27.6 C
Jakarta

Masyarakat Harus Paham Radikalisme dan Cara Mencegahnya

Artikel Trending

AkhbarDaerahMasyarakat Harus Paham Radikalisme dan Cara Mencegahnya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sumatera Selatan – Paham radikalisme diawali dengan sikap yang intoleran. Hal ini dikemukakan Kasubdit V Kamsus Dit Intelkam Polda Sumsel AKBP Alex Ramdan, SE, Senin (10/1/2022).

Intoleran adalah sebuah pemahaman atau pandangan yang mengabaikan nilai-nilai toleransi dan empati kepada orang lain atau kelompok lain yang berlatar belakang berbeda.

“Dari paham intoleran ini mereka memunculkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya bahwa apa yang disampaikan pemahaman-pemahaman itu dianggap positif dan benar sendiri. Dan akan melakukan upaya-upaya dengan pemaksaan kehendak,” ujar Alex.

Ia menyampaikan, sudah menjadi tugas dan fungsi Polri untuk menegakkan hukum, memberikan perlindungan dan pengayoman kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga tercipta keamanan dan ketertiban.

“Adapun radikal artinya perasaan positif pada sesuatu yang sifatnya ekstrem sampai ke akar-akarnya. Sehingga mendorong orang untuk membela secara mati-matian mengenai suatu kepercayaan, keyakinan, agama dan ideologi yang dianutnya,”  Kombes Alex menerangkan.

Ia melanjutkan, untuk melihat seseorang terpapar radikalisme, kita harus mengetahui apa yang muncul di masyarakat yang membuat masyarakat terpapar. Sifat-sifat yang membuat terpapar itu ada beberapa jenis.

Apabila pribadi atau kelompok tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain. Merasa benar sendiri dan menganggap orang lain salah.

Kemudian, kebiasaan mayoritas berbeda dari yang lain sehingga untuk menegakkan keyakinan menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan.

BACA JUGA  Indahnya Toleransi, Komunitas Lintas Agama Ikut Amankan Salat Ied di Malang

“Teroris ada tahapannya, berawal dari intoleran, merasa ada ketidakadilan sehingga membuat gerakan separatis,” ujar Kombes Alex.

Ia memberikan tips agar masyarakat, terutama generasi muda, tidak terpapar radikalisme. Antara lain, memperbanyak guru atau ulama. Setiap mendengar ceramah jangan satu ustad saja.

Selanjutnya, memilih sebanyak-banyaknya ulama atau guru apa yang sampaikan atau diyakini.

Kombes Alex menyebutkan, radikalisme banyak menyebar melalui media sosial. Upaya-upaya merekrut anggotanya menggunakan media social.

Hasil survey, usia milenial 17 sampai 24 tahun banyak terpapar radikalisme. Mereka cenderung lebih mudah terpapar, sedang mencari jati diri dan keinginan tahu yang besar.

Ciri-ciri terpapar radikalisme, dalam pergaulan mereka anti sosial, lebih emosional saat berbicara politik dan agama. Apabila ada aksi unjuk rasa, perkataan mereka lebih keras dan pedas dan tidak melihat perasaan orang lain.

“Mereka sering mengadakan kegiatan dan pertemuan-pertemuan tertentu. Sering terjadi memutuskan komunikasi dengan orang lain atau keluarga atau masyarakat,” Kombes Alex menerangkan.

Kebanyakan tampilannya berbeda. Kadang dengan ulama kritis tidak bisa menerima pembauran negara Indonesia berdasar bhineka tunggal ika.

“Polri siap menerima laporan atau melihat suatu kelompok yang mencurigakan di masyarakat,” demikian Kombes Alex.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru