28 C
Jakarta

Membangun Ide dengan Pola Pikir Matematis

Artikel Trending

KhazanahLiterasiMembangun Ide dengan Pola Pikir Matematis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kutipan S.Gudder menurut saya cocok sebagai paragraf pembuka tulisan ini. “Inti dari matematika adalah untuk tidak membuat hal-hal sederhana menjadi rumit, tetapi untuk membuat hal-hal rumit menjadi sederhana”. Kebanyakan orang berpikir matematika identik dengan rumus-rumus rumit yang hanya membuat sakit kepala. Tak jauh berbeda dengan saya.

Oleh karena itu, mengacu pada isi tulisan, izinkan saya mengubah sedikit kata-kata S.Gudder menjadi “Inti dari pola pikir matematika adalah membangun lemari ide, bukan memperumit kerja menulis” Jadi, jangan dulu menyerah saat membaca judul. Justru pola pikir matematis ini akan membantu kalian yang merasa punya banyak ide, tapi saat harus merincinya sebagai bahan tulisan tiba-tiba hilang entah ke mana. Terutama bagi kalian yang tidak ada ide sama sekali.

Cara ini merupakan teknik menulis Ayu Utami. Setelah lebih dari 20 tahun menulis novel dan menerima berbagai penghargaan di bidang literasi, kemudian ia menggelar kelas kepenulisan, dan menulis buku-buku seputar teknik menulis dan berpikir kreatif. Dalam metodenya Ayu Utami memperkenalkan pola pikir matematis untuk mengatasi permasalahan yang banyak melanda para pengarang dan penulis.

Empat pola pikir tersebut merupakan cara mengelola, menabung, dan menggandakan ide. Sebab, tanpa ide kita tidak punya modal tulisan. Bahkan, satu ide dasar bisa menjadi modal bagi banyak cerita. Empat pola pikir matematis tersebut yaitu:

  1. Pola Pikir Kotak

Pola pikir kotak berarti otak kita menyadari ada dua wilayah sekaligus, yaitu di dalam dan di luar kotak. Ketika kita dilanda gelisah dalam menentukan ide cerita, antara memilih ide yang sedang ngetren, keinginan perusahaan atau menulis sesuai keinginan diri sendiri. Maka pola pikir kotak ini sangat berguna untuk membantu menyadarkan di dalam kotak apa kita berada.

Dalam bukunya, Ayu Utami memberi contoh antara kotak penulis dan pengarang yang berbeda. Penulis merupakan kerja profesional, ia bekerja dengan tenggat waktu perusahaan. Seperti jurnalis, penulis biografi. Sedangkan pengarang adalah kerja seniman, ia bebas tidak dituntut oleh batas waktu pekerjaan. Namun, saat pengarang menerbitkan bukunya di suatu perusahaan maka ia masuk ke dalam kotak yang lebih sempit.

  1. Pola Pikir Perlawanan

Pola pikir perlawanan berarti menyadari bahwa hampir semua kutub punya perlawanan dan pasangan. Sebagaimana kita tahu bahwasanya ada siang dan malam, pagi dan sore, baik dan jahat, sulit dan mudah, setan dan malaikat, buta dan dapat melihat serta masih banyak lagi. Pola pikir ini digunakan untuk membangun ketegangan cerita. Dari salah satu contoh yang saya sebutkan dapat ditarik satu kalimat berisi konflik “orang buta yang baik bertemu seorang pria yang jahat

  1. Pola Pikir Sama Dengan (Asosiasi)
BACA JUGA  Hilang Motivasi Membaca? Ini Cara Mengatasi “Reading Slump”

Otak kita bisa mengenali sesuatu saat benda itu sama persis sesuai data dalam memorinya, inilah yang disebut sebagai proses identifikasi. Pola pikir asosiasi ini berguna untuk mencari kesamaan suatu hal dengan hal lain. Bahkan, selama ini otak kita bekerja dengan pola pikir tersebut secara otomatis. Dalam proses menulis kreatif pola pikir asosiasi berguna untuk mengembangkan kiasan atau metafora, analogi, perumpamaan. Contoh: Pagi sama dengan terang, cerah.

  1. Pola Pikir Persilangan (Koordinat)

Pola pikir ini sedikit rumit, sebab paling banyak digunakan dalam kreativitas. Poro-poros yang disilangkan memunculkan sebuah pertemuan antara dua elemen atau dimensi baru. Dari lambangnya bisa kita lihat bahwa pola pikir ini tidak mengenal batas. Pola pikir ini berguna untuk membangun dan mencipta lebih banyak ide. Selain itu bisa digunakan untuk mempertemukan, membandingkan, dan mempersatukan peristiwa-peristiwa yang sudah dicatat menjadi satu rangkaian utuh.

Contoh: Muda x Tua sama dengan Senja x fajar sama dengan berangkat kerja maka bisa ditarik satu kalimat ide cerita mini “Di usianya yang senja ia harus tetap gigih bekerja dari fajar hingga petang”

Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa satu kata setelah melalui proses pola pikir oposisi (perlawanan) dan asosiasi (persamaan) menghasilkan satu kalimat yang berisi ketegangan cerita. Saya akan memberikan contoh pengembangan ide dengan satu kalimat di atas:

Saya memutuskan untuk membuat tokoh Bapak Tua tersebut bekerja sebagai penjaga perpustakaan Seni Rupa. Dan dari ide ini saya mulai berpikir asosiatif: apa saja yang dekat dengan “perpustakaan seni rupa”: Arsip karya para perupa = lukisan = misteri. Lukisan sering diklaim memiliki banyak misteri tersembunyi. Dari sini saya sudah memiliki bentuk konkret tentang ide latar cerita.

Mengapa Bapak Tua tersebut tetap gigih bekerja. Di sini saya berpikir kotak: Bapak tersebut sedang mencari lukisan “Dunia tanpa Pria” milik Sudjojono. Bertahun-tahun ia gigih mencari kolektor dan seniman yang menyimpan lukisan tersebut. Alasan Bapak Tua: ia ingin meminang pacarnya. Si pacar memberi syarat mahar lukisan tersebut.

Di sini saya juga berpikir secara oposisi (perlawanan) karya pelukis ternama pastilah punya harga fantastis yang membuat si Bapak harus bekerja keras mengumpulkan uang. Dan ia memilih bekerja di perpustakaan Seni Rupa untuk memudahkannya menemukan lukisan tersebut.

Untuk menyambung ide tersebut menjadi ide cerita yang utuh maka saya menggunakan pola pikir koordinat, merunut peristiwa lampau dan masa depan, menyilangkan beragam ide. Setelah menyusun metode ini cobalah dirapikan dengan struktur dasar narasi Cilukba Ayu Utami. Fokuslah pada kerja penulisan cerita dan selesaikanlah. Karena karya yang selesai lebih baik daripada karya yang bagus tapi tidak selesai.

Marisa Rahmashifa
Marisa Rahmashifa
Mahasiswi Jurusan Sastra Inggris berdomisili Malang

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru