26.9 C
Jakarta

Malaysia Hina Indonesia: Jangan Sampai Terprovokasi

Artikel Trending

KhazanahTelaahMalaysia Hina Indonesia: Jangan Sampai Terprovokasi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Jangan Sampai Terprovokasi”, begitu saya mengawali judul tulisan ini. Ramai trending Twitter hingga ribuan tweet dengan sebutan #MalaysiaApologizeToIndonesia. Sebuah parodi lagu dengan instrumen “Indonesia Raya” menggunakan bahasa Malaysia dengan lirik yang tidak senonoh disertai background merah putih mirip bendera Indonesia, serta gambar garuda dengan kepala ayam. Bukan apa, hal ini memicu kemarahan para netizen di jagat media sosial yang pengaruhnya sangat terasa di ruang nyata.

Berbagai komentar para netizen bukan main, mulai dari kekecewaan, marah, sampai pada komentar negatif seperti ujaran kebencian. Bisa kita bayangkan kalau ini dilakukan tanpa media sosial, tanpa difasilitasi oleh kecanggihan teknologi, dalam sekejap pasti ada banyak sekali terjadi pertengkaran, pertempuran secara nyata, dll. Namun, kita tidak bisa mundur dari kenyataan bahwa hari ini media sosial mendominasi dalam setiap langkah dan berbagai kegiatan yang terjadi. Pun kehadiran sebuah lagu yang di-upload oleh salah satu akun tersebut.

Sebenarnya bisa saja bersikap biasa, tanpa ada apa-apa, sebab itu hanya sebuah lagu, sebuah karya. Justru sebuah karya harus diapresiasi. Untuk mengklaim bahwa video tersebut adalah produk Malaysia, keseluruhan dari Negara Malaysia, rasanya memang tidak adil. Sampai saat inipun, belum bisa dipastikan siapa yang memperoduksi video tersebut. Yang perlu dipahami bahwa, sekalipun video tersebut diproduksi oleh warga Malaysia, kita tidak bisa menyebutnya  “Malaysia” secara utuh. Sebab pada kenyataannya, itu adalah sebagian kecil, atau oknum, dari masyarakat Malaysia.

Kita memang suka menggeneralkan sesuatu yang kecil, seperti misalnya, menganggap semua laki-laki sama, sama-sama suka menyakiti. Padahal kenyataannya, hanya sebagian kecil yang ditemui. Namun, mental menggeneralkan ini yang membuat sebagian orang bersikeras untuk menghakimi sesama, menyalahkan, menganggap paling benar, terprovokasi, hingga akibatnya terjadi perpecahan.

Saya bisa saja menyebutnya bahwa video tersebut bukan berasal dari warga Negara Malaysia, atau barangkali dari negara Indonesia sendiri menggunakan akun anonim dengan dalih ingin mengkritik Indonesia, atau atas dasar kekecewaan dirinya terhadap Indonesia. Sebab memang pada dasarnya saya dan kalian tidak bisa memastikan kebenaran dari akun tersebut.

Jangan Sampai Terprovokasi!

Indonesial Kesialanku, bangsat dan kemunduran

Di sanalah neraka dunia, jadi pandu rakyatnya

Indognesial kesialanku

Bangsat dan kecuranganmu

Marilah kita semua

Ucapkan Indognesial

Kalimat  di atas adalah kutipan lirik dengan instrumen “Indonesia Raya”. Sekali lagi “jangan terprovokasi”, sebuah narasi yang ingin saya angkat tidak lain agar sebuah permasalahan kecil ini tidak membuat hubungan sosial bersitegang antarsatu dengan yang lain, apalagi jika dampak nya berkepanjangan. Selayaknya netizen yang baik, komentar bijak serta narasi yang bukan berbentuk ujaran kebencian harus menjadi jati diri dalam menyikapi berbagai persoalan yang terjadi di media sosial.

BACA JUGA  Intrik Licik HTI: Menyebarkan Ideologi Khilafah Berkedok Isra’ Mi’raj

Meski demikian, pihak Malaysia mengeluarkan sebuah pernyataan yang diunggah melalui akun twitter @MYEmbJKT. Dalam pernyataan tertulis yang dihimpun oleh Headlinekaltim.co menggunakan bahasa melayu, “pihak Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta ingin menegaskan  bahwa pihak berkuasa Malaysia sedang melakukan siasatan di atas perkara tersebut. Sekiranya didapati video tersebut dimuat naik oleh warga negara Malaysia, tindakan tegas akan dikenakan berlandaskan peruntukkan Undang-Undang sedia ada” tulisnya.

Pernyataan tersebut semakin menegaskan kenyataan bahwa video yang kita sebut sebuah “penghinaan” tidak bisa diklaim produk warga negara Malaysia. Akan tetapi, selayaknya seseorang yang mencintai pasangannya, demi apapun. Seseorang tidak akan rela ketika melihat pasangannya dihina oleh orang lain. Pun demikian adanya kecintaan terhadap sebuah negara, kita akan mencintai secara keseluruhan. Mulai dari lagu, bendera, lambang, simbol yang berkenaan dengan negara Indonesia menjadi bagian dari kehidupan kita.

Berdasarkan hal tersebut, adalah bentuk kewajaran ketika kita memberikan respons atas sebuah penghinaan terhadap lambang, simbol negara yang menjadi kebanggaan. Boleh marah, respons wajar dengan segala  hal yang dianggap sebuah “penghinaan”. Menjadi tidak wajar apabila respons yang kita berikan akan menyebabkan perseteruan, apalagi perpecahan. Bagaimana misalnya itu sengaja dibuat oleh oknum yang membenci Indonesia? Bukankah banyak yang hari-hari ini yang bikin gaduh negeri?

Apalagi selaku umat Islam, teladan kita adalah Rasulullah. Menyikapi sebuah penghinaan, penistaan selaiknya kita belajar dari kisah Rasulullah yang tiada hentinya untuk diteladani. Kisah Rasulullah yang masih membekas ketika hijrah ke Thaif demi menghindari kebencian masyarakat Mekkah, beliau disambut dengan lemparan batu.

Malaikat jibril datang menawarkan pembelaan. Namun yang dilakukan Rasulullah justru dengan mendoakan kebaikan atas mereka.  Beragam kisah Rasulullah penting untuk kita teladani sebagai Muslim yang tinggal di sebuah negara mayoritas Muslim agar mengutamakan persatuan dan kesatuan. Maka, jangan sampai terprovokasi!

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru