29.7 C
Jakarta
Array

Memaknai Ke-‘rahmatan’ Nabi bagi ‘Alamin’

Artikel Trending

Memaknai Ke-‘rahmatan’ Nabi bagi ‘Alamin’
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Al-Quran sebagai pedoman manusia seluruhnya telah mengisyaratkan adanya rahmatan lil ‘âlamîn (kasih bagi seluruh alam). Ini secara gamblang ditegaskan oleh Allah swt dalam QS al-Anbiya’ [21]: 102. Berikut redaksi ayat yang perlu kita telisik maknanya;

﴿وَمَا أَرْسَلْنٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلعٰلَمِيْنَ﴾

Term rahmat -yang umumnya dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi kasih- menurut para mufasir mempunyai beberapa kemungkinan makna tentang siapa yang menyandangnya. Pertama, yang menjadi rahmat adalah sosok Baginda Nabi Besar Muhammad saw, setelah merujuk kepada kata ganti (dhamîr) untuk orang kedua yang kembali kepada Beliau saw. Kedua, yang menjadi rahmat adalah ajaran atau risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw yang tak lain adalah agama Islam. Ketiga, yang menjadi rahmat adalah Allah swt sang Maha Rahmân dan Rahîm.

Sementara redaksi ʻâlamîn pada ayat di atas ada tiga kemungkinan maknanya. Pertama, manusia. Kedua, segala jenis makhluk yang ada di bumi. Ketiga, semua selain Allah swt. Oleh karena itu term ini sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan alam semesta.

Berbicara tentang kerahmatan Nabi Muhammad saw, kita akan mendapati banyak ayat-ayat al-Quran yang membicarakannya. Hampir-hampir ayat al-Quran yang membahas tentang rahmat yang dimaksudkan adalah baginda Rasul saw. Terutama ayat yang telah disebutkan di atas. Ditambah lagi QS al-Taubah [9]: 128, QS Ali Imran [3]: 159, dan QS Yunus [10]: 58. Rahmat itu Nabi Muhammad saw. Keduanya tidak bisa terpisahkan satu dengan yang lainnya. Rahmat yang terlebur dalam diri Nabi Muhammad saw secara otomatis terejewantahkan dalam ajaran yang beliau saw bawa yakni agama Islam. Sehingga tidak heran juga muncullah jargon Islam Rahmatan lil Alamin.

Secara definisinya, rahmat menurut al-Ghazali dimaknai sebagai keperihan dalam hati melihat ataupun mendengar ketidakberdayaan sesuatu atau seseorang sehingga terdorong untuk membantu dan mengurangi kepedihan yang menimpanya.

Meski demikian, Allah swt sebagai sumber rahmat tidak memberikan rahmat-Nya atas dasar keperihan maupun kepentingan apapun. Sebab Allah swt tidak bisa disamakan dengan makhluk-Nya. Hanya rahmat manusia saja yang berangkat dari rasa keperihan dalam hati. Terkadang pun manusia mengasihi atas dasar kepentingan yang ia bawa. Wallahu Aʻlam (Ali Fitriana)

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru