29.1 C
Jakarta

Mengapa NU Di-“anakemas”-kan Dibanding yang Lain di Negara Ini?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMengapa NU Di-"anakemas"-kan Dibanding yang Lain di Negara Ini?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Dianakemaskannya NU oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dan Ketua Umum PBNU Prof. Said Aqil Siradj menjadi isu yang cukup menghebohkan di pelosok wilayah Nusantara. Hampir banyak kritikus menyerang kedua tokoh ini, bukan organisasi NU-nya. Entahlah, mungkin yang keliru berbicara bagi mereka adalah kedua tokoh publik ini.

Terlepas dari komentar pro-kontra terhadap Gus Yaqut dan Kyai Aqil, disadari atau tidak bahwa NU memang termasuk organisasi yang banyak mencuri perhatian banyak orang. Mulanya NU dipandang sebelah mata oleh banyak orang, karena organisasi yang dibangun Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari ini terkesan tradisionalis atau tidak semodern organisasi rivalnya Muhammadiyah. Itu NU tempo dulu, sebelum teknologi menguasai dunia. Sekarang NU tampil berbeda (bukan lantas menghilangkan spirit yang dibawa pendirinya).

Semenjak teknologi masuk, NU mengambil peran penting sebagai organisasi yang up-to-date. NU selalu berpegang pada adagium yang cukup populer “Al-Muhafadatu ala qadim ash-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah.” Maksudnya, NU tetap menjaga tradisi lama yang relevan seperti kajian teks turats dan tidak melupakan perkembangan zaman yang jauh lebih relevan semisal peran teknologi. Dengan teknologi NU aktif berdakwah lewat YouTube, Instagram, website, dan banyak yang lainnya.

Keterbukaan NU terhadap perkembangan zaman mengantarkan pengikutnya sukses dalam laga perpolitikan. Mulai diangkatnya Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama sampai KH. Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden. Keberhasilan NU ini tentu mengusik organisasi rivalnya, lebih-lebih kelompok Islam garis keras alias kelompok radikal. Mereka bagaikan kebakaran jenggot. Mereka selalu mencari celah kesalahan untuk menumbangkan NU. Sayangnya, sedikit yang berhasil.

Tulisan tidak bermaksud memuji NU dan merendahkan yang lain. Yang dimaksud dalam tulisan ini hanya ingin menyampaikan sebenar-benarnya bahwa NU merupakan bagian dari organisasi yang sampai sekarang konsisten menyebarkan Islam rahmatan lil alamin. Lebih dari itu, NU bukanlah organisasi seperti wahabi yang cukup mendasarkan segala hujjahnya pada Al-Qur’an hadis tanpa menghadirkan ijtihad para ulama. Keilmuan NU diajarkan secara sistematis, mulai merujuk Al-Qur’an, hadis, kemudian ijtihad para ulama.

BACA JUGA  Mengatasi Kemiskinan dengan Memiskinkan Koruptor atau Menaikkan Gaji Pejabat?

Di luar sana banyak ustadz atau siapa saja yang mengaku orang NU. Tapi, pemikiran dan perbuatannya bertentangan dengan prinsip NU sendiri. NU berdakwah tanpa melupakan prinsip moderasi (wasathiyah). Prinsip moderasi ini tentu berbeda dengan dakwah beberapa ustadz yang gemar memprovokasi massa, membohongi umat dengan dakwahnya, dan mengajak umat melakukan aksi-aksi kekerasan berwajah terorisme. Prinsip moderasi yang dipegang NU tetap mengedepankan dakwah yang rahmatan lil alamin, ramah dan santun.

Prinsip moderasi ini sejalan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan yang terbentang di tengah Negara Indonesia hanya dapat dipersatukan dengan sikap moderasi. Moderasi ini mengajarkan untuk berpikir terbuka terhadap perbedaan. Perbedaan bukanlah sesuatu yang mendatangkan petak. Perbedaan seperti kata ulama, “Al-ikhtilafu rahmatun“. Perbedaan dapat menghadirkan rahmat.

Karena sejalan prinsip yang dibawa NU dengan negara, kehadiran NU sedikit pun tidak pernah mengusik perdamaian di negara ini. NU menjadi anak negara yang shaleh diberkati oleh Allah, sehingga ia bermanfaat bagi orang banyak. Ia tetap dijaga oleh Allah untuk berada dalam jalan kebenaran. Meski banyak yang berniat menghancurkan, Tuhan jauhkan dan terus jaga sampai sekarang. Selamat Anda menjadi bagian dari NU di negara majemuk ini.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru