31.1 C
Jakarta
Array

Meneladani Kepahlawanan Kiai As’ad

Artikel Trending

Meneladani Kepahlawanan Kiai As’ad
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Sebuah peringatan yang diharapkan bisa mengingatkan kita pada perjuangan dan pengorbanan para pejuang demi mengusir penjajah dan berdirinya bangsa Indonesia. Di samping itu, Hari Pahlawan di saat bersamaan juga diharapkan bisa menjadi momentum untuk menanamkan nilai-nilai kepahlawanan di dalam diri kita masing-masing.

Gelar “Pahlawan Nasional” selayaknya disandang mereka yang benar-benar memiliki jasa bagi bangsa Indonesia. Undang-Undang nomor 20 tahun 2009, menyebutkan: “Pahlawan Nasional merupakan gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia”

Setiap tahun, secara rutin menjelang 10 November pemerintah memberikan gelar pahlawan kepada tokoh-tokoh yang dianggap memenuhi kriteria dan pantas menyandang gelar tersebut berdasarkan usulan-usulan yang datang dari daerah-daerah. Pada tahun 2016, pemerintah lewat Kepres RI Nomor 90/TK/Tahun 2016, tertanggal 3 November 2016, memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada salah satu tokoh Nahdlatul Ulama, yakni almarhum Kyai Haji As’ad Syamsul Arifin (kompas.com 9/11/2016).

Kita kembali melihat pahlawan dari kalangan kiai. Hal ini semakin menggambarkan kecintaan para kiai terhadap  bangsa ini. Terkait gelar Pahlawan Nasional yang diberikan kepada Kiai As’ad Syamsul Arifin tersebut, penting bagi kita menelusuri perjalanan dan perjuangan beliau semasa hidup. Dari sana, kita bisa memetik nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan yang bisa kita teladani.

Kiai As’ad Syamsul Arifin dilahirkan di Makkah pada 1897M/1315H. Beliau merupakan pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Asembagus, Situbondo Jawa Timur. Kiai As’ad dikenal sebagai kiai kharismatik, pemberani, dan memiliki kedalaman ilmu yang tidak diragukan. Sebab, proses pendidikannya yang dijalani di banyak tempat. As’ad Syamsul Arifin pernah menempuh pendidikan di Makkah sejak usia 16 tahun, setelah sebelumnya mondok di Banyuanyar ketika berusia 13 tahun. Kemudian, ketika kembali pulang ke tanah Jawa, beliau masih melakukan pengembaraan dari pesantren ke pesantren untuk terus belajar mendalami ilmu agama. Tercatat, beliau pernah belajar di Pesantren Sidogiri, Ponpes Siwalan Panji Sidoarjo, Ponpes Kademangan Bangkalan, dan Ponpes Tebuireng (nu.or.id).

Kiai As’ad juga berperan penting dalam narasi kelahiran Nahdlatul Ulama (NU). Beliau merupakan santri KH. Kholil Bangkalan yang diutus menemui KH. Hasyim Asy’ari untuk memberi tanda restu pendirian Nahdlatul Ulama (NU), yang kelak akan menjadi organisasi keislaman terbesar di Indonesia, bahkan di dunia. Dalam perjalanannya, Kiai As’ad banyak berjasa dalam mengembangkan pendidikan dan dakwah Islam. Beliau mengembangkan pesantren Salafiyah Syafi’iyah, mendirikan Universitas Nahdlatul Ulama Ibrahimy (UNNIB) yang kemudian menjadi Institut Agama Islam Ibrahimy (IAII), mendirikan sekolah umum, mendirikan Lembaga Kader Ahli Fiqh Ma’had Aly.

Terkait perjuangannya dalam melawan penjajah, dijelaskan A. Hasan (2003) sebagaimana dikutip Munawir Aziz (2016), Kiai As’ad membawahi tiga laskar di kawasan Tapal Kuda. Ketiga Laskar tersebut adalah Laskar Sabilillah, Hizbullah, dan Pelopor. Bagi para kiai yang tergabung dalam barisan Laskar Sabilillah, wejangan-wejangan Kiai As’ad selalu didengarkan. Sementara para santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah selalu setia dan patuh pada strategi dan komando Kiai As’ad. Kemudian, Barisan Laskar Pelopor pun tunduk pada perintah beliau. Pada gilirannya, kombinasi ketiga laskar di bawah komando Kiai As’ad tersebut membentuk satu kekuatan yang besar dalam melawan penjajah.

Selain kedalaman ilmu agama, Kiai As’ad memang dikenal mendalami ilmu silat dan kanuragan. Hal tersebut kemudian menjadikan sosoknya semakin berkharisma, baik sebagai seorang kiai maupun sebagai pemimpin dalam perang. Meski begitu, beliau tetap seorang Kiai yang arif dan bijak dalam melangkah. Beliau memegang prinsip megek klemar ainga se tak lekko-a, yang berarti menangkap klemar (sejenis ikan sungai) tapi airnya tidak keruh. Artinya, Kiai As’ad selalu menghindari kekerasan dan mendahulukan kasih sayang kepada masyarakat sekitarnya (Syamsul A. Hasan, 2003: 52). Hal tersebut menggambarkan bahwa beliau lebih mengutamakan kecerdasan dan kebijaksanaan dalam melangkah, ketimbang menggunakan otot, kekuatan, atau peperangan.

Salah satu yang penting dari sosok Kiai As’ad adalah kemampuannya menggerakkan berbagai kalangan untuk mengerjakan kebaikan, tanpa terkecuali para, maaf, bajingan. Barisan Pelopor adalah buktinya. Barisan ini sebagian besar terdiri dari bajingan, bandit, dan penjudi yang “dirangkul”, dibina, dan ditundukkan Kiai As’ad, kemudian diarahkan untuk membela Islam dan berjuang melawan penjajah. Mereka memiliki kesetiaan dan kepatuhan luar biasa pada Kiai As’ad. Narasi ini seperti mengajak kita untuk belajar berpikir cerdas, sehingga bisa memanfaatkan setiap potensi yang ada untuk kebaikan. Artinya, sesuatu yang kelihatannya buruk tak sepenuhnya berisi keburukan. Selalu ada hal yang bisa diarahkan untuk membawa kemanfaatan dan kebaikan bersama.

Pada akhirnya, Kiai As’ad Syamsul Arifin memang layak bergelar Pahlawan Nasional. Selama hidupnya, beliau menunjukkan nilai-nilai keutamaan yang memberi manfaat secara luas bagi bangsa ini. Mulai tentang cinta Tanah Air dan semangat melawan penjajah, pentingnya memelihara semangat untuk terus belajar mendalami ilmu, mengembangkan pendidikan, dan juga dakwah Islam. Kita juga belajar tentang kebijaksanaan, kecerdasan, dan kemampuan menggerakkan orang untuk melakukan hal yang bermanfaat. Wallahua’lam..

*)Al-Mahfud, penulis,lulusan IAIN Kudus, aktif menulis artikel dan esai.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru