Istikamah merupakan berasal dari bahasa Arab yang kata dasarnya berasal dari tiga huruf; qaf, waw, dan mim. Setiap kata yang berakar dari tiga huruf tersebut mempunyai makna asal kumpul, tegak dan mantap. Oleh karenanya kata kaum berakar dari kata dasar tersebut, sebab kaum adalah suatu perkumpulan yang mantap pada satu kesatuan. Dari akar kata yang sama pula kata qama yang berarti berdiri dan aqama yang diartikan menegakkan, sebab orang yang berdiri pasti dia tegak lurus. Kata istikamah sama dengan kata mustakim yang kerapkali diartikan dengan lurus. Hanya saja mustakim berbentuk kata sifat (adjective) sedangkan istikamah adalah kata benda abstrak (mashdar; kata kerja yang dibendakan).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia istikamah diartikan tidak jauh dengan akar kata dalam bahasa Arab di atas. Istikamah dimaknai dengan sikap teguh pendirian dan lalu konsekuen di setiap tindakan. Sikap teguh pendirian mewakili makna mantap. Sementara konsukuen dalam tindakan merepresentasikan tegak dalam bertindak (tidak mencla-mencle).
Menurut al-Munawi dalam al-Tauquf ‘ala Muhimmat al-Ta’rifat istikamah secara bahasa adalah garis yang bagiannya sesuai pada tempat yang seharusnya. Secara istilah istikamah –menurut kalangan sufi- mempunyai berbagai versi. Ada yang mengartikan memenuhi janji dan konsisten pada jalan yang lurus sesuai dengan garis tengah dalam setiap hal baik makan, minum, pakaian urusan agama maupun dunia. Yang lain mengartikan dengan konsisten tanpa abai dan selalu dalam kejernihan. Ada juga yang mengartikannya tidak berfokus pada keramat (kemuliaan) dan tidak menggubris celaan.
Sementara Al-Ashfihani memaknai istikamah dengan jalan yang ada pada garis lurus. Oleh karenanya kata mustakim dalam Al-Quran seringkali disandingkan dengan jalan (shirath). Sehingga makna keduanya disatukan menjadi jalan lurus. Seseorang bisa disebut istikamah saat dia konsisten pada jalan yang lurus.
Alhasil demikianlah para pakar bahasa memaknai istikamah. Sebenarnya semua pengertian di atas sama semua jika dikembalikan pada kata dasarnya. Orang yang tegak pasti dia mantap untuk tegak. Tegak dalam langkah pasti dia akan menempuh jalan lurus disertai dengan kemantapan setiap langkahnya. Kemantapan itulah yang membuatnya bisa fokus, konsisten di tiap langkahnya tanpa menoleh kanan-kiri dan menggubris apa yang terjadi di sekelilingnya.
Istikamah merupakan inti dalam melaksanakan ajaran agama Islam. Tanpa istikamah amal seorang Muslim tiadalah bernilai. Segala amal ibadah mulai shalat, puasa hingga amal saleh lainnya dituntut untuk terus dilaksanakan hingga ajal menjemput. Sehingga bisa menutup mata dengan husnul khatimah dalam keadaan rukun Islam, rukun Iman yang masih utuh. Tanpa istikamah keislaman seseorang tidak kekal. Banyak godaan kanan-kiri mendera langkahnya. Semoga kita diberi kekuatan untuk istikamah dalam Iman, Islam, dan Ihsan kita. Amin [Ali Fitriana]