Harakatuna.com. Jakarta. Baru saja tiba di Bandara di Bangkok, seorang Patani yang baru lulus dari studinya di Bandung, ditembak oleh orang yang tidak dikenal. Kasusnya tidak diusut tuntas.
Tidak hanya itu saja. Para tokoh agama atau pemuda yang terlihat memiliki jiwa kepemimpinan pun tak sepi dari sasaran.
Sudah 7000 lebih nyawa melayang sejak 2004. Ada yang ditembak. Sebagian lagi diculik lalu hilang tanpa jejak. Banyak juga yang tewas terkena bom, sebab, katanya, bom meledak hampir tiap minggu.
Mahasiswa tersebut meminta pertolongan dari bangsa Indonesia mengingat kacaunya wilayahnya. Ia dan kawannya merasa terancam. “Saya tidak ingin bertanya, tidak ingin menanggapi. Saya hanya ingin meminta bantuan kepada Indonesia,” katanya setelah menceritakan peristiwa mencekam di wilayahnya.
Hal tersebut diungkapkan oleh mahasiswa Patani yang sedang menempuh studi di Jakarta pada Minggu (4/2) di Paviliun 28, Jalan Petogogan I Nomor 28, Jakarta Selatan, saat gelaran Diskusi Kreatif untuk Pembela HAM Indonesia Patani (Selatan Thailand), Munir Diracun Somchai Dihilangkan Paksa.
Direktur Muslim Attorney Center (MAC) Patani Abdul Qahhar mengungkapkan bahwa selama ini warga Patani hanya melawan dengan senjata.
“Patani baru mengenal gerakan sipil,” kata John menerjemahkan Abdul Qahhar.
Somchai merupakan muslim pejuang HAM. Ia hilang sejak 12 Maret 2004 sepulang dari sidang. Ia merupakan anak Petani yang memiliki kepedulian terhadap nasib rakyat kecil.