28.9 C
Jakarta
Array

Makam Sahabat Nabi di Negeri Komunis

Artikel Trending

Makam Sahabat Nabi di Negeri Komunis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Udara sejuk terasa menusuk ketika memasuki pintu gerbang tua yang sudah lumutan. Sekitar 200m dari pintu gerbabg ada mesjid besar dengan arsirektur khas China terselip diantara rimbunan pepohonan. Kicauan burung bersahutan membuat batin terasa teduh. Jalan-jalan dan taman bersih terawat. Komplek seluas 5 hektar dengan pohon-pohon besar menjulang itu membuat kita terasa berada di hutan lebat. Meski berada di tengah kota yang bising namun suasana terasa tenang. Inilah lokasi makam Saad Bin Abi Waqash, salah seorang sahabat Nabi yang berada di kota Guang Zhou, China.

Saad bin Abi Waqash adalah salah seorang dari sepuluh sahabat Nabi yang dijamin masuk surga oleh Nabi. Seorang pejuang Islam yang ikut dalam berbagai pertempuran. Pernah menjadi penyebab turunnya beberapa ayat al Qur”an, diantaranya Surat Luqman ayat 15, QS. Al-An’am ayat 52-52, QS. Al-Anfal ayat 1 (As Shaffah dalam Yakhsyallah Mansur, 2015). Saad juga dikenal sebagai salah seorang sahabat yang doanya maqbul.

Banyak buku yang mengulas tentang keberadaan Saad bin Abi Waqash di China. Diantaranya History of China (Ivan Taniputera, 2008), dijelaskan dalam buku tersebut, Saat bin Abi Waqas beserta rombongan diterima dengan baik oleh Kaisar Yong Hui dari Dinasti Tang. Bahkan mereka diperkenankan tidak menyembah Kaisar yang menjadi adat kekaisaran. Perjuangan Saat di China juga ditulis salam buku “A Brief Study of Introduction of Islam to China” karya Chen Yuen, juga Tschih Lui, penulis Muslim China pada abad ke-18 dalam karyanya “Chee Chea Sheehuzoo” (Tentang Kehidupan Nabi). Sejarawa muslim Muhammad Sya’ban Ayyub dalam tulisannya berjudul Qiraat Tarikhiyyah lil ‘Alaqah bayn al-Muslimin wa as-Shin (Hubungan antara Umat Islam dan China: Perspektif Sejarah) juga mencatat kedatangan rombongan Muslim ke China ini.

Memang ada kontroversi mengenai validitas makam Saad abi Waqash di Guang Zhou ini, karena beberapa sumber sejarah menyebutkan Saad wafat di Madinah dan dimakamkan di Baqi’. Bagi kami yang terperpenting bukan validitas shahibul maqbarah, tetapi keberadaan jejak sahabat Nabi di negeri Komunis yang dirawat dan dijaga secara baik. Ini merupakan sesuatu yang menarik dan ironis. Sebagaimana dijelaskan Wakil Kepala Kantor Kebudayaan, Radio, dan Televisi Pemkot Guangzhou, Ou Caiqun, saat peresmian pelebaran masjid di makam Saad bin Abi Waqas pada Ahad (09/07/2017) bahwa pemerintah China sangat peduli pada ummat Islam dan jejak sejarahnya.

Tidak hanya membantu perluasan masjid, pemerintah Guang Zhou juga membantu perluasan kompleks makam Saad bin Abi Waqash yang terletak di Jalan Jiefangbei No. 901 Guang Zhou, Ibu Kota Provinsi Guangdong. “Semua ini merupakan bentuk perhatian pemerintah lokal terhadap umat Islam,” kata Caiqun.

Meski tidak seramai makam keramat yang ada di Indonesia, namun menurut penjaga makam, hampir setiap hari ada saja orang yang berziarah. Kebanyakan dari suku Hui. Kami sempat melihat beberapa peziarah dari bangsa China. Ada peziarah suami istri beserta anak lelakinya yang baru berumur sekitar 10 tahun. Mereka mengaku datang dari provinsi yang sangat jauh dari Guangzhou, menumpuh perjalanan lebih 3 jam naik pesawat. Selain itu juga ada beberapa anak muda yang datang berombongan dua sampai tiga orang unt berziarah. Beberapa orang Indonesia juga sering datang ziarah berombongan. Terutama mereka yang berada di Hongkong, Macau, Taipei, China bahkan ada yang datang langsung sari Indonesia.

Yang menarik, para peziarah dari Cina ini sangat menjunjung tinggi adab dan tata krama. Saat keluat dari makam dengan pintunya yang sempit dan pendek, mereka bejalan mundur, tidak berani membelakangi makam. Ketika kami tanya mereka menjawab bahwa yang dimakamkan di situ adalah orang mulia maka tidak boleh di belakangi. Suatu adab dan tatakrama mulia.

Setelah ziarah kami beserta rombongan Ganjur berkunjung ke masjid Huaisheng yang terletak di Jalan Guangta No. 56, sekitar 2,5 km dari komplek makan Saad bin Abi Waqash. Menurut keterangan dari pengurus masjid, masjid ini dibangun oleh Sa’ad pada 627 Masehi atau sekitar tujuh tahun setelah datang ke Cina untuk melakukan dakwah Islam. Konon Masjid Huaisheng atau Guangta ini merupakan masjid pertama yang dibangun di luar jazirah Arab pada masa itu. Masjid ini juga terlihat rapi dan bersih karena terawat dengan baik. Suasananya nyaman dan teduh. Kami merasa berutung bisa berziarah di tempat yang berkah. Hadiah terindah menjelang puasa Ramadhan. Suatu perjalan yang sarat dengan makna baik secara mental maupun sliritual.

Melihat makam sahabat Nabi dan masjid di China yang bersih dan terawat dengan baik saya jadi berpikir, di negara yang katanya Komunis makam keramat yang menjadi jejak perjuangan sahabat dijaga, dirawat dan dipelihara oleh negara, tapi di negara yang katanya Islam jejak sejarah yang sangat penting justru dihancurkan demi menjaga kemurnian aqidah. Mereka menuduh makam keramat adalah sumber kemusrikan dan bid’ah. Sementara kekuasaan dan harta yang jelas bisa membuat orang jadi kafir, murtad dan jadi sumber bid’ah justru mereka perebutkan dengan segala cara. Suatu ironi peradaban dan pameran kebodohan beragama nyata.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru