30 C
Jakarta
Array

Mengenal Lebih Dekat Surah Al-Taubah (Bagian III)

Artikel Trending

Mengenal Lebih Dekat Surah Al-Taubah (Bagian III)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tanpa basmalah

Surah urutan kesembilan ini memiliki karakteristik yang tidak dimiliki surah-surah lainnya, yaitu tanpa diawali oleh basmalah sebab mayoritas esensi surah ini secara total membicarakan tentang peperangan kaum Muslimin terhadapan kaum Musyrikin. Hal ini tidak sejalan dengan basmalah yang mempunyai kandungan perdamaian dan kasih sayang Allah. Menurut al-Qurṭubī penghapusan basmalah pada awal surah ini dimungkinkan sebab beberapa hal sesuai dengan silang pendapat antar ulama;

  1. Dalam budaya Arab sejak zaman jahiliyah, penghapusan basmalah dalam tulis menulis surat dilakukan ketika mencabut adanya perjanjian antara dua kelompok.
  2. Riwayat hasan al-Tirmiżī menceritakan Ibnu ʻAbbās yang bertanya pada ʻUṡmān bin ʻAffān tentang kronologi tidak dicantumkannya basmalah dalam surah al-Taubah. Menurut ʻUṡmān bin ʻAffān tidak adanya penulisan basmalah itu disebabkan kebiasan Nabi saw yang memerintahkan untuk meletakkan ayat tertentu pada surah tertentu. Namun hingga Nabi saw wafat beliau tidak menjelaskannya termasuk dari serah tertentu. Menurut ʻUṡmān bin ʻAffān surah al-Taubah termasuk bagian dari surah al-Anfāl sebab surah al-Taubah memiliki kemiripan esensi dengan surah al-Anfāl dalam membuat perjanjian dan memutuskannya sehingga tidak dituliskan basmalah di awal surah al-Taubah.
  3. Surah al-Taubah sebanding atau hampir sama dengan surah al-Baqarah sehingga digugurkan basmalah di awalnya.
  4. Adanya perbedaan pendapat di kalangan sahabat ketika penulisan mushaf di masa ʻUṡmān bin ʻAffān. Pendapat pertama mengatakan al-Anfāl dan Barāꞌah merupakan satu surat yang utuh. Sedangkan yang lain berpendapat keduanya merupakan dua surat yang terpisah. Dalam rangka menengahi dua pendapat yang berseberangan, dihapuslah basmalah pada awal Barāꞌah untuk mengayomi pendapat pertama dan diberikan jarak antara akhir al-Anfāl dengan awal Barāꞌah untuk memfasilitasi pendapat kedua.
  5. Basmalah mengandung rasa kedamaian, keamanan dan penuh kasih sayang. Sedangkan surah al-Taubah diturunkan ketika perang dan tidak sedikit surah ini membahas tentang kaum Munafik. Semua meyakini dalam peperangan dan kemunafikan tidak ditemukan apa yang dikandung oleh basmalah sehingga dihapuslah tulisan itu. Namun menurut al-Sya’rāwi meskipun surah ini tidak diawali oleh kedamaian dan keamanan basmalah, surah ini menganduk anugerah kasih sayang Allah swt berupa taubat.
  6. Menurut al-Qurṭubī yang paling tepat tidak dituliskannya basmalah dalam surah ini adalah karena Jibril menurunkan surah ini tanpa adanya basmalah. Sedangkan Quraish Shihab menilai alasan yang paling relevan adalah Nabi Muhammad saw tidak memerintahkan untuk menuliskannya.

Perlu dicatat bahwa semua ahli qirāꞌāt sepakat tidak membaca basmalah pada awal surah karena mengikuti rasm uṡmānī yang tidak mencamtumkannya. Hanya Ibnu Munādir saja yang membaca basmalah di awal surah ini sebagaimana dalam musḥaf Ibnu Masʻūd. Al-Syāṭibī mengatakan dalam gubahan baitnya, Ḥirz al-Amānī wa wajh al-Tahānī fi al-Qirāꞌāt al-sabʻ al-Maṡānī;

ومهما تصلها أو بدأت براءة                         لتنزيلها بالسيف لست مبسملا

Jika memulai membaca surah al-Barāꞌah engkau tidak diperkenankan membaca basmalah karena turun ketika pedang terhunus (perang).

Menurut al-Syaṭibī tidak ada ahli qirāꞌāt muktabar yang membaca basmalah di awal surah al-Taubah.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru