum tutup usia”. Mendengar permintaan sang Ibu, Uwais diam dan termenung. Perjalanan dari Mekkah sampai ke Madinah sangatlah jauh. Banyak rintangan dan halangan, yang paling membuatnya berpikir keras adalah sulit rasanya sampai di Mekah dengan tanpa mengendarai hewan dan perbekalan yang cukup.

Setelah berpikir keras, Uwais memutuskan untuk membeli seekor Anak Lembu lalu membangun kandang di puncak bukit. Setiap pagi hari, ia menggendong Anak Lembu naik-turun bukit. Ramai cemooh dan gunjingan orang-orang mengatakan Uwais kurang waras karena tingkah laku uwais yang sangat aneh.
Delapan bulan berlalu, sampailah pada musim haji. Anak Lembu sudah mencapai berat 100 kilogram. Karena kebiasaanya menggendong anak lembu peliharaanya, otot Uwais semakin kuat dan tenaganya semakin besar untuk mengangkat barang.

Penduduk Yaman tidak tau bahwa maksud Uwais menggendong Anak Lembu bolak-balik naik-turun bukit adalah latihan untuk menggendong Ibunya berangkat haji dari Yaman ke Mekkah.

Uwais mulai menggendong Ibunya berjalan kaki ke Mekkah. Demi memenuhi keinginan Ibunya, Uwais rela menempuh perjalanan yang tidak dekat. Sesampainya di Mekah, Uwais menggendong Ibunya wukuf. Saking senang dan terharunya, air matanya menetes dan bercucuran. Dihadapan ka’bah Uwais berdoa “Ya Allah, ampuni semua dosa-dosa Ibu saya”. “Bagaimana dengan dosamu wahai Anakku?” tanya Ibu Uwais sambil keheranan. Uwais lantas menjawab, “ dengan diampuninya dosa Ibu, maka ibu akan dimasukkan surga, sudah cukup ridho Ibu yang akan membawaku ke surganya Allah SWT”.

Allah SWT memberikan karunia dengan sembuhnya Uwais dari penyakit sopak, hanya tertinggal bulatan putih di tengah telapak tanganya, tanda inilah yang akan mempertemukannya dengan khalifah Umar Bin Khattab Dan Ali Bin Abi Tholib. Semasa hidupnya, Rasulullah pernah berpesan kepada mereka berdua, “Di zaman kamu nanti akan lahir seorang pemuda yang doanya pasti dikabulkan oleh Allah SWT, kalian berdua, pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman”.

Uwais al-qorni ingin bertemu rosulullah dan pergi ke Madinah

Karena ingin sekali bertemu dengan Rasulullah Muhammad SAW, Uwais meminta izin kepada Ibunya. Ibunya memberi izin kepada anak semata wayangnya sembari memberi pesan agar jangan lama-lama dan langsung kembali ke Yaman setelah bertemu dengan Rasulullah. Setelah menempuh jarak yang cukup jauh , sampailah Uwais di kediaman Rasulullah lalu mengetuk pintu sambil mengucapkan salam, keluarlah seorang perempuan istri nabi seraya membalas salam. Segera Uwais mengutarakan maksudnya ingin berjumpa dengan rasulullah.

Siti Aisyah r.a memberitahu Uwais bahwa Nabi Muhammad SAW sedang berada di medan perang, betapa kecewanya Uwais. Jauh-jauh dia datang dari Yaman, namun tidak bisa bertatap muka dengan Rasulullah Saw. Hati uwais bergejolak ingin menunggu kepulangan Rasulullah dari medan pertempuran tetapi ingat pesan ibunya agar cepat pulang ke yaman setelah bertemu rasulullah. Karena taat dan patuhnya Uwais pada Ibunya, dengan terpaksa Uwais pamit pulang kepada Siti Aisyah r.a karena Ibunya sedang sakit sambil menitipkan salam untuk Rasulullah.

Setelah peperangan usai, Rasulullah kembali menuju Madinah. Sesampainya di rumah. Rasulullah menanyakan kepada Siti Aisyah r.a tentang orang yang mencarinya. Rasululah mengatakan bahwa Uwais adalah pemuda yang taat kepada ibunya itu adalah penghui langit. Sejurus kemudian, Siti Aisyah r.a dan para sahabat kaget. Siti Aisyah r.a kemudian bercerita bahwa memang ada orang yang mencari Rasulllah tempo hari. Rasulullah melanjutkan keteranganya dengan berkata kepada para sahabat. “ kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di telapak tanganya”.Sesudah itu Nbi Muhammad SAW memandang Ali Bin Abi Tholib dan Umar Bin Khattab seraya berucap, “ suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan penghuni bumi”.

Hari-demi hari terus berganti, Rasulullah kemudian wafat. Kekuasaan khalifab Abu Bakar pun telah digantikan oleh Umar Bin Khattab. Suatu ketika khalifah Umar teringat akan pesan Rasulullah tentang Uwais Al-Qorni. Sejak saat itu, setiap rombongan yang datang dari Yaman menuju Syam untuk berdagang selalu di tanya apakah ada bersama mereka orang yang bernama Uwais Al-Qorni. Namun usaha dua khalifah tersebut masih belum menuai hasil.

Suatu ketika, silih berganti ada rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam,rombongan tersebut sampai di Madinah. Segera khalifah Umar dan Ali menanyakan apakah ada bersama mereka yang bernama Uwais Al-Qorni?. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa ada bersama mereka orang yang bernama Uwais. Dia sedang menjaga Unta-Unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar dan Ali bergegas pergi menuju perbatasan untuk menemui sang penghuni langit.

Sesampainya di tempat Uwais, khalifah Umar dan Ali memberi salam, tapi Uwais masih dalam posisi shalat. Setelah mengahiri shalat dengan salam. Uwais menjawab salam dari kedua khalifah sambil berjabatan tangan. Sewaktu berjabat tangan, dengan cepat khalifah membalikkan telapak tangan, pesan Rasulullah SAW memang benar, bahwa ada tanda putih si tengah telapak tangan Uwais Al-Qorni.

Wajah Uwais nampak berbinar dan bercahaya, khalifah umar menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah”. Mendengar jawaban itu mereka tertawa dan berkata, “kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Lantas siapakah namamu sebenarnya ?”. Uwais kemudian berucap, “nama saya Uwais Al-Qorni”. Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “kami datang kesini untuk meminta doa dan istighfar dari anda”. Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafat.

Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais mengangkat tangan , berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu khalifah Umar berjanji akan memberikan sumbangan uang negara dari Baitul mal untuk menyukupi kebtuhan hidup Uwais Al-Qorni. Segera saja Uwais menolak lalu berkata, “hamba mohon supaya hari ini saja hamba di ketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang miskin ini tidak lagi diketahui orang”.

Penduduk yaman tercengan saat wafatnya Uwais Al-Qorni

Beberapa tahun setelah pertemuan antara khalifah Umar dan Ali dengan Uwais, sang penghuni langitpun berpulang ke rahmatullah. Anehnya, berbondong-bondong orang datang untuk berebut memandikan jenazah Uwais, ketika dibawa ke tempat untuk di kafani, di sana pun sudah ada orang untuk mengkafani. Demikian pula ketika jenazah akan d bawa ke kuburan, berjubel-jubel pelayat turut serta mengantarkan jenazah Uwais Al-Qorni. Di tempat pengkuburanya pun berkerumunan orang membantu penggalian kubur. Ketika jenazah hendak diturunkan ke dalam kubur, di sana pun sudah ada orang yang telah siap menerima jenazah untuk dimasukkan ke liang lahat.

Penduduk kota yaman heran dan tercengang. Mereka saling bertanya siapakah sebenarnya Uwais Al-Qorni?. Seorang fakir miskin yang tak punya apa-apa, jarang dihiraukan orang, hanya bekerja sebagai pengembala Domba dan Unta . Namun ketika hari wafatnya begitu banyak orang-orang yang entah dari mana asalnya berduyun-duyun dan berebut mengurusi jenazahnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Artikel Terkait

Artikel Terbaru