Judul Buku: 7 Rahmat Akhlak yang Baik, Penulis: Yasir Qadhi, Nama Penerbit: Noura, Tahun Terbit: 2018, Tebal: vii+ 234 halaman, ISBN: 978-602-385-680-0, Peresensi: Sam Edy Yuswanto.
Harakatuna.com – Akhlak terpuji merupakan sesuatu yang urgen dalam kehidupan ini. Tanpa membekali diri dengan akhlak yang baik, rasanya sangat sulit kita bisa saling berinteraksi dengan baik antarmanusia. Bisa dikatakan, akhlak terpuji menjadi dasar atau pondasi bagi setiap orang untuk bisa memanusiakan manusia, mengasihi satu sama lain, saling menghormati tanpa pandang bulu, menghargai setiap perbedaan yang muncul, dan seterusnya.
Era digital seperti saat ini, banyak orang yang tidak bisa memanusiakan manusia. Mereka berlaku sewenang-wenang terhadap sesamanya. Misalnya, orang kaya yang begitu mudahnya merendahkan kalangan miskin, para pejabat yang enggan mendengar persoalan yang dialami rakyat, hingga mereka yang begitu mudahnya menganggap remeh profesi orang lain.
Yang sangat memprihatikan adalah ketika ada sebagian pendakwah yang justru kurang bisa mengerem mulutnya. Mereka dengan mudahnya meremehkan orang lain, bahkan dengan menggunakan diksi kasar yang tak pantas diucapkan oleh orang yang (katanya) paham hukum agama. Misalnya, mengumpat atau memaki orang lain dengan diksi ‘goblok’, ‘tolol’, dan sejenisnya. Terlebih kata-kata tersebut diucapkan di depan umum dan ditujukan kepada seseorang. Ini sama artinya mempermalukan dan merendahkan sesama.
Maka tak heran bila agama Islam mengajari kita bahwa adab itu lebih tinggi dari ilmu. Memiliki keilmuan tinggi itu sangat penting, tapi harus disertai juga dengan adab. Tanpa disertai adab atau akhlak terpuji, tentu akan mengantarkan orang tersebut pada perilaku yang buruk. Perilaku yang kelak akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri, bahkan menjadi pemicu perpecahan umat manusia.
Bicara tentang akhlak yang terpuji, sudah seharusnya kita mencontoh akhlak mulia Nabi Muhammad Saw. Dalam buku ini, Yasir Qadhi menjelaskan bahwa Allah Swt. memuliakan Nabi Muhammad Saw. dengan menggambarkan beliau dalam Al-Quran, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur” (QS. Al-Qalam [68]: 4).
Budi pekerti yang luhur memiliki hikmah yang luar bisa besar bagi kehidupan umat manusia. Di antaranya ialah kita jadi mengerti bagaimana cara memanusiakan manusia. Bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi mereka yang lebih muda, dan sebagainya.
Yasir Qadhi menjelaskan, Nabi Muhammad Saw. juga diingatkan Allah Swt. dalam Al-Qur’an, “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu” (QS. Ali ‘Imran [3]: 159).
Dari ayat tersebut saja kita sudah bisa memahami bahwa sikap, ucapan, atau perilaku yang kasar itu akan menjauhkan kita dari orang-orang. Ketika kita berlaku kasar pada orang lain, derajat kita akan turun dalam pandangan Allah dan juga sesama manusia. Atau dalam arti yang lain, orang yang menghinakan sesama kelak akan dihinakan pula oleh Allah dan sesama manusia.
Rasulullah Saw. adalah sosok yang sering mengingatkan kepada para sahabatnya agar memiliki akhlak yang baik. Dalam buku ini diungkap bahwa setiap kali para sahabat datang menemui beliau untuk meminta nasihat, beliau selalu mengingatkan mereka tentang akhlak yang baik, misalnya melarang mereka untuk marah. Ini bukan suatu teologi yang rumit, bukan etika yang sulit, bukan pula masalah fikih yang mendalam. Beliau hanya melarang untuk marah, dan orang yang meminta nasihat itu langsung merasakan perubahan yang nyata.
Pernah suatu ketika, sebagaimana diterangkan dalam hadis riwayat At-Tirmidzi, Mu’adz bin Jabal mendatangi Nabi Muhammad Saw. dan meminta saran. Beliau menasihati, “Wahai Mu’adz, bertakwalah kepada Allah di mana pun kamu berada. Setiap kali kamu melakukan sesuatu yang buruk, iringilah dengan perbuatan yang baik. Di mana pun kamu berada, di antara orang-orang, selalulah perlakukanlah mereka sebaik mungkin” (hlm. 3).
Memperlakukan orang lain sebaik mungkin di mana pun kita berada adalah pesan Nabi Muhammad Saw. yang di era sekarang sepertinya sudah mulai banyak yang melupakan atau enggan untuk mempraktikkan. Faktanya, ucapan kotor begitu mudah keluar dari mulut sebagian orang untuk merendahkan atau mungkin sekadar guyonan. Namun, apa pun alasannya, ucapan kotor memang tak pantas dijadikan sebagai kebiasaan, apalagi sampai dijadikan sebagai candaan atau banyolan pada orang lain. Karena itu bisa menimbulkan terlukanya hati dan memicu kebencian orang-orang padanya.
Buku ini penting dibaca dan renungi bersama, sebagai penambah wawasan bagi siapa saja tentang pentingnya membekali diri dengan akhlak terpuji, sebagai bekal kita untuk lebih memanusiakan manusia. Disarikan dari ceramah-ceramah Yasir Qadhi, seorang tokoh asal Amerika yang cukup berhasil menampilkan wajah akhlak Islam di Negeri Paman Sam.