27.4 C
Jakarta

Mengapa Dakwah HTI Lebih Banyak Diminati Dibanding Dakwah NU? Ini Alasannya!

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMengapa Dakwah HTI Lebih Banyak Diminati Dibanding Dakwah NU? Ini Alasannya!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Pada tulisan ini saya ingin bercerita tentang mengapa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) menguasai lembaga pemasyarakatan (lapas) dibandingkan Nahdlatul Ulama (NU), meski HTI sendiri sudah lama dibubarkan oleh pemerintah? Tulisan ini bersumber dari cerita teman saya yang sering mengamati perkembangan organisasi kegamaan seperti itu.

HTI, kata teman saya, berbeda jauh integritasnya dibanding NU dalam berdakwah. HTI tidak berharap mencari uang dalam berdakwah. Berdakwah, bagi HTI, adalah kebutuhan. Seolah-olah dakwah itu menjadi bagian dari kehidupan organisasi yang didirikan oleh al-Nabhani ini. Yang penting bagi HTI bisa berdakwah itu sudah lebih dari cukup.

Karena tidak perhitungan terhadap bayaran, dakwah HTI memasuki masjid-masjid di pelbagai wilayah di Indonesia, termasuk di masjid kementerian sendiri. Ketika dakwah mereka masuk di tengah masyarakat, ini adalah kesempatan HTI mengkampanyekan ideologi Khilafah yang didamba-dambakan. Masyarakat tidak merasa kalau mereka sedang terdoktrin.

Hal ini berbeda dengan dakwah NU yang, kata teman saya, hampir selalu didasarkan pada honor dakwah. Maksudnya, jika ada honornya (amplopnya), dakwah lanjut. Jika tidak ada honornya, dakwah berhenti. Hal ini yang membuat dakwah NU yang sesungguhnya baik menjadi sangat sulit dijumpai. Hanya orang yang mampu bayar saja yang dapat membuka kran dakwah orang NU.

Kenyataan semacam ini menjadi ancaman yang cukup membahayakan terhadap eksistensi negara ini. Bayangkan saja bagaimana jika negara ini berganti menjadi negara Islam berbasis sistem Khilafah? Sementara negara ini berdiri di atas nilai-nilai moderasi yang dijunjung tinggi oleh organisasi besar semacam NU, Muhammadiyah, dan organisasi moderat yang lain.

BACA JUGA  Dua Hal Penting Biar Kita Layak Jadi Warga Indonesia

Jika negara ini berganti kepada negara Islam, maka kehancuran benar-benar telah tiba. Bangsa ini tidak berhasil menjaga perjuangan para pendahulu yang sudah berjuang keras dan mati-matian mendirikan negara ini terbebas dari penjajahan, baik penjajahan ideologi maupun penjajahan fisik. Memang sulit untuk menjaga tapi jika itu tertanam dalam ghirah bangsa ini maka tidak ada kata tidak mungkin. Semua pasti akan bisa.

Mungkin penjajahan fisik sekarang tidak ada. Tapi, penjajahan di era sekarang, lebih-lebih di era digital adalah penjajahan ideologi. Bangsa ini hampir tidak merasa kalau munculnya kelompok radikal semacam HTI itu adalah penjajahan terhadap ideologi negara ini. Bisa-bisa negara ini akan berganti dari negara berideologi Pancasila menjadi negara berideologi Khilafah. Tragisnya, jika negara ini berbasis Khilafah, maka bangsa ini akan tertutup terhadap perbedaan.

Padahal, negara ini dibangun di atas perbedaan, baik perbedaan pemikiran maupun perbedaan keyakinan (agama). HTI sebagai organisasi yang ”sok” Islami akan menutup diri dari agama-agama di luar Islam. Jangankan agama di luar Islam, pemeluk agama Islam sendiri yang berbeda secara pemikiran akan dikecam thaghut (setan) yang halal darahnya dibunuh. Sungguh sangat berbahaya HTI ini! Berhati-hatilah menerima dakwah HTI yang disampaikan di pelbagai forum di Indonesia.

Maka, rawatlah negara ini dengan berpegang teguh pada nilai-nilai moderasi yang dipromosikan oleh organisasi semacam NU dan Muhammadiyah. Kedua organisasi ini hendaknya lebih mengabdikan dirinya untuk berdakwah demi eksistensi negara ini. Dakwah yang dilakukan dengan hati yang ikhlas akan diganti oleh Allah dengan balasan berlipat ganda, baik materi maupun bukan.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru