26.7 C
Jakarta

M. Ismail Yusanto, Pengisahan Kemanangan Taliban, dan Klaim-Klaimnya

Artikel Trending

Milenial IslamM. Ismail Yusanto, Pengisahan Kemanangan Taliban, dan Klaim-Klaimnya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sejarah Taliban adalah sejarah peperangan. Pasti ketika orang menyebut nama Taliban, perang muncul di pikirannya. Ketika nyebut nama Taliban, mereka dianggap manifestasi gerakan Islam.

Pada Sabtu, 28 Agustus 2021, saya melihat Youtube Neno Warisman Channel menggelar acara bertema “Taliban dan Gerakan Islam di Indonesia”. Pada saat itu, mendatangkan M. Ismail Yusanto pengguwa eks HTI.

Jika kita lihat pembicaraan Yusanto, kita akan mendengar pengisahan faktor-faktor kunci yang bagi dia penting untuk melihat gerakan dan kemanangan Taliban. Tiga faktor menurutnya menjadikan Kabul jatuh begitu cepat.

Pertama, sejarahnya Afghanistan wilayah para pejuang. Di mana khilafah Utsmani singgah di sana. Afghanistan teranggap wilayah yang tidak mudah ditaklukkan. Bagi Yusanto, Afghanistan kuburan imperium-imperium. Banyak negara ingin menjajah tetapi kalah.

Faktor kedua, dari sisi Amerika. Bagi Amerika, misi sudah selesai. Di Afghanistan, Amerika telah selesai menuntaskan project sekenario cerita war on terrorism. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Amerika, dibungkus sedemikian rupa kemudian dilimpahkan bahwa yang melakukan adalah Usamah bin Ladin. Dan posisi Usamah berada di Afghanistan.

Menurut Yusanto, dari sini mereka mengarang cerita tentang pentingnya melakukan infasi ke Afghanistan. Publik percaya. Dari sini juga kemudian, Amerika masuk ke Afghanistan dan melakukan sesuatu di sana dengan dalih memburu teroris.

Tapi bagaimana dengan pertanyaan pembiayaan tentara Amerika yang telah memakan biaya 2000 T itu selama 20 tahun operasi di sana? Bukankah itu kerugian besar? Tanya Yusanto. Justru itulah yang menguntungkan Amerika. Sebab, angka penjualan senjata selama operasi 2019 saja, mencapai lebih dari 5000 T. Jika dihitung rata-rata dalam setahun 5000 T, maka 20 tahun akan 100 Rb T. Itu baru senjata. Itu masih belum lain-lainnya. Dari rambut ke bawah kaki. Dan semua itu dinikmati oleh orang-orang Amerika Serikat saja.

Bagi dia, “kemangan Taliban patut dicontoh dan orang Indonesia patut menanyakan posisi diri. Sudah saatnya Islam ditegakkan. Karena hidup sekali, maka jangan sia-siakan memperjuangkan Islam. Berjuang untuk Islam. Memperjuangkan tegaknya Islam. Ketika kita mati, mati dalam keadaan Islam”.

BACA JUGA  Ramadan: Melihat Janji Manis Aktivis Khilafah yang Harus Dibasmi

Memperhatikan Klaim Pendapat Yusanto

Semua di atas adalah pengisahan dari perspektif Ismail Yusanto. Jika dicerna secara pelan-pelan tentu masuk akal. Tetapi jika tidak hati-hati, justru kita bakal terjerumus kepada alam pikiran Yusanto sendiri.

Khususnya anak muda. Kita pernah dibikin repot oleh Yusanto. Bagaimana dia menginfasi atau mensaleskan ideologi khilafahnya ke dalam pelajaran dan sistem perpolitikan di Indonesia. Sehingga, sejak HTI berjaya, dan berada di bawah tangan dinginnya, anak muda tergiur masuk dan ingin menjalankan amanat pesan-pesan Yusanto.

Yang paling menarik ketika Yusanto, menarik Taliban kepada lingkup dinamika keislaman dan sistem negara Indonesia. Bahkan dia menyuruh, “kemangan Taliban patut dicontoh. Sudah saatnya Islam ditegakkan. Karena hidup sekali, maka jangan sia-siakan memperjuangkan Islam. Berjuang untuk Islam. Memperjuangkan tegaknya Islam. Ketika kita mati, mati dalam keadaan Islam”.

Semua kisah dan klaim Yusanto, ini yang barangkali dikhawatirkan tokoh-tokoh ormas besar di Indonesia. Bahwa, kemenangan Taliban bisa saja menjadi daya motivasi untuk menggaet anak-anak muda untuk jihad mendirikan agama Islam.

Sebagaimana terjadi dalam seminar itu, terlihat jelas bahwa hampir semua omongan Yusanto berbalut untuk menerangkan bahwa sistem negara Islam sudah tentu nyaman dan menyenangkan. Padahal sampai saat ini, belum ditemukan sistem negara Islam atau sistem khilafah itu seperti apa dan bagaimana cara menjalankannya, dan seperti negara mana.

Ini yang berangkali harus cepat dikounter agar narasi Ismail Yusanto mendapat narasi bandingan. Kemanangan Taliban kini, adalah kemenangan politis. Mereka tidak sertamerta menjadi manifestasi negara ideal Islam. Yang justru ada setelah kemenangannya, masyarakat Afghanistan sendiri ketakutan dan orang-orang senibudayawan yang memiliki kehidupan demokratis (seperti penyanyi), ditembak mati oleh Afghanistan. Setelah kemenangan Taliban dan melihat klaim-klaim Yusanto, kita tetap waras dan semoga tidak memotivasi gerakan radikal untuk melanjutkan perjuangannya di negara aman Indonesia ini. Amin.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru