27.9 C
Jakarta
Array

Mahfud MD: Dakwah Kita Meng-Indonesiakan Islam Bukan Meng-Islamkan Indonesia

Artikel Trending

Mahfud MD: Dakwah Kita Meng-Indonesiakan Islam Bukan Meng-Islamkan Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Mahfud MD: Dakwah Kita Meng-Indonesiakan Islam Bukan Meng-Islamkan Indonesia

Harakatuna.com. Melbourne. Rupanya sampai kini masih ada yang salah mengartikan dakwah.Yang benar adalah dakwah meng-Indonesiakan Islam, bukanlah meng-Islamkan Indonesia.

“Tugas kita dalam berdakwah dan mensyiarkan Islam sebagai rahmatan lil’alamin adalah meng-Indonesiakan Islam dan bukan mengislamkan Indonesia,” tekan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) periode 2008-2011, Prof Dr Mohammad Mahfud MD khusus kepada Tribunnews.com Sabtu ini (22/4/2017).

Ketua Umum Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia (IKA-UII) yang juga mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengungkapkan saat melantik Pengurus IKA-UII Cabang Australia Sabtu ini (22/4/2017) di Melbourne.

Menurut Mahfud antara mengindonesiakan Islam dan mengislamkan Indonesia itu berbeda.”Mengindonesiakan Islam artinya menyebarkan Islam secara damai melalui relung-relung budaya serta akulturasi melalui proses saling memberi dan menerima. Sedangkan mengislamkan Indonesia lebih terkesan memaksakan dan kooperatif sehingga berwatak eksklusivisme.”

Mengindonesiakan Islam, tambahnya lagi, melahirkan inklusivisme dan toleransi yang dibarengi pluralisme seperti yang ditempuh Nabi Muhammad saat mendirikan negara Madinah.”Saat membangun Negara Madinah Nabi Muhammad tidak mendirikan Darul Islam (Negara Islam) tetapi mendirikan Darus Salam (Negara Kedamaian dan penuh toleransi),” tekannya lagi.

Mahfud mengingatkan bahwa pada peresmian UII tanggal 8 Juli 1945 Ketua Cuo Sangiin yang 40 hari kemudian menjadi Presiden RI yang pertama Bung Karno, mengatakan agar UII menyiapkan kader bangsa dari kalangan umat Islam yang bisa berkhidzmah untuk membangun Indonesia sebagai negara yang merdeka dan maju. “Menurut saya yang dikatakan oleh Bung Karno saat itu adalah persenyawaan antara ke-Indonesia-an dan keislaman dalam hubungan yang harmonis dan tidak antagonis.

Itulah sebabnya, tekannya lagi, Indonesia didirikan sebagai negara berketuhanan yang bukan negara agama dan bukan negara sekuler, kata Mahfud.

Universitas Islam Indonesia (UII), semula bernama Sekolah Tinggi Islam (STI), didirikan di Jakarta pada tanggal 8 Juli 1946 oleh mantan Wapres Mohammad Hatta. Bung Karno sebagai Ketua Cuo Sangiin (Parlemen zaman Penjajahan Jepang) dan Ketua Panitia Persiapan Kenerdekaan Indonesia (PPKI) hadir dan berpidato pada peresmian Universitas tersebut.

Ketika Ibukota dan Pemerintah Republik Indonesia berpindah ke Yogya karena agresi Belanda pada Maret 1946 maka UII ikut berpindah ke Yogyakarta. Namun ketika pada tahun 1950 Ibukota RI kembali lagi ke Jakarta dan UII tetap bertahan di Yogya sampai sekarang.

Alumni UII yang sekarang berjumlah lebih dari 84.000 orang tersebar di mana-mana berhimpun dalam satu wadah kekeluargaan yang bernama IKA-UII.

Saat melantik IKA-UII Cabang Australia kemarin Mahfud MD didampingi oleh Ketua Lembaga Penjamin Simpanan yang mantan Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti, dan mantan Rektor UII Edy Suandi Hamid.

Hadir pula dan memberikan sambutan pada pelantikan IKA-UII CABANG Australia tersebut Konsul Jenderal RI di Melbourne Dewi Savitri Wahab bersama suami.

TRIBUN.COM

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru