26.8 C
Jakarta

Membongkar Radikalisasi di Tengah Demo dan Naiknya BBM

Artikel Trending

Milenial IslamMembongkar Radikalisasi di Tengah Demo dan Naiknya BBM
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Dari jauh-jauh hari, isu naiknya BBM dan barang-barang pokok di seluruh Dunia, sudah banyak orang memperkirakan bakal ada tensi dari kelompok masyarakat. Dan itu betul, kita telah melihatnya dalam bulan terakhir ini. Ada kelompok masyarakat yang tidak terima atas naiknya barang, tapi bersikap bijak. Tetapi ada satu kelompok yang memang senang dengan kondisi ini, untuk sekadar dijadikan sebagai bahan menyulut kemarahan.

Kelompok Radikal Berenang di Air Keruh

Bagi kelompok ini, jika masyarakat sudah tersulut amarah, mereka bisa diarahkan untuk ditabrakkan kepada pemerintah, sehingga pada akhirnya tidak mempercayai lagi kepada solusi yang ditawarkan pemerintah. Jika sudah tidak percaya, maka kelompok ini dengan mudah menyeret dia kepada tujuan akhirnya, yaitu menjadi bagian dari kelompok ini. Orang menyebutnya “kelompok radikal”.

Kelompok radikal ini, di dalam segala wacana, memang selalu ada. Keberadaan mereka terlihat mempunyai agenda besar. Agenda besarnya, adalah memprovokasi masyarakat agar tidak mempercayai sistem negara yang ada. Masyarakat luas diproyeksikan untuk memusuhi negara, sehingga mereka anti rezim.

Apakah pernyataan di atas tidak mendasar? Sangat mendasar. Jika kita melihat aksi-aksi mereka, baik sebelum adanya demo dan setelahnya, mereka telah menframing di akun-akun media sosialnya. Mereka menframing bahwa kenaikan BBM dan bahan pokok diindikasikan bahwa pemerintah tidak punya belaskasihan terhadap masyarakat dan zalim kepada masyarakat, tetapi lebih kasihan kepada kapitalis dan orang-orang yang mereka anggap “kafir” dan “PKI”.

Hal di atas terlihat jelas pada aksi demo kemarin. Kelompok radikal ini menyusup, dan ikut memprotes tetapi dengan agenda lain. Jika aksi demo mahasiswa meminta pemerintah untuk lebih tegas tidak memperpanjang masa jabatan dan pemerintah harus berpihak kepada masyarakat untuk menurukan harga BBM dan barang-barang pokok, tetapi aksi kelompok radikal ini cuma untuk mencari celah memperburuk citra pemerintah dan merusak tujuan aksi mahasiswa.

Tidak hanya itu, bangunan protes mereka dilakukan dengan baku hantam. Apa yang menimpa kepada Ade Armando, menurut banyak analis, adalah kelakuan kelompok ini. Mereka memantau Ade dari jauh, mengabarkan keberadaan Ade kepada kelompoknya, kemudian mendekati Ade dengan beberapa tinjuan. Dalam kondisi tubuh ada Ade yang ditendang dan diinjak-injak sampai berdarah, mereka memekikkan kalimat takbir. Bagian ini yang disayangkan oleh ulama, intelektual dan organisasi besar seperti Muhammadiyah.

BACA JUGA  Kemajuan Bangsa-Negara Tidak Lahir dari Sistem Khilafah

Agama Menolak Kebrutalan dan Radikalisasi

Seakan dengan melakukan kekerasan terhadap orang sembari memekikkan takbir adalah perbuatan yang terpuji dan diperintahkan agama. Sungguh tidak sama sekali. Malah sebaliknya. Dan bahkan perbuatan tidak terpuji tersebut yang dilarang oleh agama. Karena, perbuatan kekerasan berakibat buruk kepada banyak orang dan kepada agama itu sendiri. Sungguhlah, agama dilihat dari perbuatan pengimannya. Bukan dari unsur hal lainnya.

Naiknya harga barang pokok dan BBM, masyarakat harus jeli dan bijak dalam menyikapinya. Jangan sampai ikut kedalam provokasi kelompok-kelompok ekstrem dan kelompok yang tak dikenal. Saya dan mungkin jutaan manusia Indonesia, masih mempunyai pikiran waras untuk melihat kondisi dan hal-hal apa saja yang bisa menyengsarakan rakyat Indonesia.

Dalam naiknya harga BBM-barang-barang pokok kini, kita sama-sama meminta pemerintah untuk lekas menemukan solusi terbaiknya, menyediakan ketersediaan barang, menurukan harga BBM, dan menjamin kehidupan rakyat Indonesia. Tapi permintaan ini kita lakukan dengan bijak. Bukan frontal, barbar dan brutal.

Wacana radikal, atau radikalisasi dalam kasus harga naiknya BBM ini, sebaiknya juga kita antisipasi sebaik mungkin. Pemerintah juga harus peka melihat yang terjadi pada kondisi demikian, agar masyarakat tidak terjerumus kepada aksi-aksi radikalisasi. Yang pada akhirnya masyarakat menjadi radikal, sesuatu yang pemerintah tolak dengan ragam proyeknya: moderasi beragama.

Geliat radikalisasi di tengah demo dan naiknya barang-BBM memang harus dideteksi sejak dini. Inilah tanggung jawab semua kalangan. Narasi-narasi yang mereka kelompok radikal bangun, khalayak juga wajib membantahnya dengan alternatif narasi yang dipunyai. Segala bentuk yang menumbuhkan provokasi, kebarbaran, kekerasan, kita wajib tangkal secerdas mungkin. Apalagi sebuah tawaran kesejahteraan lewat iming-iming sistem khilafah, sebuah tawaran murahan yang bertolakbelakang dengan nafas Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru