26.7 C
Jakarta

Literasi Sebagai Pion Peradaban Ternyata Bukan Jargon Belaka, Simak Ini

Artikel Trending

KhazanahLiterasiLiterasi Sebagai Pion Peradaban Ternyata Bukan Jargon Belaka, Simak Ini
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Literasi merupakan kata sederhana tetapi memiliki kekuatan yang sangat luar biasa. Kata ini “literasi” memiliki energi yang dapat menentukan seberapa besar dan maju sebuah peradaban. Setiap peradaban yang maju selalu memiliki tradisi literasi yang kuat. Kita bisa melihat beberapa peradaban besar yang terdapat dalam catatan sejarah.

Pertama,  peradaban Islam pada masa lalu, sebelum masa Nabi Muhammad SAW, jazirah Arab dikenal sebagai bangsa barbar. Kehidupan sosial di sana sama sekali tidak mengindahkan moral. Perbudakan, perampokan, kecurangan dalam transaksi perdagangan selalu mewarnai kehidupan sosial di jazirah Arab masa itu.

Namun setelah kedatangan nabi muhammad SAW bangsa Arab berangsur-angsur memiliki peradaban yang lebih baik. Meskipun tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan, akan tetapi melalui proses yang panjang dan penuh perjuangan. Nabi Muhammad berhasil mengubah peradaban jazirah Arab menjadi lebih baik dengan mendakwahkan ajarannya yaitu agama islam. perintah awalnya adalah “ Iqra” yang artinya “bacalah”.

Dari sinilah kemudian masyarakat menjadi lebih bermoral dan memiliki kesadaran dan semangat untuk mencari ilmu. Nabi Muhammad juga sangat menekankan umatnya untuk menuntut Ilmu bahkan sampai ke negeri cina sekalipun.

Pada masa Dinasti Abbasiyah peradaban Islam dikenal luas sebagai negeri yang sangat maju, bahkan menjadi pusat peradaban dunia, ketika itu dipimpin oleh khalifah Harun al-Rasyid ia berhasil membuat Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan dinasti Abbasiyah  menjadi pusat ekonomi raksasa, dengan memanfaatkan kota ini sebagai jalur utama perdagangan dunia.

Kemajuan kota Baghdad bukan hanya karena faktor ekonomi saja, akan tetapi juga dikenal sebagai kota yang sangat maju. Istana megah berdiri di atas kota ini, bangunan-bangunan berseni tinggi juga banyak didirikan di kota ini. Penyair pun juga bertebaran di setiap pusat keramaian. Rakyat pun menjadi sejahtera. Yang membuat kota ini menjadi sangat maju tentu saja adalah karena pemimpinnya yaitu Harun al-Rasyid.

Ia merupakan pemimpin yang cerdas dan  haus akan ilmu, ia juga memberikan fasilitas yang baik kepada rakyatnya untuk bisa menuntut ilmu, yaitu dengan mendirikan banyak perpustakaan yang dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat. Karena itulah banyak ilmuwan-ilmuwan besar lahir dari kota ini seperti, Al-Kindi, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina dan lainnya yang turut membuat Baghdad menjadi pusat peradaban dunia.

Kedua adalah Eropa. Tidak jauh berbeda dengan Islam, Eropa sebelum Renaisans merupakan bangsa yang terbelakang. Kebanyakan dari masyarakat Eropa masih percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Masyarakat banyak meyakini cerita-cerita mitologi. Bahkan orang ketika ada orang yang sakit bukan dibawa ke dokter melainkan dibawa ke tabib, karena menurut mereka orang sakit disebabkan karena di masuki oleh roh-roh jahat. yang hanya tabib-tabib itulah yang dapat mengusirnya.

BACA JUGA  Mungkinkah Skill Menulis Seseorang Menghilang?

Selain itu kota di eropa juga merupakan kota yang kumuh, ketika hujan jalanan menjadi becek. Berbeda degan kota di Baghdad yang jalan-jalanya sudah terbuat dari ubin yang disusun rapi. Hal ini tentu saja karena masyarakat Eropa pada masa itu belum banyak memiliki pengetahuan untuk menata kota-kota mereka.

Hal itu berubah ketika pada tahu 1333 seorang Italia bernama Petreach menemukan sebuah harta karun yang isinya adalah rahasia kemegahan zaman klasik yunani dan Romawi. Rahasia itu adalah karya-karya dari Alero, Hamer dan juga Virgil. Dari penemuan ini membuat Petreach berpikir bahwa manusia hanya mengandalkan nasib yang sudah ditentukan, tetapi harus berusaha.

Setelah penemuan itu pemikiran Petreach dalam hal ini banyak banyak memberikan pengaruh terhadap kebanyakan masyarakat Eropa dan kemudian membuat pemikiran-pemikiran klasik ini banyak dicari. Literasi mulai tumbuh di Eropa.

Puncaknya adalah ketika John Guetenberg menemukan mesin cetak dan membuat buku-buku semakin mudah untuk didapatkan. Perpustakaan mulai banyak dibangun sehingga rakyat Eropa mudah mendapatkan pengetahuan. Dari sinilah nanti kemajuan peradaban Eropa dimulai, dengan kemudahan akses pengetahuan akhirnya banyak ilmuwan-ilmuwan lahir dan banyak berpengaruh terhadap pembangunan peradaban Eropa.

Bahkan pengaruhnya masih terasa sampai dewasa ini. nama-nama itu misalnya Rene Descartes, Galileo, dan Issac Newton. Dan sampai saat ini Eropa masih menjadi negeri yang maju dan berpengaruh di dunia.

Dari dua fragmen sejarah itu kita dapat berkesimpulan bahwa majunya suatu peradaban sangat erat kaitannya dengan tradisi literasi. Atau lebih sederhananya adalah setiap peradaban yang hebat pasti memiliki tradisi literasi yang kuat.

Sebagai sebuah bangsa kita mesti belajar, saat ini bangsa kita memang bukanlah bangsa yang tergolong maju tetapi tidak ada kata mustahil kita dapat mencapainya. Apalagi Indonesia merupakan negara besar yang memiliki pendudukan terbanyak ke-4 di dunia. Selain itu Indonesia juga akan mendapatkan bonus demografi, di mana usia produktif penduduk Indonesia sangat tinggi.

Jika kita memiliki tradisi literasi yang kuat bukan tidak mungkin kita akan menjadi negara maju dan menjadi pusat peradaban dunia, apalagi akses untuk mencari pengetahuan sekarang sangat mudah. Hanya dengan sekali klik saja kita dapat menjelajahi disiplin ilmu apa saja dengan sangat mudah.

Dalam meningkatkan literasi bisa kita mulai dengan memacu semangat kita untuk membaca dan mencari informasi. Dan juga aktif dalam menyuarakan ide-ide kita di media sosial atau lokus yang lainnya, dan tentu saja kita harus  benar-benar memeriksa informasi yang kita dapat. Agar kita jadi tahu kebenaran informasi tersebut. Karena kini banyak berita hoaks yang berpotensi untuk membuat bangsa menjadi semakin mundur bahkan bisa hancur.

Dimas Ahmad Rizal
Dimas Ahmad Rizal
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang hobi membaca dan menuis. Pernah menjadi bagian dari PC PMII DIY. Saat ini aktif mengelola platform akademik bersama komunitas akademia.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru