25.6 C
Jakarta

Membangun Imunitas Anti Radikalisme Kepada Anak dengan Nilai Kepesantrenan

Artikel Trending

KhazanahTelaahMembangun Imunitas Anti Radikalisme Kepada Anak dengan Nilai Kepesantrenan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Salah satu upaya penting untuk memikirkan bagaimana ideologi khilafah, agar tidak semakin menjalar ke semua generasi adalah menyiapkan generasi dengan nilai-nilai Islam yang tidak anti Pancasila. Pesantren merupakan ruang yang sangat pas untuk dijadikan potret dan kiblat dalam mendidik anak. Menyiapkan generasi tidak kemudian langsung dimasukkan ke dalam pesantren, akan tetapi bisa dimulai dari penerapan nilai-nilai kepesantrenan.

Nilai-nilai kepesantrenan ini dilihat dari budaya pesantren yang selama ini terbangun untuk dijadikan referensi dan contoh. Nilai-nilai kepesantrenan termaktub dalam beberapa hal, di antaranya: Pertama, etika dan moralitas baik (akhlaqul karimah). Ini merupakan pijakan dan tujuan utama dalam proses pembangunan sistem pendidikan Islam. Pijakan ini juga bisa kita refleksikan ketika Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak. Tradisi pesantren menjaga betul bagaimana etika ini dijunjung tinggi kepada para santri. Oleh karena itu, anak perlu dididik untuk memiliki kepribadian dan etika yang baik sehingga nantinya bisa berkontribusi dalam pengembangan masyarakat secara luas. Membangun kesalehan sosial bagi anak merupakan hal yang utama.

Kedua, pembiasaan ibadah amaliyah seperti melaksanakan ibadah sholat. Pesantren sangat menjaga ritual ibadah ini dengan berbagai upaya. Seperti aturan kepada para santri untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan tahajjud dan begitu seterusnya. Praktik ibadah semacam ini kepada anak bisa dimulai dari pembiasaan di rumah ataupun di sekolah yang ditempuh. Pembiasaan ini dalam rangka menanamkan karakter religius dan berjiwa sosial sebagai upaya membentuk imunitas anti-radikalisme. Ini perlu dilakukan dengan penuh kesabaran dan telaten.

Ketiga, bersahabat dengan Al-Qur’an. Kebanyakan pesantren yang bisa kita temui, para santri wajib untuk menghafal Al-Qur’an. Atau meskipun tidak diwajibkan menghafal, setidaknya aktivitas membaca Al-Qur’an menjadi jiwa dari kehidupan pesantren itu sendiri. Membangun hubungan yang bersahabat dengan Al-Qur’an bersama anak, bisa dimulai dengan membaca surah-surah pendek, tilawah ataupun mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Interaksi semacam ini akan membuat anak merasa dekat dengan Al-Qur’an tanpa merasa terpaksa dan dipaksa untuk membaca.

Keempat, menghormati guru. Nilai pesantren yang sangat kental sekali adalah bagaimana memperlakukan guru dengan terhormat dan sangat baik. Ini bukan dalam rangka mengkultuskan guru atau kiai, jika di pesantren. Akan tetapi, sebagai orang yang memberikan ilmu dan modal untuk menjalani kehidupan, sudah seharusnya untuk menghormati guru. Kepada anak, nilai ini bisa dibiasakan dengan menyapa, mencium guru sebagai tanda hormat. Sebab dari guru, anak memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman yang bermanfaat bagi kehidupannya.

BACA JUGA  Melihat Potensi Perpecahan Pasca Pemilu

Kelima, menghargai antar sesama, toleransi dan tenggang rasa. Di pesantren, terdiri dari berbagai latar belakang santri yang sangat beragam. Salah satu nilai yang terbangun adalah menghargai sesama. Dalam konteks kehidupan anak, ia harus diajarkan tentang keragaman adat, budaya, suku dan bahasa yang ada di Indonesia. Mereka perlu diperkenalkan tentang Indonesia secara luas. Salah satu kebiasaan yang pernah saya temui dalam perayaan lulusan di sebuah sekolah TK adalah menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah. Tentu, ini hanyalah sebuah contoh dari sekian banyak contoh yang bisa diterapkan agar anak mampu memahami dan menghargai perbedaan yang ada di sekitarnya.

Keenam, amanah dan tanggung jawab. Pesantren cukup memberikan ruang yang sangat luas untuk belajar amanah dan tanggung jawab. Hal ini karena mereka jauh dari orang tua. Mau tidak mau, mereka harus menjaga diri dan senantiasa belajar sebagaimana yang diamanahkan oleh orang tua. Nilai semacam ini ditanamkan kepada anak melalui kemandirian ketika berada di rumah, seperti: membantu mencuci piring ketika selesai makan, menyapu rumah ataupun kegiatan lain yang bisa membantu meningkatkan rasa tanggung jawab dalam dirinya.

Nilai-nilai kepesantrenan yang disebutkan di atas, adalah bagian dari sekian banyak nilai yang tidak bisa dijelaskan karena sangat banyak. Akan tetapi paling tidak, nilai-nilai tersebut menjadi sebuah pijakan dasar kehidupan seorang anak. Nilai tersebut bisa diterapkan melalui lingkungan keluarga ataupun lembaga pendidikan yang menjadi tempat anak belajar. Nilai ini juga menjadi imunitas anti radikalisme bagi anak agar siap hidup dengan berbagai tantangan kebangsaan dari rongrongan ideologi khilafah. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru