31.8 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (X-IX): Mantan Teroris Ali Imron Mengutuk Terorisme

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (X-IX): Mantan Teroris Ali Imron Mengutuk Terorisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Terorisme bukanlah tema baru dalam kehidupan manusia. Indonesia digoncang terorisme sekitar awal tahun 2000-an semenjak meledaknya bom Bali yang dilakukan oleh Amrozi dan kawan-kawannya, sampai kemudian mereka terdakwa hukuman mati.

Munculnya terorisme membuat tanda tanya besar dalam benak banyak orang. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi semua itu? Kenapa begitu mudah banyak orang terbius bujuk rayu paham teror ini? Bukankah Islam jelas-jelas melarang umatnya melakukan tindakan yang berdampak negatif?

Seorang mantan teroris Ali Imron berbagi cerita tentang keterlibatannya dalam kelompok terorisme. Menjadi teroris tidak membutuhkan waktu yang relatif lama. Tidak sampai berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Cukup dua jam seseorang dapat dicuci otaknya untuk menjadi seorang teroris.

Mencuci otak seseorang memang tidaklah mudah. Semua membutuhkan proses dan teknik agar lawan bicara dengan mudah mengamini apapun yang disampaikan. Salah satunya adalah membuat seseorang merasa nyaman, sehingga ia mudah menerima apa yang disampaikan.

Ali Imron termasuk salah seorang yang pernah merekrut banyak orang menjadi teroris. Kendati orang-orang itu tidak sampai melakukan tindakan konyol bom bunuh diri. Sungguh sangat mudah mempengaruhi orang lain.

Biasanya yang dilakukan Ali Imron dalam perekrutan anggota teroris adalah menanamkan doktrin jihad yang dipahami dengan perang di medan pertempuran. Sedang, lawan yang seharusnya diperangi adalah orang-orang yang dianggap kafir. Siapakah mereka yang kafir?

Kafir dipahami oleh kelompok teroris dengan orang yang tidak beragama Islam. Termasuk juga kafir orang yang tinggal di negara yang tidak menjalankan hukum Islam. Sebut saja, Indonesia sering dikafirkan oleh kelompok teroris karena negara merah putih ini tidak menjadi negara Islam.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXVIII): Eks Napiter Sugeng Sukses Kembangkan Usaha Water Boom, Pemancingan Hingga Kuliner

Menanamkan pemahaman jihad dengan perang merupakan langkah yang efektif mempengaruhi seseorang. Ali Imron memang mengakui kebiadaban para pelaku teror yang tiada henti menyebarkan sesuatu yang negatif. Mereka mencetak generasi bukan untuk memperbaiki bangsa, malah untuk merusak moral bangsa.

Sebuah hidayah selalu datang tanpa diprediksi (unpredictable). Hidayah itu memang hak prerogatif Tuhan. Tidak salah bila hidayah tiba-tiba menyelusuf ke dalam sanubari Ali Imron, sehingga membuatnya sadar akan pentingnya menanamkan Islam yang rahmatan lil alamin.

Islam rahmatan lil alamin ini diekspresikan dengan cara-cara yang ramah dan santun. Islam tidak memandang orang lain dari keyakinannya. Islam lebih melihat seseorang dari ketakwaannya. Ketakwaan ini adalah kualitas hati seseorang. Seseorang yang hatinya baik dialah yang mendapat tangga kemuliaan di sisi Tuhannya.

Sebagai penutup, terorisme bukan jalan yang dibenarkan dalam Islam. Ali Imron mengutup keras terorisme yang pernah dilakukannya pada masa silam. Ali Imron memandang Islam adalah agama yang ramah terhadap siapapun, termasuk orang di luar Islam. Islam lagi-lagi tidak menghendaki perbuatan yang membuat kerusakan, apalagi terorisme.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini diolah dari wawancara Mbak Rosi dengan Mantan Teroris Ali Imron yang dimuat di akun YouTube KompasTv

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru