27.2 C
Jakarta

Mahasiswa Banyak Menjadi Teroris, Kesalahan Guru atau Negara?

Artikel Trending

Milenial IslamMahasiswa Banyak Menjadi Teroris, Kesalahan Guru atau Negara?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Mengapa mahasiswa sering terlibat terorisme? Pertanyaan ini yang kita coba eksplorasi dalam tulisan ini. Diketahui bahwa mahasiwa berinisial IA ditangkap oleh Tim Densus 88 Mabes Polri pada Senin, 23 Mei 2022 sian di Malang. Mahasiswa tersebut bersembunyi di kosnya, di kawasan Dinoyo Permai Timur, Kota Malang.

Mahasiswa ini baru berusia 22 tahun. Tetapi ia sudah sejak lama telah bergabung dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung. Dia juga terlibat dalam terorisme yang ditangkap dalam beberapa bulan lalu. Dan tak disangka, ternyata ada banyak barang berbahaya yang ia simpan di dalam kamarnya.

Di kamar berukuran kecil, sekitar 2,5 meter x 2,5 meter, terdapat bendera hitam ISIS yang terpasang di tembok kamar. Serta dua bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid warna putih di lemari. Seperti kebiasaan teroris, bendera organisasi kebanggaannya memang tidak pernah lepas dari penglihatannya, sebagai suatu penghormatan.

Ada barang lain yang dimiliki mahasiswa teroris tersebut. Senapan laras panjang, buku, busur serta anak panah yang dikoleksinya. Termasuk pula tiga pasang seragam pakaian tactical bermotif loreng layaknya militer. Dan barang-barang itu juga diketahui oleh penduduk, setelah aksi penggeledahan berlangsung.

Tapi mengapa harus mahasiswa yang menjadi bagian dari terorisme? Kita ingat doktrin sejak zaman lampau dulu, bahwa mahasiswa diandaikan sebagai orang pembaharu yang memiliki nalar kritis. Mahasiswa dianggap bergerak di lintasan jalan terang kerakyatan dan suara-suara wong cilik, serta mereka yang buta huruf.

Mahasiswa menjadi harapan bangsa. Mahasiswa menjadi penerus nusantara. Tapi jika dari tahun ke tahun ia menjadi ladang amal teroris, apa yang salah dari kehidupan mahasiswa?

Mahasiswa Berguru

Sebagai pembelajar, pasti ada korelasi antara guru dan murid dalam pembentukan karakter anak didik. Sebagai proses “menjadi”, sumbangan pengaruh terbesar adalah guru. Dalam melihat proses mahasiswa menjadi teroris, mungkinkah ia juga karena guru yang juga terlibat membentuknya?

BACA JUGA  Ramadan: Melihat Janji Manis Aktivis Khilafah yang Harus Dibasmi

Dalam riwayat teroris, aktivitas terorisme ada dalam genggaman amir. Di mana ia menjadi puncak tertinggi dalam pengambil keputusan. Di sana juga ada guru spiritual yang kerjaannya membimbing ke mana arah pembelajar menjadi teroris yang siap mati.

Makanya, saya rasa, mahasiswa menjadi teroris, karena ia punya guru spiritual yang salah. Guru yang membelokkan mahasiswa ke jalan yang gelap berlumpur darah.

Jadi, jika mahasiswa menjadi teroris, apakah gurunya yang salah? Bisa jadi. Karena pengetahuan mahasiswa diperoleh oleh doktrin guru. Ceramah-ceramah guru ia santap sedimikian rupa. Guru-guru ini juga memanfaatkan kejujuran mahasiswa, demi mencuci otak mahasiswa sesuai kemauannya. Akhirnya, mahasiswa yang diharapkan menjadi penerus bangsa, hanyalah menjadi manusia yang perusak bangsa.

Dari kasus mahasiswa yang tertangkap di Malang itu, menjadi kritik itu sendiri, bahwa belajar butuh guru yang moderat. Selain itu guru dipilih berdasarkan otoritas keilmuan yang mapan. Bukan sekadar bisa mengajar, apalagi hanya pamer kostum dan omongan yang berbusa-busa. Karena banyak orang mengajar bukan karena kapasitas keilmuannya, namun berdasarkan ia dekat dengan siapa. Di sinilah muncullah sebuah masalah.

Menunggu Ketegasan Negara

Selain akibat guru yang salah, atau lebih tepatnya kesalahan guru yang menyebabkan mahasiswa menjadi teroris, negara juga harus turun lebih ke akar lagi. Bahwa selain penceramah-penceramah radikal yang mempengaruhi anak bangsa, ternyata juga banyak guru-guru yang mempopulerkan ideologi ekstrem. Ini bisa kita lihat dari sekolah yang sengaja memasokkan “ideologi tersembunyi”.

Oleh sebab itu, dalam persoalan rumit ini, negara harus hadir. Negara harus melihat berapa besar efek yang bakal terjadi jika persoalan ini dibiarkan. Berapa banyak mahasiswa yang bakal menjadi teroris jika guru-guru tidak dikondisikan sedini mungkin dari ideologi teroris. Maka itu, ketegasan negara dalam soal-soal pendidikan sangat dibutuhkan.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru