31.7 C
Jakarta
Array

Manusia Indonesia, Khalifah, dan Khilafah

Artikel Trending

Manusia Indonesia, Khalifah, dan Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Manusia Indonesia, Khalifah, dan Khilafah

Oleh: Prof. Muhammad Chirzin*

 

Kita manusia Indonesia

Indonesia adalah kita?

Kita adalah khalifah.

Khalifah adalah kita?

Kita butuh khilafah.

Khilafah yang mana?

Khalifah, khilafah, dan khala’if dalam acuan samawi:

Perhatikanlah, ketika Tuhan hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, “Apakah Engkau akan menjadikan di bumi sosok yang akan membuat kerusakan di sana, dan akan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dgn memuji-Mu dan menyucikan-Mu? Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu katahui” (Qs. Al-Baqarah [2]: 30).

Kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas dasar ini ada yang memahami khalifah sebagai yang menggantikan Allah swt dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketentuan-ketentuan-Nya. Bukan karena Allah swt tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah swt bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan.

Kekhalifahan mengharuskan orang yang diserahi wewenang untuk menjadi khalifah itu melaksanakan tugasnya sesuai petunjuk Allah swt yang memberinya tugas dan wewenang itu.

Meskipun malaikat-malaikat itu suci dan bersih, dan dianugerahi kekuasaan dari Allah swt, namun mereka hanya menduduki satu segi saja dalam alam ini. Mereka tanpa nafsu atau perasaan yang akan melahirkan rasa cinta kasih.

Kekuatan berkehendak atau ikhtiar menyertai manusia dengan maksud agar manusia dapat mengemudikan bahteranya sendiri. Kekuatan berkehendak ini bila digunakan dengan baik sampai batas-batas tertentu akan memberi kekuasaan dalam mengatasi nasibnya sendiri dan alam.

Potensi manusia akan membawanya lebih dekat pada alam Ilahi yang merupakan kekuasaan dan kehendak tertinggi. Khalifah yang sempurna ialah yang mempunyai kemampuan inisiatif sendiri, tetapi kebebasan bertindaknya memantulkan adanya kehendak Penciptanya dengan sempurna. “Mereka [manusia] adalah raja-raja dan pemilik wajah2 mereka sendiri. Yang lain [malaikat] adalah pelayan2 istimewa.” (William Shakespeere).

“Dia mengajarkan Adam nama-nama benda seluruhnya…” (QS Al-Baqarah [2]: 31). Dia mengajarkan kepada Adam sifat-sifat semua benda dan ciri-cirinya yang lebih dalam. Dengan demikian manusia mampu menggunakan cinta kasih dan memahami arti cinta kasih. Dengan demikian manusia membuat rencana dan berinisiatif sesuai dengan kedudukannya sebagai khalifah.

Acuan samawi yang lain:

Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah [para pengganti generasi yang telah berlalu] di bumi. Karena itu barang siapa ingkar, keingkarannya akan berakibat terhadap dirinya sendiri… (Qs. Fathir [35]: 39)

Khalifah-khalifah adalah para ahli waris dalam dua arti. Pertama, sebagai khalifah Allah swt di bumi. Kedua, sebagai penerus atau pengganti umat sebelumnya yang telah kehilangan hak-hak mereka karena melakukan perbuatan zalim. Kehormatan dan harga diri yang ada pada kelompok pertama dan contoh-contoh masa lampau pada kelompok kedua tersebut harus tetap membuat mereka jujur dan menjadikan diri mereka benar-benar bersyukur.

Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah [wakil] di bumi dan mengangkat derajatmu, meninggikan derajat sebagian kamu atas sebagian yang lain, untuk menguji kamu melalui apa yang diberikan-Nya kepadamu… (QS 6:165). Kemudian Kami jadikan kamu sebagai khalifah di bumi sesudah mereka, supaya Kami perhatikan bagaimana kamu berbuat. (QS 10:14)

Pada surat yang sama ayat yang lain:

Kemudian mereka mendustakan Nuh, maka Kami selamatkan dia dan mereka yang bersamanya dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu khalifah; Kami tenggelamkan mereka yg mendustakan ayat-ayat Kami. Maka lihatlah bagaimana kesudahan mereka yg sudah mendapat peringatan! (QS 10:73)

Bandingkan dengan ayat berikut.

Tetapi mereka mendustakan Nuh. Kemudian Kami selamatkan dia dan mereka yang bersamanya dalam bahtera. Kami tenggelamkan mereka yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka benar-benar masyarakat yang sudah buta hati. (QS 7:64)

Khalifah individu:

Khilafah individual diamanatkan Allah swt kepada Nabi Daud as.

Hai Daud, Kami jadikan engkau khalifah di bumi; laksanakanlah hukum di antara manusia berdasarkan kebenaran [dan keadilan], dan janganlah memperturutkan hawa nafsu, karena itu akan menyesatkan kau dari jalan Allah. Sungguh, orang yang tersesat dari jalan Allah akan mendapat hukuman berat, sebab mereka lupa akan hari perhitungan. (QS 38:26)

Khulafa’ dalam acuan samawi:

Herankah kamu bahwa ada amanat yang datang dari Tuhanmu melalui seorang laki-laki dari kalanganmu sendiri untuk memberi peringatan kepadamu? Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu para khalifah sesudah Nuh, menjadikan kamu orang yang berkuasa, bertubuh tinggi, dan besar. Ingatlah akan karunia Allah kepadamu supaya kamu beruntung. (QS 7:69)

Ingatlah ketika Dia menjadikan kamu khalifah sesudah ‘Ad dan menempatkan kamu di bumi, dan di tanah datar kamu mendirikan istana-istana dan benteng-benteng, dan gunung-gunung kamu pahat menjadi rumah-rumah. Ingatlah akan karunia Allah! Janganlah sekali-kali kamu membuat kerusakan di bumi. (QS 7:74)

Istikhlaf dalam rujukan samawi:

Allah menjanjikan kepada mereka yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan di antara kamu, bahwa Dia akan menjadikan mereka khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang sebelum mereka. Dia akan mengukuhkan mereka dengan agama yang telah diridhai-Nya, dan bahwa Dia akan mengubah [keadaan mereka] dari yang semula hidup dalam ketakutan menjadi aman dan damai. Mereka hanya menyembah Aku dan tidak mempersekutukan Aku dengan yang lain. Barang siapa sesudah itu ingkar, mereka itulah orang-orang yang fasik [menyepelekan ajaran2 agama]. (QS 24:55)

Mereka akan mewarisi kekuasaan sebagai khalifah di bumi, bukan untuk tujuan pribadi yang sempit dan bukan untuk bersikap pilih kasih, melainkan supaya mereka tetap memelihara ajaran-ajaran Allah swt.

Khilafah umat Islam Indonesia dalam konteks kekinian dan kedisinian ialah NKRI (Negara Kesatuan Republuk Indonesia).

Landasan samawinya:

Hai manusia, Kami ciptakan kamu dari satu pasang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu beberapa bangsa dan suku bangsa, supaya kamu saling mengenal [bukan saling membenci]. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Allah ialah yang paling bertakwa. Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal. (QS 49:13).

ISLAM…. Yes!

NKRI…. Yes!

PANCASILA…. Yes!

BHINNEKA TUNGGAL IKA…. Yes!

UUD RI 1945…. Yes!

BAHASA INDONESIA…. Yes!

LAGU INDONESIA RAYA…. Yes!

BENDERA DWI WARNA… Yes!

Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

*Penulis adalah dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru