30.8 C
Jakarta
spot_img

Mana yang Lebih Utama, Salat Tarawih 8 atau 20 Rakaat? Ini Penjelasannya

Artikel Trending

Asas-asas IslamFikih IslamMana yang Lebih Utama, Salat Tarawih 8 atau 20 Rakaat? Ini Penjelasannya
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Pada bulan Ramadan terdapat banyak ibadah sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. salah satunya adalah menghidupkan malam Ramadan dengan memperbanyak ibadah ritual. Namun yang nampak terlihat dan ramai dilakukan di musala maupun masjid adalah ibadah salat sunah yang disebut “salat tarawih”.

Seseorang yang telah melakukan shalat tarawih ia sudah dikatakan melakukan qiyam Ramadan (menghidupkan malam Ramadan). Sebagaimana pendapat ulama berikut:


فَرَضَ اللَّهُ تَعَالَى صِيَامَ أَيَّامِ رَمَضَانَ، وَسَنَّ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ قِيَامَ لَيَالِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ بِعَزِيمَةٍ،… إِلَى أَنْ قَالَ: … وَمَنْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ كَمَا يَنْبَغِي، فَقَدْ قَامَ رَمَضَانَ»

Artinya:”Allah Swt mewajibkan puasa di siang hari bulan Ramadan, dan Rasulullah menganjurkan menghidupkan malam Ramadan. Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Rasulullah menganjurkan untuk mendirikan salat malam di bulan Ramadan tanpa mewajibkannya secara tegas, dan siapa yang melaksanakan salat tarawih sebagaimana mestinya, maka ia telah menghidupkan malam-malam Ramadan.” (Fiqh Ash Shiyam Lil Qardhawi [Beirut; Muassasah Ar Risalah, 1993] hal. 120)

Pengertian dan Sejarah Singkat Salat Tarawih

Sejatinya istilah tarawih tidak ada di zaman Rasulullah Saw, adanya adalah Qiyam Ramadan. Namun seiring berlalunya waktu muncullah istilah “tarawih” di zaman sahabat. Esensinya tetap sama dan formatnya pun pernah dicontohkan langsung oleh Rasulullah Saw.

وَالتَّرَاوِيحُ هِيَ تِلْكَ الصَّلَاةُ الْمَأْثُورَةُ الَّتِي يُؤَدِّيهَا الْمُسْلِمُونَ جَمَاعَةً فِي الْمَسْجِدِ، بَعْدَ صَلَاةِ الْعِشَاءِ، وَقَدْ سَنَّهَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ، حِينَ صَلَّى بِأَصْحَابِهِ لَيْلَتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، ثُمَّ تَرَكَهَا خَشْيَةَ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْهِمْ، وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا، فَصَلَّاهَا الصَّحَابَةُ فُرَادَى، حَتَّى جَمَعَهُمْ عُمَرُ عَلَى الصَّلَاةِ خَلْفَ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ.


Artinya:”Salat tarawih adalah salat yang dianjurkan dan biasa dilakukan oleh kaum muslim secara berjamaah di masjid setelah salat Isya. Rasulullah Saw pernah menunaikannya bersama para sahabat selama dua atau tiga malam, kemudian beliau meninggalkannya karena khawatir akan diwajibkan atas umatnya”.

Beliau sangat penyayang terhadap kaum mukmin. Setelah itu, para sahabat melaksanakannya secara sendiri-sendiri, hingga akhirnya Khalifah Umar bin Khattab mengumpulkan mereka untuk salat berjamaah di belakang Ubay bin Ka‘ab.” (Fiqh Ash Shiyam Lil Qardhawi [Beirut;Muassasah Ar Risalah, 1993] hal. 120)

Pendapat Syaikh Yusuf Al-Qaradawi tentang Rakaat Salat Tarawih yang Lebih Utama

Dalam banyak khazanah Islam tidak ditemukan secara rinci perihal batasan rakaat salat tarawih. Ia bervariasi sesuai perkembangan zaman. Rasulullah pernah melaksanakan delapan rakaat ditambah tiga rakaat Witir. Di masa Khalifah Umar bin Khattab, jumlahnya menjadi dua puluh rakaat, sedangkan di Madinah pada generasi berikutnya, bertambah hingga tiga puluh sembilan atau empat puluh satu rakaat.

BACA JUGA  Hukum Menarik Kembali Seserahan Lamaran Karena Batal Menikah

Namun menurut Syaikh Yusuf Al Qardhawi melakukan shalat tarawih sebanyak 8 rakaat dengan memanjangkan bacaan Al Qur’an di saat berdiri lebih utama daripada salat tarawih 20 rakaat yang dilakukan dengan cepat.

وَالصَّلَاةُ خَيْرُ مَوْضُوعٍ، وَلَمْ يَرِدْ تَحْدِيدُ العَدَدِ فِي رَمَضَانَ – وَلَا فِي غَيْرِهِ – بِمِقْدَارٍ مُعَيَّنٍ، فَلَا مَعْنَى لِإِنْكَارِ بَعْضِ العُلَمَاءِ المُعَاصِرِينَ عَلَى مَنْ صَلَّى عِشْرِينَ أَنَّهُ خَالَفَ السُّنَّةَ وَالهَدْيَ النَّبَوِيَّ، أَوْ مَنْ صَلَّى ثَمَانِيًا أَنَّهُ خَالَفَ المَأْثُورَ عَنْ سَلَفِ الأُمَّةِ وَخَلَفِهَا.

وَإِنْ كَانَ الأَحَبُّ إِلَيَّ هُوَ مَا كَانَ عَلَيْهِ النَّبِيُّ ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَى لَهُ إِلَّا الأَفْضَلَ، وَذَلِكَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالوِتْرِ مَعَ تَطْوِيلِ القِرَاءَةِ وَالصَّلَاةِ.

وَالَّذِي يَجِبُ إِنْكَارُهُ مِنَ الجَمِيعِ تِلْكَ الصَّلَاةُ الَّتِي تُؤَدَّى فِي بَعْضِ مَسَاجِدِ المُسْلِمِينَ وَكَأَنَّمَا يُلْهَبُ ظُهُورُهُمْ بسَوْط يَسُوقُهَا إِلَى الفِرَاغِ مِنْهَا وَهِيَ 20 رَكْعَةً فِي أَقَلِّ مِنْ ثُلُثِ سَاعَةٍ  وَاللَّهُ تَعَالَى يَقُولُ قَدْ أَفْلَحَ المُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

Artinya:”Salat adalah ibadah terbaik, dan tidak ada ketentuan pasti mengenai jumlah rakaatnya, baik di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan. Oleh karena itu, tidak sepatutnya ada ulama yang mencela orang yang salat tarawih dua puluh rakaat dengan alasan menyelisihi sunah, atau mencela mereka yang salat delapan rakaat dengan alasan bertentangan dengan amalan para ulama salaf dan khalaf.

Namun, yang paling aku sukai adalah apa yang dilakukan oleh Nabi Saw, karena Allah pasti memilihkan yang terbaik untuk beliau, yaitu sebelas rakaat termasuk Witir, dengan bacaan dan gerakan yang dipanjangkan.

Yang seharusnya dikritik adalah salat yang dilakukan di sebagian masjid dengan tergesa-gesa, seakan-akan punggung mereka dicambuk untuk segera menyelesaikannya. Mereka melaksanakan dua puluh rakaat dalam waktu kurang dari dua puluh menit! Padahal Allah berfirman: “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyuk dalam salatnya” (QS. Al-Mu’minun: 1). (Fiqh Ash Shiyam Lil Qardhawi, [Beirut;Muassasah Ar Risalah, 1993] hal. 124)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada ketentuan dan batasan rakaat shalat tarawih dari Rasulullah Saw. Siapa pun yang melaksanakan salat tarawih baik 20 rakaat, 8 rakaat, dan lain-lain sama-sama baik asalkan dilakukan dengan benar sesuai aturan syariat dan penuh kekhusyukan.

Namun menurut Syekh Yusuf Al Qardhawi melakukan salat tarawih sebanyak 8 rakaat dengan memanjangkan bacaan Al Qur’an di saat berdiri lebih utama daripada salat tarawih 20 rakaat yang dilakukan dengan cepat. Wallahu a’lam bissawab.

Oleh: Ahmad Yafi.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru