32.4 C
Jakarta

Meneladani Sifat Rasulullah SAW

Artikel Trending

Asas-asas IslamSirah NabawiyahMeneladani Sifat Rasulullah SAW
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Diantara kita mungkin sudah tidak asing lagi mendengar keempat sifat rosulullah, yakni; siddiq, amanah, fathonah dan tabligh. Akan tetapi kalau mau instropeksi diri, apakah selama ini kita sudah bisa menerapkan sifat – sifat tersebut ke dalam kehidupan sehari – hari? hanya diri kita sendiri yang bisa menjawab pertanyaan tersebut.

Sifat pertama dalam diri Rasulullah yang patut diteladani adalah siddiq. Sifat ini mengarah kepada penjelasan tentang kejujuran, karena sifat ini mencerminkan kebenaran antara apa yang ada di dalam diri seseorang dengan apa yang diperbuatannya. Imam al – Qusyairi memberikan pengertian tentang sifat siddiq adalah orang yang benar dalam semuanya, baik perkataan, perbuatan maupun keadaan batinnya.

Oleh karena itu harus ada keselarasan dan kesamaan antara apa yang ada di dalam diri kita, baik mengenai ucapan, perbuatan maupun batin. Salah satu wujud konkrit sifat siddiq dalam kehidupan keseharian adalah tentang kejujuran. Bagaimana memulainya, kita bisa mulai kepada diri kita sendiri kemudian dilanjutkan kepada orang – orang terdekat kita (keluarga). Dengan melatih sifat jujur ini mulai dari lingkungan yang paling dekat, maka akan membentuk karakter kejujuran dimanapun kita berada.

Sifat kedua, dalam diri Rasulullah yang patut diteladani adalah amanah. Kata amanah ini maksudnya adalah dapat dipercaya atau bisa memegang kepercayaan yang telah diberikan kepada kita. Untuk menjaganya dengan baik, maka harus dilakukan dengan penuh komitmen, kerja keras dan kompeten. Tentu kita tidak bisa jika hanya bermalas – masalan saja, apalagi kurang bertanggung jawab dengan apa yang diamanahkan orang lain kepada kita.

Seorang suami sebagai kepala keluarga tentu ia harus selalu memiliki kasih sayang dengan keluarganya, sehingga ia akan bersungguh – sungguh mencari nafkah, misalnya. Dalam dunia pekerjaan pun juga demikian, harus bertanggung jawab dengan pekerjaan yang telah diberikan kepadnya. Sifat amanah ini akan tumbuh dengan baik, manakala kita menyadari dengan sepenuh hati bahwa apa – apa yang kita miliki semuanya adalah amanah yang harus dijaga dengan sebaik mungkin, untuk bisa dipertanggungjawabkan kelak.

Sifat ketiga yang patut diteladani adalah fathonah. Sifat ini merupakan sebuah kecerdasan yang mencakup intelektual, emosional dan spiritual. Kita tidak cukup jika hanya memiliki salah satunya saja. Oleh karena itu, selain cerdas secara intelektual, kita juga harus pandai mengelola secara emosional dan memiliki kecerdasan secara spiritual atau kecerdasan yang berdimensi illahiah.

Mungkin banyak diantara kita yang pintar secara intelektual, tapi kurang secara emosional dan spiritual, sehingga dampaknya kurang begitu baik. Misalnya, kita orang yang cerdas punya banyak gagasan dan ide yang baik, kalau emosionalnya kurang bagus, ketika ada orang yang mempunyai pendapat berbeda, maka tidak bisa menerimanya, menganggap bahwa pendapat kitalah yang paling benar.

BACA JUGA  Memasukkan Hikmah dan Iman, Mengapa Perlu Membelah Dada Nabi?

Setelah secara kecerdasan emosioanl kita bisa mengelolanya dengan baik, kecerdasan yang amat penting selanjutnya adalah spiritual. Dalam menjalani hidup tidak ingin merasa hambar, tidak punya motivasi serta nilai dipegang, untuk apa kita bekerja mencari nafkah berangkat pagi pulang petang, berkecimpung dengan rutinitas keseharian yang kadang membuat kita jenuh sendiri. Disinilah pentingnya kecerdasan spiritual, – sebagai penguat sekaligus pengingat bahwa apa yang kita lakukan semua ini tidak lain adalah ibadah. Mencari nafkah demi ibadah, bekerja keras demi ibadah, berbuat jujur juga demi ibadah.

Sifat yang keempat yang patut kita teladani dari Rasulullah adalah Tabligh, atau menyampaikan. Pertanyaannya adalah apa yang harus kita sampaikan, dan kepada siapa kita menyampaikannya? Secara sederhana kita sebagai orang yang beriman tentu yang utama kita sampaikan adalah tentang sebuah kebenaran. Dari mana datangnya sebuah kebenaran itu? tentu sebagai orang Islam kita akan mengatakan berasal dari sumber al-Quran maupun al Hadis. Oleh karena itu, kewajiban kita sebagai manusia adalah saling menyeru kepada kebaikan dengan sesama, saling menasehati untuk sebuah kebaikan. Bahkan Rasulullah juga telah berpesan kepada kita semua, bahwa kita diperintahkan untuk menyampaikan apa yang kita ketahui walaupun hanya satu ayat.

Tidak harus menyampaikan kebaikan itu kapada khalayak umum yang banyak dulu, kita bisa berkaca dengan kemampuan kita sendiri. Jika kita merasa masih pas – pasan kita bisa mulai dengan lingkungan keluarga terlebih dulu, setelah dirasa mampu bisa ditingkatkan. Yang paling penting disini adalah bukan seberapa banyak orang yang kita ajak kepada kebaikan, akan tetapi seberapa ikhlas ikhlas hati kita untuk menyampaikan kebenaran.

Semoga kita senantiasa dapat meneladhani keempat sifat dalam diri Rosulullah, yakni: Siddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh. Memang tidak mudah untuk melaksanakan secara menyeluruh, – semuanya membutuhkan proses secara bertahap. Dengan latihan secara terus menerus dan istiqomah, insyallah kita dapat meneladani sifat diri Rasulullah yang selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian.

Nor Kholis, Humas Spiritualitas Waroeng SS Indonesia

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru