30.1 C
Jakarta

Malam Nisfu Sya’ban, Malam Penebusan Sikap Radikalisme

Artikel Trending

Milenial IslamMalam Nisfu Sya’ban, Malam Penebusan Sikap Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Malam Nisfu Sya’ban jatuh pada 15 Sya’ban atau Jumat (18/3/2022). Pada malam Nisfu Sya’ban banyak di berbagai negara menyambut malam ini dengan gembira. Karena, malam ini disebut sebagai bulan kembali ke asal. Maksudnya, catatan amal masa lalu ditutup-disetorkan dan catatan masa depan telah sedang digelar tanpa noda.

Pada Nisfu Sya’ban adalah malam yang sangat istimewa. Karena pada malam ini Allah memberikan anugerah kepada Rasulullah yang tak terkira. Allah memberikan sesuatu yang mana tidak diberikan kepada Nabi dan Umat sebelumnya.

Anugarah yang tak kira pada malam Nisfu Sya’ban adalah, manusia diampuni semua dosa-dosanya, dan diterima semua doa dan amal baiknya. Makanya, pada mala mini banyak orang melakukan dan memperbanyak amal baik, seperti puasa, baca Qur’an, istighfar, dan salawat kepada Nabi Muhammad Saw.

Meski ada sebagian orang tidak percaya pada keagungan malam Nisfu Sya’ban, tetapi banyak juga yang sangat percaya dengan anugerah yang bakal diberikan Allah tepat di malam ini. Meski ada yang mengatakan bahwa amalan ibadah pada malam Nisfu Sya’ban adalah kesesatan karena tidak dianjurkan oleh ulama salaf, tetapi ulama-ulama yang kredibel secara keilmuan menganjurkan orang untuk mengamalkan rupa-rupa kebaikan dan amalan di malam ini.

Ustaz-ustaz Salafi di Indonesia mengklaim bahwa malam Nisfu Sya’ban adalah bid’ah. Mereka menyalahkan hadis-hadis yang dipegang oleh ulama-ulama Sunni, kemudian membantah dengan argument atau hadis jagoan mereka. Misalnya mereka memakai argument berikut:

“Termasuk perkara bid’ah yang diada-adakan oleh sebagian manusia, adalah bid’ah merayakan malam Nisfu Sya’ban, serta pengkhususan siang harinya dengan berpuasa. Tidak ada dalil sahih yang bisa dijadikan sandaran dalam perkara-perkara tersebut, dan dalil-dalil tentang keutamaan puasa tersebut adalah hadis dhaif yang tidak bisa dijadikan sandaran. Adapun hadis-hadis yang membahas keutamaan salat pada malam itu semuanya adalah palsu, sebagaimana ditemukan oleh mayoritas ulama (Majmu’ Al-Fatawa (1/186). Dan hadis ini dipakai secara berulang-ulang setiap zaman.

BACA JUGA  Ketika Ulama dan Intelektual Membebek Pada Penguasa

Namun demikian, karena peringatan Nisfu Sya’ban sudah dilakukan sejak masa Rasul dan para sahabat, tibi’in, dan setelahnya, maka hadis di atas sebenarnya kurang cukup untuk dijadikan sandaran bid’ah membid’ahkan. Bahkan banyak hadis sahih yang mana malah menganjurkan untuk mengamalkan hal yang baik, seperti hadis sahih berikut: “Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).

Maka itu, malam Nisfu Sya’ban para ulama menamakan dan mengartikan bermacam-macam, seperti malam Mubarakah (malam yang diberkahi); malam Qismah wa at-Takdir (malam pembagian takdir); malam at-Takfir (malam penghapusan dosa); malam al-Ijabah (malam diterimanya doa); malam al-hayat (malam kehidupan); hari raya malaikat; malam syafaat; malam al-‘itqu (malam kemerdekaan); malam al-Baraah (malam pembebasan); malam al-Jaizah (malam hadiah). Malam-malam yang disebutkan di atas memiliki arti masing-masing. Silakan baca kitabnya Al-Hafiz al-Muhaddits Syekh Salim as-Sanhuri.

Di antara amalan yang dianjurkan ulama pada malam Nisfu Sya’ban ini adalah, memperbanyak doa, karena seperti disebut di atas, bahwa berdoa pada malam ini akan diterima oleh Allah Swt. Anjuran bahkan direkam dalam sebuah hadis Nabi salah satunya berbunyi, “(Terdapat) lima malam, di mana doa tidak ditolak di dalamnya, yaitu: malam Jumat, malam pertama dari bulan Rajab, malam pertengahan bulan Sya’ban, dan dua malam hari raya.”

Dan amalan lainnya seperti membaca kalimat syahadat: La Ilaha Illallah Muhammad Rasululullah. Dan membaca istighfar sebanyak-banyaknya. Karena istighfar membuka pintu ampunan dan menutup kesalahan-kesalahan berikutnya.

Sesungguhnya malam Nisfu Sya’ban adalah latihan meredamkan sikap-sikap radikal kita. Sikap-sikap yang gampang membid’ahkan yang berbeda, serta sikap-sikap yang menyesatkan karena berbeda paham dan mitodologi dan argument. Malam Nisfu Sya’ban adalah momentum memupuskan itu semua. Semoga pembaca Harakatuna terijabah. Amin.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru