26.7 C
Jakarta

Membersihkan Narasi Radikalisme di Tengah Kasus Polri

Artikel Trending

EditorialMembersihkan Narasi Radikalisme di Tengah Kasus Polri
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sejak kasus pembunuhan oleh salah satu oknum polisi terhadap polisi lainnya mendapat reaksi keras dari masyarakat. Mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Banyak masyarakat menuntut bahwa kasus ini harus dibuka dan tidak boleh disembunyikan atas nama kejujuran, keadilan dan martabat sebuah bangsa.

Pelaku pembunuhan harus dihukum seadil-adilnya. Dan nama baik korban harus dikembalikan kepada asalnya. Bahkan seperti kasus lain, seperti KM50, masyarakat meminta untuk ditinjau ulang kebenarannya.

Tragedi pembunuhan polisi yang kasusnya dicoba disembunyikan, dan kasus KM50 yang juga belum tahu junstrungannya hingga kini, menjadi bahan runding di dalam obrolan kesaharian masyarakat. Utamanya pada kelompok radikal. Mereka meminta keduanya untuk dibuka dan diutus tuntas.

Adanya kejanggalan demi kejanggalan tersebut, kelompok radikal ini, mereka mencoba untuk membranding bahwa Polri selama ini tidak baik dan tidak jujur dalam penanganan semua kasus. Drama demi drama ini dicoba digali oleh para kelompok radikal, untuk kemudian dibuat narasinya, seolah-olah penegak hukum telah bobrok, tidak adil, dan sudah tidak bisa dipercaya keberadaannya kembali.

Kondisi ini kemudian, oleh kelompok radikal diperkeruh dengan narasi-narasi tidak valid. Mereka kemudian, mengangkat kasus itu dengan diambil manfaat, kelemahan, dan ceruknya. Caranya, mereka membeberkan kebobrokan Polri dengan tujuan ingin merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri.

Alhasil, kepercayaan masyarakat kini sangat rendah. Momentum ini menjadi ceruk bagi kelompok radikal untuk masuk lewat kasus ini. Mereka seakan-akan ingin menjadi pahlawan terhadap kasus Polri, padahal untuk memukul institusi Polri. Tapi tujuan utamanya bukan hanya Polri. Tetapi negara Indonesia alias NKRI.

Tujuannya adalah Indonesia: NKRI. Kelompok radikal seakan-akan ingin merangkul Polri, tapi niat di belakang adalah ingin menumpas Polri. Mereka berbicara atas nama Indonesia. Tapi sebenarnya mereka ingin menghancurkan Indonesia.

BACA JUGA  Mawas Diri dari Propaganda Khilafah di Bulan Ramadan

Cara menghancurkan Indonesia adalah dengan menusuk hati masyarakat dan bangsanya. Hati masyarakat diperkeruh oleh hal-hal yang sebenarnya tidak ada. Kelompok radikal ingin mengalihkan hati masyarakat kepada bingkai dan narasi sesat-ekstrem yang mereka buat sendiri. Dengan lemahnya dan tidak adanya kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara, ini menjadi peluang di mana mereka akan masuk lebih jauh untuk menguasai arena, wacana, dan narasi.

Hingga kini, ada banyak sekian narasi yang dibikin oleh kelompok radikal. Dari semua narasi yang dibuat, baik di websetnya dan youtubenya, berisi dengan narasi yang menyudutkan Indonesia. Dari sini saja, sesungguhnya negara Indonesia harus cepat berbenah diri. Yakni mereka harus kerja cerdas dengan mengungkapkan kasus Brigadir J secara cepat dan adil.

Kedua, negara harus mengembalikan dan memulihkan kepercayaan masyarakat dengan cara penanganan tiap kasus secara tuntas. Negara harus bisa membuka tabir muslihat daripada kasus Brigadir J. Negara akan diapresiasi ketika tidak ada yang ditutup-tutupi. Negara harus bersama rakyat dan bisa membeberkan indikasi rekayasa dan penghalangan penyidikan sejak peristiwa itu terjadi.

Hingga hari ini masyarakat masih belum percaya sepenuhnya terhadap negara, utamanya Polri. Setidaknya, itu tecermin dari hasil survei Laboratorium Survei Indonesia (LSI) yang menyebutkan mayoritas masyarakat (yang diwakili 89,4% responden) menyatakan Kapolri tidak terlalu bersikap tegas. Ia masih dinilai ragu menghukum para bawahannya yang coba-coba menghalangi penyidikan.

Maka demikian, jika ingin masyarakat kembali percaya, berbenahlah mulai dari sekarang institusi negara bangsa Indonesia. Jika Kapolri tetap ingin dihormati, maka ia harus membuktikan bahwa kasus Brigadir J harus cepat ditangani. Sebab, di tengah kasus Polri, ada banyak narasi yang bermain. Narasi-narasi radikalisme dan narasi-narasi sesat yang mencoba untuk menghancurkan NKRI.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru