27.3 C
Jakarta
Array

Mengejar Rumi dalam Damai

Artikel Trending

Mengejar Rumi dalam Damai
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Hidup ini misteri. Pertanyaan yang ada dibenak kita seringkali, tak dapat ditemukan jawabannya saat itu juga. Namun, seiring berangsurnya waktu kita melupakan dan melakukan hidup yang lain. Bisa jadi pertanyaan itu tiba-tiba terjawab dan melegakan kita. Tak jarang pula jawaban itu membikin pertanyaan lainnya. Begitulah hidup kita berkelindan, dari pertanyaan satu menuju pertanyaan lainnya. Sesuatu yang aneh menyangkut pengembaraan dan pertanyaan-pertanyaan disertai kobaran api di dada yang nampaknya tak akan pernah dipadamkan oleh apapun juga kini dirasakan Georgiou. (hlm. 15)

Novel ini mengisahkan dorongan dalam diri Georgiou. Pemuda berdarah Yunani yang hijrah dari tanah airnya menuju Italia sebelum perang. Keputusan itu diambil ayahnya, Stefanou demi memperoleh kehidupan yang lebih layak dan menggembleng dirinya dengan tekun.

Di Italia, mereka berdua bermukim di Florence, sebuah kota yang banyak orang membutuhkan jasa pelukis yang piawai memperbaiki lukisan-lukisan tua. Meski begitu, hanya sedikit orang yang meminati lukisan orang-orang suci. Stefanou dan Georgiou dihormati warga karena bakat seni dan keahlian mereka.

Kedamaian beserta gairah perasaan tenang hadir dalam diri Georgiou. Saat itu usianya masih 18 tahun, memandang karya agung Fra Angelico, The Annunciation. Sesuatu dibalik jubah malaikat Jibril yang berjela-jela atau mungkin itulah ketakziman yang diperlihatkan sang malaikat dan Bunda Maria sewaktu saling membungkuk hormat-kian membetot perhatian Georgiou, menenangkan pikirannya.

“Aku punya seorang filsuf kanak-kanak,” demikian Stefanou berseloroh kepada teman-temannya. “Apa yang akan kalian lakukan dengan bocah seperti itu? Dia punya semua yang diinginkannya di sini, tapi ia menghendaki sesuatu yang lain yang bahkan tak mampu dibahasakannya. Dia tak pernah betah tinggal di satu tempat, tak pernah merasa nyaman.” (hlm. 14) Sejak saat dimana Georgiou merasa harus bebas dari dorongan liar di urat-urat nadi atau kegerahannya akibat udara Florence, ia memberi tahu ayahnya perihal rencana perjalanannya.

Tetapi selama setahun belakangan, semenjak ia pulang dari perjalanan terakhir, ia mulai merasakan bara api perjalanan ataupun pengalaman yang beraneka ragam itu tampak meredup setelah sekian lama. Georgiou kini berpikir untuk mengikuti nasehat ayahnya, menghargai karunia yang didapatnya di Florence ketimbang mengembara mencari sesuatu yang bahkan tak diketahuinya.

Andros, seorang Yunani juga. Usianya hanya terpaut sedikit lebih muda dari ayah Georgiou. Ia satu-satunya orang yang bisa memahami alasan Georgiou mengembara. Sebab Andros juga menghabiskan sebagian masa mudanya untuk bepergian dengan setumpuk pertanyaan di kepala. Ia merenungkan kehidupan, dan acap kali menyendiri berlama-lama. Serupa filsuf, Andros selalu membaca buku-buku yang ditulis orang yang hidup jauh di masa lampau, seperti Dante, Plato, Euripides dan nama-nama lainnya.

Melalui Andros, Georgiou diperkenalkan Rumi. Pendiri aliran mistis Islam dengan nama tarekat Maulawiyah, yang masih ada sampai sekarang. Mereka dijuluki Darwis Berputar. Lewat sebuah puisi Jalaludin Rumi, Georgiou meyakini perlu melakukan pengembaraan menuju Konya, menziarahi tempat kelahiran sang sufi.

Andros memberi petunjuk Georgiou, untuk menemui dua orang temannya yaitu Pater Dimitri, saudaranya yang tinggal di biara Iveron di Gunung Suci Athos. Serta satu lagi Hassan Shushud di Istanbul, seorang pengikut tarekat Maulawiyah dan juga sufi yang dihormati kaum sufi dari bermacam tarekat.

Dalam pandangan Andros, Konya merupakan tempat berlabuh bagi para pencari cinta. Itulah kenapa dianggap berbahaya. Andros meyakini, kali ini perjalanan Georgiou akan mendapatkan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh jiwanya. Sebelum berangkat pun Andros memberikan nasehat, pertama dalam keadaan apapun yang ditemui di perjalanan, pastikan kau mengatakan kebenaran sebagaimana yang kau ketahui. Kedua, berhati-hatilah terhadap setiap mimpimu. (hlm. 27).

Judul : Mencari Rumi

Penulis : Roger Housden

Penerjemah : Jimmi Firdaus

Penerbit : BasaBasi

Cetakan : Januari 2018

Tebal : 160 Halaman

ISBN : 978-602-6651-55-6

Peresensi: Fatoni Prabowo Habib,  Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, IAIN Pekalongan, dan bergiat di Lembaga Pers Mahasiswa Al-Mizan IAIN Pekalongan.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru