30.9 C
Jakarta

Melepaskan Lapas dari Cengkeraman Proyek HTI

Artikel Trending

Milenial IslamMelepaskan Lapas dari Cengkeraman Proyek HTI
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Sudah terlalu banyak fakta-fakta penting yang ditemukan di Lapas Indonesia. Termasuk proyek HTI yang diselenggarakan di Lapas. Ini yang membuat masyarakat merasa iba dan kasian terhadap Lapas. Kenapa? Karena selama ini, baik pemerintah, ormas keislaman, dan masyarakat Indonesia mewanti-wanti untuk tidak terpengaruh oleh aktivitas gombal HTI.

Dilalah, Lapas ternyata telah melakukan kerja sama bersama HTI secara berturut-turut. Dari tahun ke tahun. Dari proyek ke proyek lainnya.

Menghentikan Kerjasama Abal-abal

Kita sadar, Lapas mungkin memiliki alasan tidak tahu kepada tokoh-tokh HTI. Tapi bukannya dalam kerja sama, siapa pun harus tahu latar belakang patner kerjasamanya. Belum lagi ditanya, mengapa harus bekerjama dalam hal keagamaan bersama mereka? Bukankah di Indonesia sangat banyak tokoh-tokoh keagamaan yang mumpuni dalam bidang keagamaan dan Al-Qur’an?

Dengan menerimanya kerjasama Lapas dengan HTI, di satu sisi membuat masyarakat tercederai hatinya. Di sisi lain, membuat tokoh-tokoh HTI makin leluasa dalam melakukan penyebaran, perekrutan, dan membranding dirinya untuk dikenal luas oleh masyarakat.

Tak bisa disepelekan. HTI selama ini terus mencoba mendekati ke beberapa orang penting di Indonesia. Baik yang menjabat di dalam kementerian, maupun dalam lintas partai, dan kependidikan. Sudah banyak contoh dan penyesalan dari mereka yang terkena gombal rayuan HTI.

Kini Lapas jangan sampai lengah terhadap pendekatan dan gerilya HTI. Mereka bisa bermanis muka. Mereka juga bisa berkamuflase untuk melakukan pendekatan sebagai taktik memasukkan misi-misinya.

Apalagi dalam keagamaan. HTI ini sudah tidak perlu diragukan lagi bagaimana ia bisa membangun jejaring dalam merekrut banyak orang untuk masuk pada pahamnya. Seperti kata Khoiri, HTI dengan mudah mengelabuhi orang dengan cara menarasikan degradasi syariat.

Syariat Islam dipermainkan. Yang enteng diberatkan, dan diharamkan. Sementara yang berat dijadikan sebagai tolok ukur bagaimana menjadi muslim yang baik. Alasan-alasan itu dibuat untuk gerakan khaira ummah.

Dari taktik dia atas, maka mudah kita dapati mereka akan mengatakan bidah dan toghut. Kemudian mengatakan bahwa ia adalah pahlawan yang akan menolong muslim Indonesia atas kecamuknya dunia. Meyakinkan tapi bulshit adanya.

Sekarang, Lapas masuk dalam sistem rayuan tersebut. Seperti kata Khoiri, mereka lebih lanjut menarasikan degradasi moral. “Masyarakat saat ini dianggap krisis moral, terlalu cinta dunia, terlena oleh sistem dunia dan melupakan sistem Islam. Untuk itu, HTI mendesak untuk segera hijrah agar terhindar dari sistem dunia yang dihegemoni kafir, yakni liberalisme, sekularisme, dan kapitalisme. Dari sini mereka mengajarkan Al-Qur’an ke para napi. Namun selanjutnya napi diseret masuk dalam komunitas mereka. Para aktivis HTI memainkan taktik ini.

BACA JUGA  Politik Dinasti: Pembajakan Islam dan Demokrasi yang Harus Ditentang

Melepaskan Lapas 

Saat ini sudah banyak para napi yang menjadi bagian HTI. Meski tak terhitung dalam data-data kongkrit, tapi dengan mereka nyaman atas apa pun yang diberikan oleh HTI, sudah menjadi tanda bahwa mereka terpantik dengan program HTI. Doktrin-doktrin HTI sudah masuk dan menjadi darah daging bagi para napi di Lapas.

Apalagi dengan proyek program baca tulis Al-Qur’an, seperti yang terjadi di beberapa Lapas di Indonesia. Dengan agenda ini para napi jelas senang karena ini menjadi kebutuhan dalam mengisi kekosongan hari-harinya. Tapi kemudian, para napi dijadikan sebagai lahan doktrin HTI. Akhirnya, napi jadi tumbal dan penerus daripada paham dan organisasi HTI.

Sejauh ini ada banyak nama yang menjadi aktor penting dalam doktrinisme di lapas. Di Cinta Quran Foundation ada Fatih Karim sebagai Dewan PembinaKetua Yayasan Hadi Azis Pratama, Sekretaris Ivan Sopian, Bendahara Ayu Lestari, Editorial Jajang Hartono dan Ulfa Mu’adhotin Qori’ah, Content Management Fikar Harakan dan Aulia Nur Hasan, Fotografer Fatih Solahuddin, Distributor Syafaat Nuryadi, Helmi Oky Purnama dan Boby Kurniawan, Kontributor Ulfa Mu’adhotin Qori’ah, Dita Neviyanti, Muhammad Zainuddin, Ali Rahmat, Amanda Dwi Praharani, Faqih Zulfikar, Fatih Solahuddin, Dinah Asraf Anaqah Syam, Lola Siti Hadriani, Siti Kharismayanti, dan Siti Sholihat. Sementara di Yayasan Indonesia Bisa Ngaji ada Rezaldi Harisman, Nurdin Soga, Indra Lesmana, Hasan Syarif Nugaraha, dan Khoiril Amin.

Apa yang harus dilakukan saat ini? jelas, lapas haru bebas dari cengkraman proyek abal-abal HTI. Lapas haru suci dan bersih dari paham-paham HTI. Polisi dan negara harus segara bertindak tegas, agar tidak kecolongan terlalu banyak. Terlalu mahal untuk membayar kecerobohan yang disengaja. Mari bersihkan dari proyek HTI.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru