Harakatuna.com. Politik menjadi bagian yang tak bisa dihindari dalam perjalanan hidup manusia. Politik bagi manusia termasuk kebutuhan primer yang harus terpenuhi. Karena, bagaimana pun hidup manusia selalu bersinggungan dengan kepentingan, sedang politik sendiri erat kaitannya dengan kepentingan.
Namun, yang penting diperhatikan adalah cara menyikapi politik itu sendiri. Politik yang jelas itu suatu keniscayaan akan berubah menjadi buruk jika disikapi dengan cara-cara yang tidak benar. Sebaliknya, berpolitik dengan cara yang baik ini yang justru diharapkan.
Salah satu cara berpolitik yang tidak dapat dibenarkan adalah politik radikal. Gaya politik semacam ini berpihak kepada kepentingan pribadi dan kelompok. Sebut saja, gaya politik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang bersikeras menghancurkan persatuan negara ini.
Politik HTI itu identik dengan keberpihakan terhadap berdirinya Khilafah sebagai sistem suatu negara dan terbentuknya Negara Islam. Kepentingan semacam ini jelas bertentangan dengan ideologi Pancasila dan hanya berpihak satu pemeluk agama. Sementara, di Indonesia sendiri terdapat lima ragam agama yang berbeda.
Politik radikal seperti HTI dan mungkin ada pula yang lain harus segera dicegah. Salah satu pencegahannya, melakukan kontra-radikal atau deradikalisasi, baik melalui tulisan maupun melalui seminar. Masyarakat akan dengan sendirinya paham bahwa radikalisme itu paham yang tidak terlarang dalam agama.
Dua cara ini sangat ampuh untuk mencegah laju politik radikal mulai tak terkendali. Sebab, politik terlarang itu seringkali disisipkan saat berdakwah di masjid. Masjid yang murni hanya untuk beribadah ternyata disalahgunakan oleh kelompok radikal untuk berpolitik.
Politik radikal biasanya dibungkus dengan isu agama. Semacam isu Khilafah yang disebut-sebut sebagai syariat Islam. Padahal, Khilafah itu produk manusia yang dikembangkan oleh al-Nabhani dengan Hizbut Tahrir (HT) dan al-Baghdadi dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Kepentingan negara ini jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi dan kelompok yang dilakukan oleh kelompok radikal. Karena mendahulukan kepentingan negara termasuk bagian dari cinta terhadap tanah air. Ada sebuah adagium, ”Hubb al-Wathan min al-iman. Cinta tanah air bagian dari iman.” Maka, hindari politik radikal.[] Shallallah ala Muhammad.