28.9 C
Jakarta

Melunasi Janji Sumpah Pemuda

Artikel Trending

Milenial IslamMelunasi Janji Sumpah Pemuda
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Misbahul Wani meminjam pendapat ulama besar Mesir kontemporer, Yusuf Al-Qardhawi (2019).  Ia mengatakan, apabila ingin melihat suatu negara di masa depan, maka lihatlah pemudanya hari ini. Dan, Soekarno berkata demikian, beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya kuguncangkan dunia.

Pesan mereka merefleksikan pentingnya merakayakan kembali hari sumpah pemuda, momentum ini tak dapat dilupakan karena mengingat jasanya yang mengukir sejarah tentang kiprahnya dalam membangun negara bangsa Indonesia melalui bahasa. Ia adalah generasi yang selalu menatap perubahan.

Pada kongres pemuda 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, ia menghasilkan beberapa fondasi: Pertama, kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kedua, kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ketiga kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Dalam sejarah Islam, peradaban suatu negeri banyak dibangun oleh para pemuda. Nabi Muhammad Saw sekali pun memiki perhatian pada kaum muda, ia membuktikan ketika memilih Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang terbilang usianya relatif muda. Bahkan, mereka telah menunjukkan eksistensinya dalam memajukan suatu negara.

Indonesia pada hakikatnya masih jauh dari esensi bahasa persatuan, terbukti bahwa krisis keteladanannya belakangan ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Nyaris tiap hari, hukum menjerat pemuda yang melakukan ujaran kebencian, narasi perpecahan, dan propaganda. Peristwa ini menjadi kejutan buruk bagi generasi muda yang hendak memajukan bangsa.

Di luar hal itu, pemuda juga tak sedikit yang terpapar paham radikalisme. Pemahaman ini memang cenderung memecah belah keragaman dalam berbangsa, dan bernegara. Masalah-masalah demikian perlu menghadirkan komitmen mereka yang siap melunasi janji suci untuk membangun suatu peradaban.

Menyelamatkan Pemuda dari Radikalisme

Krisis keteladanan pemuda salah satu faktornya adalah pengaruh paham radikalisme yang lahir dari kelompok-kelompok radikal yang berkeinginan memecah belah bangsa dengan merusak pola pikirnya. Kelompok ini memang terbiasa memproduksi bahasa-bahasa perpecahan yang sebetulnya bertabrakan dengan hasil putusan kongres sumpah pemuda.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar dalam acara talkshow yang bertajuk “Pemuda, Media Sosial, dan Sumpah Pemuda.” Ia mengatakan, wajib bagi kita yang lahir di Indonesia ini untuk menjaga dan mencintai bangsa ini. apalagi sebegai pemuda bangsa harus hebat dalam mencari ilmu dan memiliki semangat nasionalisme untuk menangkal masuknya paham radikal terorisme (26/07/2020).

BACA JUGA  Jalan Licik HTI Harus Segera Dilenyapkan di Bumi Indonesia

Pandangan tersebut terdapat kesamaan dengan ikrar sumpah pemuda bahwa nasonalisme bagian dari semangat mencintai negara bangsa. Maka dari itu, menyelematkan negara sama dengan melindungi segenap pemuda. Alhasil, mereka harus menjadi senjata ampuh negara dalam mencegah mata rantai penyebaran paham radikalisme, dan terorisme.

Tanggung jawab pemuda tak hanya sekedar menjaga keragaman, persatuan, dan berbahasa Indonesia. Melainkan kewaspadaan mereka terhadap paham radikalisme merupakan persoalan yang sangat penting dalam rangka mewujudkan cita-cita, dan peradaban. Karena itu, radikalisme menjadi bagian dari tanggung jawab mereka untuk mencegahnya.

Revitalisasi

Meminjam kata Pepatah Arab, “Syubanul yaum, rijalul ghad,” generasi di masa sekarang ini adalah pemimpin di masa depan. Syekh Musthafa al-Ghulayaini, mengatakan, “Inna fi yadi syubban amrol ummah, wa fi aqdamihim hayataha.” Artinya, sesungguhnya maju mundurnya suatu bangsa terletak di tangan para pemuda, dan di pundak merekalah hidup matinya suatu bangsa.

Hadits ini menegaskan pentingnya bagi mereka dalam melestarikan nasionalisme, dan kiprahnya untuk memajukan peradaban bangsa. Indonesia sebagai negara yang memiliki jutaan generasi mengharuskan merekalah yang bertindak mentakdirkan masa depan bangsa. Karena ialah satu-satunya aset yang bisa menentukan arah perubahan.

Ucapan Syekh Musthafa al-Ghulayaini tersebut menjadi alarm bagi pemuda Indonesia yang dulu pernah berjuang ikut mempertahankan kemerdekaan. Di sini lah, tergambar dalam pernyataan Soekarno tentang semangat perubahan yang melibatkan peran dalam sejumlah perjuangan. Perjuangan tersebut tidak lain adalah melahirkan generasi yang berbakti, dan siap berkarya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju, dan merdeka.

Untuk menjemput perubahan dalam suatu negara dapat melalui Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2020. Momentum ini menjadi refleksi bagi kita untuk terus berjuang, dan berbakti pada negara dengan menggemakan semangat pemuda yang tiada henti bersuara demi bangsa Pancasila dan Indonesia.

Hasin Abdullah
Hasin Abdullahhttp://www.gagasahukum.hasinabdullah.com
Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru