26.3 C
Jakarta

Mengenal Lebih Jauh Gerakan dan Pengaruh Tokoh ISIS, Al-Baghdadi (Bagian III)

Artikel Trending

KhazanahTelaahMengenal Lebih Jauh Gerakan dan Pengaruh Tokoh ISIS, Al-Baghdadi (Bagian III)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tegak hingga runtuhnya ISIS memakan waktu yang cukup panjang. Mulai dari riwayat keorganisasian, ISIS didirikan oleh Ahmad Fadil Nazzal al-Khalaylah yang memulai gerakannya pada tahun 2000-an bersama Abu Mus’ab. Diawali dengan keikursertaannya di Al-Qaeda. Di sepanjang riwayat sebagaimana telah dijabarkan di bagian sebelumnya, ada sederet tokoh ISIS yang perlu dikehui.

Sejauh perjalanan ISIS, hanya pada masa Abu Bakar al-Baghdadilah ISIS menemukan kejayaannya. Pada masanya, al-Baghdadi dengan paham wahabismenya mampu melakukan ekspansi dan perampasan Suriah bersama agresi Jabhat al-Nusra pada 2013. Keberhasilan al-Baghdadi dalam memimpin ISIS terlihat terang pada saat ia koalisi dengan Abu Mohammed al-Jolani pada 2013, yang berhasil meringkus seluruh Suriah dan Raqqa.

Deskripsi kilas sejarah ISIS yang telah berlalu pembahasannya, menarik dikaji ulang peranan tokoh dan strategi yang dilakukan oleh al-Baghdadi. Perjuangan al-Baghdadi dalam membesarkan gerakan dan ekspansi ISIS ke berbagai daerah di negara teluk menarik perlu dicurigai. Setidaknya untuk mengungkap strategi dan, atau bahkan funding yang meyuplai dana atas gerakan al-Baghdadi. Ulasan ISIS bagian ini akan mencoba membeberkan siapa sebenarnya al-Baghdadi itu sendiri.

Riwayat Tokoh ISIS Berinisial al-Baghdadi

Tokoh ISIS bernama Abu Bakar al-Baghdadi adalah nama samaran dari Ibrahim bin Awwad al-Badri. Sosok al-Baghdadi lahir tahun 1971 di dekat kota Samarra. Dia menempuh studi Islam dan memperoleh gelar master dan doktor di Universitas Ilmu Islam di daerah Adhamiya. Suatu kota pendidikan di pinggiran Baghdad.

Sejak awal al-Baghdadi tinggal di rumah sederhana dekat masjid di Tobchi, daerah sebelah barat Baghdad. Maka dari itu dapat dilacak bahwa al-Baghdadi  dibesarkan di lingkungan masyarakat yang notabene Sunni dan Syiah. Karakter dan kepribadian al-Baghdadi dapat diketahui dari sosoknya yang selalu memakai kacamata. Gus Najih juga menuturkan bahwa al-Baghdadi juga pandai bermain sepakbola dan berperilaku layaknya sarjana.

Al-Baghdadi makin reaksioner seiring berjalannya waktu. Abu Ali menceritakan kenangannya tentang reaksi al-Baghdadi ketika ada acara pernikahan di Tobchi, di mana kaum pria dan wanita menari bersama. Al-Baghdadi sedang menyeberang jalan dan melihat acara tarian itu. Dia berteriak ini bid’ah! Lalu dia membubarkan tarian tersebut.

Wael Essam, jurnalis Palestina yang berpengalaman meliput Irak, mewawancarai banyak orang Sunni yang pernah berteman dengan al-Baghdadi saat masih kuliah. Menurut mereka, al-Baghdadi adalah anggota Ikhwanul Muslimin. William McCants, penulis buku The ISIS Apocalypse menyatakan, al-Baghdadi bergabung dengan Ikhwanul Muslimin saat ia sekolah pascasarjana setelah dibujuk pamannya.

Menurut Essam, al-Baghdadi dekat dengan Mohammed Hardan, salah satu pemimpin Ikhwanul Muslimin. Hardan berangkat perang bersama mujahidin di Afghanistan dan pulang tahun 1990-an, dan pulangnya mengadopsi ideologi salafisme. Al-Baghdadi bergabung dengan kelompok Hardan secara organisasional dan ideologis. Dia juga pernah bergabung dengan Jays Mujahidin, kelompok militan Sunni.

Sekitar akhir tahun 2003 al-Baghdadi diam-diam mendirikan faksi islamis sendiri bernama Jays Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah. Setahun kemudian ia dijebloskan ke kamp Bucca, sebuah fasilitas penjara AS di Irak yang ditutup pada tahun 2009.

Ditangkapnya Sang Misterius

Tertangkapnya al-Baghdadi saat itu sebenarnya akibat ketidaksengajaan. Suatu ketika ia mengunjungi temannya di Fallujah bernama Nessayif. Intelijen Amerika Serikat membekuk mereka. Sebenarnya al-Baghdadi bukan sasarannya—melainkan Nessayiflah yang diincar AS.

Abu Ahmed, mantan anggota ISIS yang mengenal al-Baghdadi di kamp Bucca, mengatakan kepada Guardian bahwa aparatur penjara awalnya memandang al-Baghdadi sebagai orang yang pandai mengingat ia memiliki gelar doktor dalam studi Islam. Hal ini juga membuat tahanan lain menaruh hormat kepadanya.

Al-Baghdadi adalah sosok yang pendiam, namun memiliki kemampuan bergerak di antara faksi-faksi yang bertikai di fasilitas tersebut. Ketika mantan loyalis Saddam dan jihadis bercampur, umpamanya. Menurut William McCants, pihak Amerika mengizinkannya mengunjungi beberapa blok di kamp Bucca untuk memecahkan konflik. Namun sebenarnya al-Baghdadi menggunakan kesempatan ini untuk merekrut lebih banyak pengikut.

Selama di penjara, al-Baghdadi mengabdikan dirinya untuk urusan agama. Memimpin salat, melakukan khutbah Jum’at, dan menyelenggarakan kelas untuk tahanan. Al-Baghdadi membentuk aliansi dengan banyak dari mereka dan tetap berhubungan saat dibebaskan pada Desember 2004.

BACA JUGA  Nasib Anak Teroris, Hidup di Antara Harapan dan Trauma

Al-Baghdadi dibebaskan karena pihak Amerika menilai ia bukan sebagai ancaman tingkat tinggi bagi pasukan koalisi atau institusi Irak. Namun, sejak itu ia semakin berorientasi ekstrem. Ia bergabung dengan Majelis Syura Mujahidin, organisasi cikal bakal ISIS yang dibentuk al-Zarqawi untuk menghimpun kelompok jihad Irak.

Mengingat ia menganut gagasan kemurnian agama (puritan), al-Baghdadi nampaknya tidak tertarik untuk bekerja sama dengan kelompok pemberontak yang beragam secara ideologis. Ia meninggalkan Ikhwanul Muslimin dan menyebutnya sesat. Ia juga meninggalkan Jays Mujahidin dan bahkan memusuhinya.

Al-Baghdadi selalu konsisten dalam pandangannya terhadap militan Sunni yang bukan bagian dari organisasinya. Al-Baghdadi mengatakan, “Memerangi mereka (kelompok Sunni lain) lebih utama daripada memerangi Amerika.”

Nasab Sang Tokoh ISIS

Al-Baghdadi dipuja pengikutnya karena ia dipandang memenuhi banyak kriteria kepemimpinan. Konon, dia termasuk anggota konfederasi tribal Quraisy, salah satu suku terhormat di Timur Tengah. Karena suku ini berhubungan erat dengan Nabi Muhammad SAW. Lebih jauh, al-Baghdadi juga diklaim pengikutnya memiliki trah keturunan Nabi SAW dari garis cucunya yang bernama Hussein bin Ali bin Abi Thalib.

Saya pernah membaca biografi al-Baghdadi yang ditulis Turki al-Bin’ali, seorang ideolog ISIS asal Bahrain. Dia menggarisbawahi tentang nasab keluarga al-Baghdadi dan mengklaim memiliki trah keturunan Nabi Muhammad (ahl al-bait). Al-Baghdadi dikatakan berasal dari kabilah al-Badri yang sebagian besar berada di Samarra dan Diyala dan secara historis penduduknya dikenal sebagai keturunan Nabi.

Secara luas kaum militan islamis memang meyakini bahwa prasyarat kunci seorang khalifah atau emir harus berasal dari suku Quraisy. Dengan dilegitimasi sebagai tokoh yang berasal dari suku terpandang (Quraisy) sekaligus keturunan mulia (Ahl al-Bait). Plus punya gelar doktor studi Islam, tentu menjadi kombinasi identitas yang sempurna di mata kaum militan. Kriteria yang tidak dimiliki Osama bin Laden atau penerusnya, Aiman al-Zawahiri, yang hanya seorang insinyur dan dokter.

Meski profilnya sedikit demi sedikit mulai terungkap, hingga kini keberadaan al-Baghdadi tetap misterius. Akibatnya sering beredar rumor dan spekulasi tentang dirinya, mulai berita kematiaannya karena serangan udara sampai mati diracun.

Namun, seandainya suatu saat al-Baghdadi benar-benar meninggal, jelas ini akan menjadi pukulan keras bagi kelompok yang mengandalkan militansi dan fanatisme buta para pengikutnya tersebut. Tapi itu butuh waktu berapa tahun?

Al-Baghdadi Tokoh ISIS Paling Berpengaruh

Jamak para peneliti di berbagai jurnal dan atau bahkan dalam naskah akademik menobatkan al-Baghdadi sebagai tokoh ISIS paling berpengaruh. Bahkan Najih Arromadlani dalam bukunya, Daulah Islamiyah dalam Al-Qur’an dan Assunnah, menungkap al-Baghdadi lebih mainstream ketimbang Osama bin Laden.

Al-Baghdadi memulai gerakannya bersama Al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden sejak tahun 2000-an. Sepanjang 2013-2014, al-Baghdadi berhasil melakukan ekspansi dan perluasan wilawan di daerah teluk. Penilaian Najih Arromadlani menjadi logis kemudian jika merujuk hasil survei times pada 2015 yang menetapkan al-Baghdadi sebagai orang berpengaruh dunia (person of the year) nomor dua.

Al-Baghdadi mampu mengubah ISIS dari yang sebelumnya tak lain hanya organisasi militan “islamis” lokal tergeser menjadi organisasi paling ditakuti, mendunia, dan kaya raya. Bahkan al-Baghdadi berhasil mengubah pola pandang masyarakat dunia untuk mewujudkan negara khilafah. Andaian al-Baghdadi inilah yang selanjutnya memberi semangat kaum jihadis untuk berjuang mendirikan khilafah. Padahal negara khilafah, menurut Gus Najih sebagaimana dipaparkan dalam bukunya, hanyalah ilusi.

Keberhasilan dan pengaruh al-Baghdadi lain yang juga perlu diketahui adalah sosoknya yang mampu menaklukkan Irak dan Suriah. Ekspansi dan ideologisasi yang  dilakukan Al-Baghdadi berhasil meringkus dan menyulut permusuhan yang pecah di Irak dan Suriah. Bahkan pada tahun 2014, di dua negara, Irak dan Suriah, ISIS menjadi momok dan sekaligus pemegang kedali dunia selain AS dan NATO.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru