26.1 C
Jakarta
Array

Membaca Indonesia Kedepan dengan Tingkat Literasi Masyarakat

Artikel Trending

Membaca Indonesia Kedepan dengan Tingkat Literasi Masyarakat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setiap zaman punya catatan sejarahnya sendiri-sendiri. Ada sesuatu yang berkembang, adapula yang menurun. Misalnya, dalam hal teknologi kita bisa mengatakan jika kecanggihan teknologi dari masa ke masa terus mengalami perkembangan secara masif. Perubahan begitu terlihat, adanya teknologi berdampak pada karakteristik intelektual manusia.

Namun apakah memang seperti itu? konteks literasi sendiri misalnya, dalam dunia tulis menulis. Jika menilik dari beberapa abad ke belakang, media yang digunakan untuk menulis menggunakan batu, daun, sampai pada terciptanya kreatifitas pembuatan kertas, hingga sampai sekarang media tulis menulis sudah berada pada tahap media digital.

Memang jika menilik pada sebuah definisi literasi bukan hanya soal hal tulis-menulis saja, namun lebih dari itu. Literasi mencakup dunia baca, hitung menghitung, berbicara, dan menyelesaikan sebuah masalah. Jadi jangan sampai pikiran kita ketika menangkap istilah literasi hanya sebatas konteks baca ataupun tulis.

Dunia digital membuat sesuatu menjadi serba mudah. Namun kemudahan yang ditawarkan apakah mampu dimanfaatkan masyarakat sesuai fungsi sebagaimana mestinya? Dicontohkan saja, orang yang mau berjualan tak perlu membutuhkan modal yang besar untuk membeli tanah, toko dan lainnya. Dibuktikan dengan adanya jual  beli sistem digital,  seperti tokopedia, buka lapak, lazada dan lain sebagainya.

Dalam dunia literasi, masyarakat tidak perlu susah-susah membawa buku  yang berukuran besar tatkala mau membaca, soalnya sudah ada buku dalam bentuk digital. Membaca al-Quran, sekarang sudah ada al-Quran digital.
Kemudahan tersebut selain menciptakan keuntungan bagi para penggunanya, ternyata juga mengakibatkan timbulnya sifat pragmatis, apatis, dan berkiinginan serba mudah, instan. Alih-alih juga menciptakan sifat malas. Dibuktikan dengan pembuatan makalah oleh mahasiswa.

Dulu sebelum perkembangan teknologi pesat seperti sekarang ini,  mahasiswa bisa mengerjakan makalah sampai berhari-hari disebabkan sulitnya mencari bahan buku referensi. Namun sekarang pembuatan makalah hanya membutuhkan waktu 1-2 jam, sebab bahan di internet sudah ada. Istilahnya tinggal copas (copy+paste).

Selain itu dari data yang di umumkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Central Connecticut State University (CCSU) mengungkapkan peringkat literasi negara-negara dunia pada Maret 2016. Dikutip dari detik.com pemeringkatan perilaku literasi ini dibuat berdasar lima indikator kesehatan literasi negara, yakni perpustakaan, surat kabar, pendidikan, dan ketersediaan komputer.

Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara yang disurvei. Indonesia masih unggul dari satu negara, yakni Botswana yang berada di kerak peringkat literasi ini. Nomor satu ada Finlandia, disusul Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia, Swiss, AS, dan Jerman.
Korea Selatan dapat ranking 22, Jepang ada pada ranking 32, dan Singapura berada di peringkat ke-36. Malaysia ada di barisan ke-53.

Rendahnya peringkat literasi masyarakat Indonesia di perkuat lagi dengan perilaku tentang banyaknya ujaran kebencian, fitnah, dan hoaks dimana-mana menandakan masih rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Literasi sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan sistem negara dan kemajuan Indonesia.

Lantas jika sudah seperti itu, negeri ini mau di bawa kemana. Jika penerus dan masyarakatnya tingkat literasinya seperti itu. Padahal untuk menjalankan negara dengan sistem demokrasi sekarang ini, tak luput dari tingkat literasi masyarakatnya.

Mohammad Iqbal Shukri, Mahasiswa UIN Walisongo Semarang.

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru