Harakatuna.com. Depok – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, perlu ada strategi kebudayaan dalam memperkuat moderasi beragama.
“Yang dimaksud strategi kebudayaan di sini adalah menghidupkan kembali hati yang mati dan beku. Caranya melalui pendekatan kebudayaan untuk melembutkan hati dan meningkatkan kepekaan batin. Agar tumbuh kesadaran menjaga nilai kemanusiaan. Serta juga untuk melindungi harkat dan martabat manusia dalam beragama,” ujar Menag dalam sambutannya. Hal ini ia sampaikan melalui Dirjen Bimas Islam Kamaruddin Amin pada pembukaan Festival Seni Ramadan kerjasama Makara Art Center Universitas Indonesia (UI) dengan Kementerian Agama di Depok, Selasa (27/04).
Menurutnya, Festival Seni Ramadan yang mereka laksanakan saat ini merupakan salah satu contoh penerapan strategi kebudayaan. Hal ini dapat memperkuat sikap moderasi beragama. “Kegiatan ini memiliki fungsi ganda. Selain untuk mensyiarkan Islam juga untuk membangun gerakan kebudayaan. Sehingga dapat menyentuh dan menghidupkan hati melalui seni budaya. Agar manusia lebih memiliki kepekaan batin pada sesama,” katanya.
Ia menambahkan, Festival Seni Ramadan yang terselenggara di kampus UI ini memiliki nilai yang sangat strategis. Terutama dalam membangun sikap moderasi beragama. “Semoga event Festival Seni Ramadan dapat menjadi langkah-langkah konkret berikutnya. Sehingga kerjasama dan sinergitas antara Kementerian Agama dengan Universitas Indonesia dalam membangun gerakan kebudayaan untuk memperkuat moderasi beragama di kalangan kampus akan semakin kuat dan solid,” ujarnya.
Festival Seni Ramadan yang mereka laksanakan mulai tanggal 27-30 April 2021 menghadirkan sejumlah kegiata. Di antaranya; Bedah Buku, Tadarus Seni Islam, Sarasehan Strategi Moderasi Beragama Melalui Seni, Qasidah dan Nasyid Melayu, Lomba Cipta Lagu Religi, Baca Puisi Islami, Desain Mushaf Al-Qur’an, Stand Up Komedi Sufi, dan Lomba Video Humor Moderasi Beragama.
Tampak hadir, Rektor UI Prof. Ari Kuncoro, Direktur Penerangan Agama Islam Juraidi, Sekretaris Ditjen Bimas Islam Fuad Nasar, Staf Khusus Menag Wibowo Prasetyo, dan civitas akademika Universitas Indonesia.