32.7 C
Jakarta
Array

Memukul Mundur Radikalisme Islam

Artikel Trending

Memukul Mundur Radikalisme Islam
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Memukul Mundur Radikalisme Islam

Oleh: Nasrullah Ainul Yaqin Mustari*

Radikalisme Islam yang tengah menyerang bangsa Indonesia merupakan “monster”berbahaya, karena akan merusak dan mencabik-cabik keutuhan NKRI yang sudah berdiri berpuluh-puluh tahun lamanya. Keragaman dan kerukunan kehidupan antar umat beragamayang membuat bangsa-bangsa lain irimerupakan nikmat Tuhan yang tidak ternilai harganya. Sehingga wajib disyukuri oleh segenap penduduk Indonesia, agar keharmonisan mereka terus terjalin dari generasi ke generasi berikutnya. Salah satu caranya denganmembendung dan melawan gerakan-gerakan radikalisme Islam yang dilakukan secara masif dan terorganisir.

Najib Azca (2015) menjelaskan minimal terdapat tiga varian Islam radikal di Indonesia, di antaranya: (1) varian saleh, seperti FKAWJ, Salafi, dan Gerakan Tarbiyah; (2) varian jihadis, seperti JAT, JI, DI, dan Laskar Jihad; dan (3) varian politik, seperti PKS, PPP, PBB, FPI, dan HTI. Dari ketiga varian ini, jelas Islam radikal jihadislahyang paling berbahaya, karena seringkali menggunakan kekerasan dan menumpahkan darahorang-orang tidak berdosa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam konteks sekarang, menurut hemat penulis, Islam radikal jihadis tidak terbatas kepada JAT, JI, DI, dan Laskar Jihad saja, tetapi juga meliputi kelompok-kelompok lain yang berafiliasi kepada jaringan teroris internasional seperti IS.

Beberapa contoh kekerasan yang dilakukan oleh kalangan Islam radikal jihadis (ekstremis) adalah: bom bunuh diri di Bali (Oktober 2002), hotel J.W. Marriot dan Kedutaan Australia di Jakarta (Agustus 2003 dan September 2004), dan restoran Balinese (Oktober 2005), di mana menurut Zachary Abuza(2007), semua serangan bom bunuh diri ini dilakukan oleh JI—ormas Islam radikal yang berafiliasi kepada jaringan Al-Qaeda. Selain itu, bom bunuh diri dan penyerangan terhadap polisi yang dilakukan oleh gerakan-gerakan Islam radikal yang berafiliasi kepada IS terjadi di berbagai daerah, seperti di Jalan Tamrin (14/1/2016), Gereja Oikumene (13/11/2016), Kampung Melayu (24/5/2017), ledakan bom panci di Bandung (8/7/2017), dan aksi teror lainnya.

Pemahaman yang Sempit

Menurut ‘Abd al-Wahab ‘Abd as-Salâm Ṭawîlah (2000)terdapat empat tabiat manusia dalam menjalani kehidupan ini, yaitu: orang yang suka memperberat dan hati-hati; orang yang suka ringan dan mempermudah; orang yang luas pengetahuannya; dan orang yang dangkal pengetahuannya. Dalam hal ini, keterbatasan pengetahuan tentang Islam dan kedangkalan berpikir juga menyumbang terhadap lahirnya radikalisme Islam, di mana ajaran Islam, menurut KH. Mudjib, hanya dipahami secara parsial dan tidak menyeluruh (Kompas.com, 05/10/2010).Hal ini didukung oleh fakta yang disebutkan oleh Hairus Salim bahwa banyak kalangan ekstremis yang setia terhadap kelompoknya berlatar belakang pendidikan eksak (@infid_ID, 31/7/2017).

Tentu radikalisme Islam ini sangat bertentangan dengan ajaran dasar Islam itu sendiri. Mengingat Islam diturunkan, menurutAsghar Ali Engineer (2009), untuk memperjuangkan perdamaian dan menegakkan keadilan.Syariat Islam, menurut Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah (1423 H.), sepenuhnya didasarkan kepada keadilan (al-‘adl), kasih-sayang (ar-raḥmah), kemaslahatan (maṣlaḥah), dan kebijaksanaan (ḥikmah). Oleh karena itu, apabila ada pemikiran Islam yang keluar dari empat dasar tersebut, maka ia bukan merupakan bagian dari syariat Islam sekali pun diklaim sebagai syariat Islam.Karena memang tujuan syariat Islam secara garis besar, menurut Imam ‘Izz ibn ‘Abd as-Salâm, adalah mewujudkan kemaslahatan (jalb al-maṣâliḥ) kepada seluruh umat manusiadan mencegah segala bentuk kemudaratan (dar’u al-mafâsid).

Pun demikian, bukan berarti Islam melarang pemeluknya melakukan kekerasan. Dalam situasi tertentu, menurut Asghar (2009), kekerasan boleh dilakukan oleh umat Islam, seperti berperang untuk mempertahankan diri dan mengakhiri penindasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh para penjajah. Sementara dalam kondisi normal, Allah melarang umat Islam melakukan kekerasan, baik penyerangan mau pun peperangan. Oleh karena itu, aneh dan menjengkelkan sekali ketika gerakan Islam radikal di Indonesia melakukan penyerangan berupa penembakan dan bom bunuh diri di tempat-tempat ramai yang tidak hanya memberikan mudarat kepada orang-orang tidak berdosa, tetapi juga merampas nyawa mereka secara cuma-cuma. Tidak lain dan tidak bukan karena kondisi Indonesia merupakannegara damai (dâr aṣ-ṣulḥ) yang menjamin danmelindungi seluruh hak rakyatnya. Bukan merupakan negara perang (dâr al-ḥarb) seperti yang terjadi di beberapa negara di Timur Tengah saat ini.

Suara Mayoritas

Sejatinya karakter asli masyarakat Muslim Indonesia adalah ramah, moderat, dan toleran. Hal ini minimal dapat dilihat dari gerakan dua ormas Islam terbesar di Indonesia; Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama yang sama-sama menolak dan mengecam kekerasan atas nama agama yang dilakukan oleh kalangan Islam radikal jihadis. Bahkan di kalangan pemuda—sebagai generasi bangsa yang akan meneruskan perjuangan para founding fathers ke depan—terdapat sekitar 88.2% anak muda yang menolak keras kekerasan atas nama agama, sebagaimana dilaporkan oleh Infid dalam @infid_ID (18/9/2017).

Kenyataan ini merupakan modal yang sangat berharga dalam menghadang dan memukul mundur radikalisme Islam apabila dimanfaatkan dengan baik.Penyebaran ideologi Islam radikal yang dilakukan secara intens dan masif—terutama melalui media sosial—dapat dibendung dengan paham-pahamIslam ramah dan moderat yang ditampilkan oleh kalangan Muslim mayoritas. Mengingat penggunaan jalurhukum an sich, menurut Jenderal Tito Karnavian (Kompas.com,19/01/2017),tidak bisa menanggulangi radikalisme dan terorisme yangsering bergentayangan dan menghantui kehidupan masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, semua pihak wajibterlibat aktif dalam menyebarkan paham Islam ramah, moderat dan toleranyang sudah mengakar di bumi Nusantara, baik secara offline mau pun online. Tidak lain karena apabila kalangan mayoritas diam (silent majority), maka ia akan memberikan ruang bagi tumbuh-kembangnya paham dan gerakan Islam radikal yang pada waktunya akan menghancurkankita semua.Wa Allah A’lam wa A’lâ wa Aḥkam…

*Penulis adalah mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru