31 C
Jakarta

Mampukah Ibadah Puasa Ramadhan Melawan Aksi-aksi Radikal?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanMampukah Ibadah Puasa Ramadhan Melawan Aksi-aksi Radikal?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Umat Islam telah memasuki hari keempat puasa Ramadhan. Pertanyaannya, apa yang telah didapatkan selama tiga hari sebelumnya? Sudahkah hawa nafsu radikalisme terlepas dalam diri mereka?

Puasa dan radikalisme merupakan dua hal yang tidak dapat disatupadukan. Karena, puasa merupakan ibadah dan tentunya termasuk perbuatan yang baik. Sedang, radikalisme adalah dosa yang dapat menghapus pahala ibadah puasa.

Disebutkan dalam hadis Nabi:
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
Artinya: “Puasa adalah perisai, jadi ketika salah satu dari kalian sedang berpuasa, ia tidak boleh memanjakan mulutnya dengan perkataan kasar atau meninggikan suaranya ketika marah. Jika seseorang menghinanya, biarkan dia berkata: aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis tersebut, Nabi mengingatkan bahwa puasa dapat menjadi perisai atau pelindung seseorang dari melakukan perbuatan yang tidak baik semisal radikalisme. Kendati begitu, puasa ini akan berdaya guna ketika orang yang berpuasa itu berusaha mencegah dirinya melakukan aksi-aksi radikal. Sebut saja, demonstrasi dan ujaran kebencian yang dibalut dengan perkataan kasar dan amarah.

Larangan aksi-aksi radikalisme ketika bulan puasa tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menghindari perbuatan yang buruk ketika masuki bulan suci Ramadhan yang di dalamnya dihias dengan segala bentuk ibadah. Hal ini menjadi latihan bagi umat Islam untuk selalu memperbaiki diri dan menghapus segala dosa yang telah berlalu.

Nabi menyebutkan dalam hadis yang lain terkait fungsi puasa, termasuk salah satunya menghapus dosa, baik dosa sosial semisal radikalisme maupun dosa kepada Sang Pencipta:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya pada masa lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).

BACA JUGA  Hal Paling Penting Diperjuangkan daripada Ribut Soal Pilpres, Apa Itu?

Penghapusan dosa di masa lalu tercapai jikalau umat Islam menyambut bulan Ramadhan dengan puasa yang dihias dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah. Jadi, dosa radikalisme di masa lalu akan terhapus jikalau pelakunya berjanji tidak mengulangi dosa yang sama di masa depan.

Orang yang mulanya terpapar radikalisme kemudian memasuki bulan Ramadhan mereka bertobat, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
Artinya: “Bagi orang yang berpuasa itu ada dua kebahagiaan, berbahagia pada saat dia berbuka, berbahagia dengan puasanya itu dan pada saat ia berjumpa Rabb-nya.” (HR. Bukhari)

Kebahagiaan, sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas, adalah bahagia pada saat berbuka puasa karena pada waktu itu menjadi momen semua umat Islam berkumpul tanpa memandang status sosial. Dan, juga umat Islam ini akan bahagia ketika berjumpa dengan Tuhannya kelak karena pahala puasa yang diperoleh diperlihatkan oleh Allah dan segala dosa sosial radikalisme telah Dia hapus.

Sebagai penutup, dosa sosial radikalisme akan terbayar jikalau motivasi melakukan puasa karena Allah, bukan karena selain-Nya. Perhatikan uraian hadis Nabi berikut:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي.
Artinya: “Setiap amalan yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan, tindakan yang baik akan dilipatgadakan pahalanya hingga 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: Dengan syarat berpuasa yang dilakukan karena Aku (Allah) maka Aku akan memberinya pahala. Karena mereka meninggalkan keinginannya demi Aku.” (HR. Muslim).[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru