25.4 C
Jakarta
Array

Membentengi Anak dengan Karakter Cinta Damai

Artikel Trending

Membentengi Anak dengan Karakter Cinta Damai
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Satu hal yang musti diwaspadai seluruh elemen bangsa bahwa oknum-oknum radikal selalu mencari cara baru untuk menyebarkan pemahaman kerasnya. Cara yang pertama, kedua, dan ketiga sudah tidak mempan, cara selanjutnya akan mereka cari dan kemudian dieksekusi. Di era milenial ini, pemahaman radikal terindikasi sudah mengancam anak-anak usia dini. Pemahaman tersebut bisa masuk melalui materi pembelajaran di sekolah, lewat kegiatan-kegiatan tertentu yang diadakan sekolah, pengajarnya sendiri, atau bahkan oknum-oknum tertentu di dalam masyarakat. 

Pemandangan demikian bisa saja terjadi, lantaran oknum-oknum penyebar paham radikal mengerti bahwa penyusupan paham intoleran kepada anak kecil sangat mudah dan tentunya membuahkan hasil. Sebab, jika karakter anak sejak kecil telah tertanam bibit radikal, akan sulit disembuhkan karena pemahaman tersebut pasti mengakar dengan kuat pada pemikirannya. Hal inilah mengapa penanaman karakter cinta damai sejak usia dini sangat dibutuhkan dan berkelanjutan hingga setiap anak memiliki karakter damai yang mampu memberikan kedamaian kepada sesamanya.

Pengetahuan umum bahwa tindakan kekerasan yang sering muncul di Indonesia, mengindikasikan bahwa lembaga pendidikan belum sukses—kalau tidak pantas dikatakan gagal—dalam membangun karakter bangsa sebagaimana yang terkandung dalam ajaran agama dan nilai luhur yang dicita-citakan bangsa dalam Pancasila. Bahkan, seolah lembaga pendidikan Indonesia tidak mampu menumbuhkan nilai-nilai perdamaian, toleransi, persaudaraan, serta memunculkan bibit-bibit yang cerdas nan kritis dengan pengetahuan yang memadai. 

Barangkali ini juga jadi indikasi kurang masifnya pendidikan karakter sejak dini, yang mengajarkan sikap dan watap yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Potret intoleransi di kalangan pemuda juga membuktikan bahwa di masa kecil kurang mendapatkan perhatian yang cukup dalam hal pendidikan karakter cinta damai. Hal ini tentu akan berakibat fatal jika pemikiran intoleran itu dibiarkan hingga mereka dewasa. Kondisi demikian harus memantik setiap elemen bangsa untuk melakukan pembinaan karakter anak sejak dini, membekalinya dengan pendidikan agama yang cukup, serta memberikan suntikan pengetahuan pentingnya karakter damai, sebagai solusi meredam sekaligus mengatasi kekerasan yang melibatkan anak di berbagai kalangan.

Peran Keluarga

Keluarga merupakan rumah pertama dan yang utama bagi setiap anak. Baik buruknya perilaku anak, sesuai dengan pembelajaran yang diberikan kedua orang tuanya. Karena itu keluarga harus menjadi garda terdepan pembentuk karakter anak menjadi generasi yang berakhlakul karimah, toleransi, jujur, penebar kasing sayang, dan cinta damai. Mengajarkan anak pentingnya damai harus dilakukan orang tua sendiri, dengan memberikan kasing sayang kepada anak, memberikan teladan sikap yang ramah kepada semua orang, tidak mudah marah, menghormati orang lain, dan lain sebagainya. Hal ini harus dibudidayakan di lingkungan keluarga sehingga karakter damai pada anak terbentuk dengan baik.

Islam sendiri juga memerintahkan kepada setiap keluarga untuk memberikan pendidikan karakter serta menjaga anggota keluarganya dari perbuatan buruk. Di dalam Surat Luqman ayat 13-19, Allah menyeru kepada orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak untuk membiasakan sikap loyal, syukur, kritis, tanggung jawab, hormat, tidak sombong, disiplin, sopan santun, serta sikap peduli kepada sesama. Bahkan di dalam Surat At-Tahrim ayat 6, Allah memerintahkan setiap keluarga untuk menjaga keluarganya agar terhindar dari api neraka, “perihalah dirimu dan keluargamu dari dari api neraka yang bahan bakarnya adalah batu dan manusia.” Dan cara terbaik untuk menjaga keluarga dalam hal ini, sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir, adalah dengan cara mengajari dan mendidik anak dengan baik.

Memberikan pendidikan karakter cinta damai sejak dini kepada anak, sama saja dengan mengukir di atas batu. Maksudnya adalah, memberikan pendidikan cinta damai sejak kecil, akan membekas hingga mereka dewasa. Semua tahu bahwa anak memiliki sifat mudah meniru perilaku orang lain di sekitarnya, terutama keluarga. Jika keluarga memberikan teladan yang buruk, dipastikan anak akan melakukan hal yang sama. Dan sebaliknya, bila orang tua memberikan pendidikan yang baik dan karakter cinta damai, maka anak juga akan memiliki cara pandang dan sikap yang sama.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa memberikan pendidikan yang baik kepada anak usia dini, tidak hanya perlu akan tetapi sangat dibutuhkan. Sebab itu keluarga harus menjadi garda terdepan untuk menumbuhkan pemahaman cinta damai kepada anak, agar membekas hingga mereka dewasa. Di samping itu, lembaga pendidikan harus menjadi rumah kedua bagi anak, yang memberikan pendidikan karakter secara lebih baik, agar cita-cita bangsa sebagai bangsa yang toleran tercapai dengan baik. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Oleh: Muhammad Ali Fuadi, Pengajar di Monash Institute Semarang; Mahasiswa pada Program Pascasarjana UIN Walisongo Semarang

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru