29.7 C
Jakarta
Array

Memutus Peredaran Narkoba

Artikel Trending

Memutus Peredaran Narkoba
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Narkoba dan segala jenisnya kini menjadi hantu. Peredarannya kini tak hanya berputar di kota, tapi juga ke pelosok desa. HANI (Hari Anti Narkoba Internasional) yang diperingati saban 26 Juni menjadi momentum bagi kita untuk menguatkan perlawanan terhadap peredaran narkoba. Bagaimana caranya?

Saya tak punya pengalaman atau riwayat penyalahgunaan narkoba. Tapi sebagai warga negara, saya rasa penting segenap pihak ikut nimbrung meminalisir peredaran dan penggunaan barang haram ini. Tulisan ini barangkali dapat menjadi salah satu refleksi bersama.

Tertangkapnya kapal Wanderlust di Pulau Bintan yang membawa sabu 1 ton pada Minggu (16/7/17) tahun lalu dan menyusul penangkapan lain patut kita apresiasi Ini tentu tak lepas dari kerja keras kepolisian dan stakeholders (pemangku kepentingan) bersama masyarakat dalam memberantas narkoba.

Saya sebagai warga negara yang sudah berkeluarga dan memiliki anak merasa harus berterimakasih pada segenap pihak dalam upaya pemberantasan narkoba di negeri ini. Perasaan ini mungkin sama dengan segenap warga negara Indonesia lain di pelbagai daerah. Pasalnya, narkoba dengan segala jenisnya tak hanya bisa membunuh, tapi juga bisa merusak elemen keluarga. Jika elemen keluarga rusak, bangsa pun akan rusak. Dan bisa kita tebak seluruh semangat berbangsa dan bernegara tinggal kenangan belaka.

Asumsi saya tak bisa dikatakan melodramatis. Tengok saja di sekitar kita. Barang haram ini merusak mental dan sendi-sendi sosial kemasyarakatan. Parahnya efek negatifnya merembes ke anak-anak.

Sudah tak terhitung pengguna, pengedar, dan bandar narkoba atau sejenisnya tertangkap. Sebaliknya, bagaikan jamur di musim penghujan, satu dipetik muncul wajah lain. Yang paling parah walau mereka ditangkap, tapi masih bisa mengendalikan barang haram ini dari penjara.

Masalah ini harus menjadi perhatian seluruh pihak. Tidak hanya pemerintah, tapi juga seluruh elemen masyarakat dimulai dari keluarga. Saya haqqul yaqin, kita semua takkan merelakan anak, keluarga, teman dekat, guru, hingga tetangga mengkonsumsi barang narkoba dan sejenisnya. Kita butuh cara efektif lepas dari peredaran narkoba dengan segala jenisnya.

 Menguatkan Masyarakat

Mengamati pemberitan tentang narkoba, saya berasumsi ada banyak celah terjadinya transaksi. Pertama, tidak adanya kesadaran dan tanggung jawab komunal. Kesadaran dan tanggung jawab merupakan hal penting dalam memberantas segala kejahatan yang merugikan negeri ini.

Kesadaran dan tanggung jawab pemangku kepentingan di struktur pemerintahan misalnya, merupakan hal vital dalam menjamin tercapainya sistem birokrasi yang bersih. Jangan sampai ada kasus serupa Freddy Budiman yang leluasa mengatur peredaran narkoba dari bilik penjara. Pemerintah harus menindak tegas untuk kasus seperti ini dengan cara evaluasi dan monitoring dari pusat hingga daerah.

Kedua, lemahnya proses rehabilitasi di lapangan. Fungsi dari lembaga pemasyarakatan tidak sekedar menjadi penjara yang memasung interaksi sosial di dunia luar. Lebih dari itu ialah sebagai tempat proses rehabilitasi mental dan spiritual seseorang untuk menjadi lebih baik.

Salah satu hal yang mengakibatkan seorang pecandu dan pengedar masih bergantung pada narkoba dan obat-obatan psikotropika ialah karena lemahnya kesadaran spiritual. Tak hanya itu, lumbung uang bagi pengedar dan kartel membuat mereka tetap bertahan di bisnis haram ini. Kesadaran spiritual menjadi sangat penting ketika segala sumber solusi tidak berjalan efektif, termasuk soal kesejahteraan.

Ketiga, lemahnya efek jera terhadap pelaku atau pengedar. Efek jera sebagai upaya verbal dalam menangani penyakit masyarakat. Apakah efektif cara yang dilakukan Duterte di Filipina? Sekali lagi jika kesadaran positif tak tertanam dalam-dalam apapun caranya akan muncul situasi yang sama dikemudian hari.

Mengurung para pelaku di balik jeruji besi tidak dapat menjamin mereka selesai dan sadar. Di sinilah kesadaran para aparat kita diuji. Seseorang yang sakaw tidak musti diselesaikan dengan cara memberikan obat-obatan serupa yang diinginkan. Para pelaku, pengedar, dan produsen dapat dihukum seberat-beratnya. Salah satunya tidak memberikan grasi dan segala fasilitas dibatasi.

Keempat, narkoba efeknya tidak jauh berbeda dengan korupsi yang mendarah daging, terorisme, dan kejahatan kemanusiaan lainnya. Masih merebaknya peredaran narkoba di negeri ini disebabkan lemahnya kontrol seluruh elemen masyarakat. Untuk memutus peredaran narkoba dan psikotropika berbasis masyarakat dapat dimulai dari kesadaran dini masyarakat dalam melaporkan dan memberikan pendidikan agama mumpuni sebagai bekal pendewasaan berfikir anak di dalam keluarga.

 *Nur Faizin, alumnus Pascasarjana Sosiologi UGM Yogyakarta dan Sekretaris Banaar (Badan Ansor Anti Narkoba) PP GP Ansor.

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru