31.8 C
Jakarta
Array

Mendukung dan Merangkul Dalam Pilkada

Artikel Trending

Mendukung dan Merangkul Dalam Pilkada
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Indonesia baru saja melewati pesta demokrasi tingkat daerah yang dikemas dalam Pilkada serentak. Masyarakat di berbagai daerah kini telah mempunyai sosok seperti apa yang akan menjadi tour guide-nya untuk lima tahun mendatang, setelah KPUD mengumumkan hasil real count Pilkada masing-masing daerah. Oleh karena itu,yang harus dilakukan sekarang adalah rekonsiliasi para kandidat yang telah bertarung di arena Pilkada 27 Juni 2018.

Rekonsiliasi pascapilkada tentu sangatlah penting, hal ini membuktikan bahwa dalam pilkada melibatkan banyak partai politik dan lapisan masyarakat. Hal semacam itu sangatlah riskan, karena dapat memberi dampak yang besar dan kuat terhadap lingkungan masyarakat.Ketika pemimpin telah terpilih, pasti akan ada pihak yang kecewa atas kekalahannya. Kalah dan kecewa memang suatu hal yang lumrah dalam sebuah kompetisi. Akan tetapi, jika rasa kecewa tersebut tidak kunjung dilebur dan malah semakin membara hingga sakit hati, dendam, bahkan kebencian itu sangat berbahaya , baik bagi diri sendiri maupun lingkungan.

Hal tersebut merupakan bukti masyakat Indonesia yang belum matang dalam memaknai arti kekalahan sepenuhnya. Itulah yang membuat hati dipenuhi rasa dendam yang berkobar. Sikap legowo yang diajarkan nenek moyang kita dan juga bagian dari ajaran agama, seolah-olah sudah tidak berarti lagi. Ambisi dan emosi yang tidak dikendalikan hanya menyelimuti diri mereka. Inilah yang membuat dendam kesumat dan luka yang menganga.

Tindakan semacam itu memang tidak dibenarkan. Pilkada tidak hanya tentang kontestasi demokrasi belaka. Akan tetapi untuk melahirkan pemimpin yang sesuai dengan kriteriayang rakyat inginkan. Outcomenya, untuk mewujudkan tujuan Bangsa Indonesia, salah satunya terwujudnya daerah yang damai, aman, tentram, dan bebas dari konflik disintegrasi sosial.

Sikap siap kalah dan siap menang haruslah diterapkan di setiap perhelatan seperti pemilihan kepala daerah. Kebanyakan orang siap untuk menang, tapi sedikit sekali yang siap untuk kalah. Dalam kompetisi kalah menang merupakan hal yang biasa tergantung bagaimana cara kita menyikapi hal tersebut. Sikap seperti ini yang seringkali menimbulkan pertikaian sosial dan berisiko merusak struktur dan kerukunan dalam masyarakat.

Memang, sikap fanatik diperlukan terhadap suatu kelompok. Akan tetapi perlu dipahami, sikap fanatik yang berlebihan dan ketidakterimaan terhadap kekalahan akan berakibat cukup fatal dalam pemilihan umum yang digelar.

Pengarang buku terkemuka Argentina, Jorge Luis Borges pernah berkata dalam tulisannya “A Pedagogy of Harted” bahwa “unjuk kebencian itu lebih tak senonoh ketimbang perilaku eksibisionisme” dan menegaskan bahwa “mengajarkan kebencian adalah kejahatan”. Dari sini dapat dipahami bahwa kebencian merupakan suatu tindakan yang sangat tidak dibenarkan, apa pun alasannya. Karena akan memotong tali silaturahmi yang telah terbentuk dengan rapi di masayarakat.

Melakukan Rekonsiliasi

Dengan menengok betapa besarnya potensi kerusakan yang diakibatkan oleh kebencian dan rasa dendam, maka rekonsiliasi sangatlah penting. Rekonsiliasi setelah pilkada serentak bertujuan untuk memperbaiki dan mempererat tali silaturahim antar kader yang awalnya sempat terpecah menjadi beberapa kelompok dengan kepentingan tertentu.

Rekonsiliasi dalam hal ini berarti adanya kelapangan dada, dan kesadaran untuk membuka jalan komunikasi antar anak negeri setelah selesai berkompetisi dengan berlandaskan ukhuwah dan saling mendorong satu sama lain untuk menjadikan bumi pertiwi menjadi lebih baik.

Dalam ranah pilkada, rekonsiliasi dapat diartikan dengan adanya upaya dari setiap calon kepala daerah, baik yang menang maupun kalah untuk kembali merajut dan mempererat tali silaturahim, dan mengabaikan persaingan politik yang sempat dilakukan sebelumnya. Dengan rekonsiliasi diharapkan dapat meminimalisir terjadinya rasa saling benci, tindakkan hujat-menghujat hingga cercaan kotor.

Rekonsiliasi dapat terwujud dengan adanya kesadaran dari kedua belah pihak. Jika salah satu pihak saja enggan untuk bersatu, jangan berharap rekonsiliasi dapat terwujud. Dengan artian, untuk mengembalikan dan memperkokoh tali persaudaraan, perlu adanya kesadaran diri, baik dari pihak pemenang maupun yang kalah.

Bagi yang menang, rekonsiliasi dapat dilakukan dengan cara ‘merangkul’ pihak yang kalah. Merangkul dalam hal ini tidak hanya sekadar bersalaman dan berpelukan semata, akan tetapi mengajak yang kalah dan masyarakat untuk membangun daerah agar lebih baik bersama-sama. Sedangkan bagi pihak yang kalah, rekonsiliasi dapat terwujud dengan memberikan dorongan lebih kepada sang pemenang untuk merealisasikan program kerjanya dan melakukan yang terbaik untuk daerah.

Oleh karena itu, kembali lagi dengan sikap legowo yang perlu masyarakat amalkan. Karena dengan hal itu masyarakat bisa membiasakan diri untuk selalu berlapang dada dalam segala keputusan yang terjadi. Kalah bukan berarti akhir dari dunia, tapi perwujudan dari hasil kerja keras dalam mengabdikan diri kepada bangsa dan negara.

Jika kontestan yang terpilih mau mendengar gagasan baru dan merangkul, sedangkan yang kalah mau member dukungan,maka kesejahteraan, kedamaian, ketentraman dapat lahir dikalangan elite politik. Tidak sampai di situ, kedamaian juga akan berimbas kepada masyarakat sekitar.

Oleh karena itu,marilah rekatkan kembali rasa persaudaraan yang sempat retak karena perbedaan pilihan dalam ranah politik. Apabila tali silaturahimterputus, maka percuma diadakan pilkada. Sehebat apapun pemimpin tidak akan dapat mewujudkan kesejahteraan apabila rakyat yang dipimpinnya tidak dapat bersatu dan hanya terus-menerus berseteru.

*Ahmad Muntaha, Peraih Beasiswa Bidikmisi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Unissula Semarang

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru