26.3 C
Jakarta

Mengenal Ummu Aiman: Perempuan Ahli Surga yang Dicintai Rasulullah

Artikel Trending

KhazanahPerempuanMengenal Ummu Aiman: Perempuan Ahli Surga yang Dicintai Rasulullah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Nama Ummu Aiman mungkin tidak asing di telinga kita ketika mendengar kisah Rasulullah dalam memperjuangkan Islam. Namanya tercantum dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh HR Ibnu Sa’ad: “Barangsiapa senang untuk menikah dengan wanita penghuni surga maka menikahlah dengan Ummu Aiman”.

Perempuan yang memiliki nama asli Barakah sudah bekerja kepada keluarga Abdullan dan bunda Siti Aminah sebelum Rasulullah Saw. lahir. Sebuah kemuliaan yang diberikan padanya diberi kesempatan merawat Rasulullah sepeninggal ibu dan ayahnya serta menganggapnya sebagai anak kandungnya sendiri. Rasulullah pun menganggap Ummu Aiman seperti ibunya. Ia juga merupakan perempuan yang memeluk Islam di awal-awal perjuangan Rasulullah.

Beberapa keistimewaan lain yang dimiliki oleh Ummu Aiman, di antaranya: seorang perempuan dimana suami dan anaknya adalah kekasih Rasulullah, hijrah dua kali ke Habasyah (Ethiophia) dan ke Madinah, pemberani dan pendidik yang ulung.

Menjadi Ibu kedua Rasulullah sampai masa kenabiaannya merupakan sebuah keistimewaan yang dimiliki oleh perempuan ini. bagaimana tidak, ia diberi kesempatan untuk membersamai kekasih Allah, orang yang paling mulia serta dijunjung namanya. Tidak terbatas pada perjalanan tersebut, ia memeluk agama Islam dan ikut berjuang pada awal-awal penyebaran Islam yang penuh dengan pahit manisnya, dengan kesabaran dan keuletan yang dimilikinya, ia terus ikut berjuang di jalan Allah.

Suatu waktu, Ummu Aiman memiliki kisah yang begitu menakjubkan. Pada waktu ia sedang hijrah, pada sore hari ia merasa sangat kehausan di tengah perjalanan. Akan tetapi ia tidak membawa bekal apapun. Dengan usaha yang begitu kuat, ia berusaha mencari air. Tanpa disangka, tiba-tiba memancar air dari langit. Ia kemudian meminumnya dan merasa tidak haus lagi.

Ia juga pernah minum kencing Rasulullah Saw. Selepas ia meminum kencing tersebut, rasa lapar dalam dirinya tidak pernah muncul sepanjang hidupnya. Dan hal itu benar-benar dilakukan oleh Ummu Aiman. Hubungan keduanya begitu akrab terjalin. Rasulullah memanggilnya dengan “wahai ibuku”, dan bisa dikatakan sebagai salah satu perempuan saksi perjuangan Rasulullah.

Kecintaan Rasulullah terhadap Ummu Aiman tidak terbatas pada dirinya saja. Akan tetapi ia juga mencintai suaminya, Zain bin Haritsah, anak-anaknya Usamah dan Aiman serta keturunannya seperti Al-Hajjaj bin Aiman. Para tabi’in sangat menghormati kedudukan Ummu Aiman sebagai orang yang dekat dengan Rasulullah.

BACA JUGA  Membantah Stereotipe: Perempuan, Gender, dan Terorisme di Indonesia dan Pakistan

Kesedihan Ummu Aiman

Ummu Aiman merupakan sosok yang sulit berbicara, ia juga tidak banyak bicara. Lebih banyak menyimak berbagai percakapan, dan melihat berbagai fenomena yang terjadi selama perjuangan Islam dan bersama Rasulullah. Meski demikian, dalam perjalanan hidupnya, titik terendah dalam hidupnya ketika ia mengetahui bahwa Rasulullah telah tiada, wafat.

Wafatnya Rasulullah pada masa itu merupakan masa paling suram dalam hidupnya. Ia tidak berfikir bahwa sedang kehilangan Rasulullah, akan tetapi ia bersedih karena wahyu telah terputus dari langit.

Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Anas bin Malik ketika Abu Bakar mengajak Umar mengunjungi Ummu Aiman seperti yang dilakukan oleh Rasulullah dan memberitahu bahwa puta kesayangannya telah wafat. Ketika keduanya memberikan kabar wafat Rasulullah, Ummu Aiman menangis. Lalu keduanya berkata, “apa yang membuatmu menangis? Apa ada yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi RasulnYa,” ia menjawab, “aku tidak menangis karena aku tahu apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasul-Nya. Akan tetapi, aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit, maka keduanya terharu dan ikut menangis,” (HR. Muslim)

Kesedihan Ummu Aiman nyatanya tidak terbatas pada wafatnya Rasulullah. Sepeninggal Rasulullah, kepemimpinan beralih pada sahabat-sahabat Rasulullah. Ada satu momen yang turut membuatnya sangat bersedih, yakni ketika wafatnya Umar bin Khattab. Ummu Aiman berkata bahwa wafatnya Umar merupakan kelemahan Islam.

Benar saja, apa yang dikatakan oleh Ummu Aiman sangat relevan dengan kondisi saat itu. Pasca wafat sahabat Umar bin Khattab. Kondisi umat Islam sangat kacau balau. Para kelompok kafir memimpin umat Islam, kondisi sistem pemerintahan, politik serta berbagai masalah lainnya muncul begitu banyak, problematika semakin rumit tatkala munculnya para kelompok-kelompok yang menyebabkan perpecahan dalam tubuh umat Islam.

Anisia
Anisia
Mahasiswi IAIN Madura, Program Studi Hukum Keluarga Islam. Aktif di UKK LPM Acitivita.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru